Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 13
Nadira terbangun di saat adzan Zuhur berkumandang. Nadira pun melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Setelah itu Nadira pun keluar dari kamar. Dirinya mencari keberadaan Tante dan juga Mama mertuanya. Ternyata mereka sedang berada di taman belakang rumah ini. Rumah yang tadinya akan menjadi tempat tinggal Ayah dan Bundanya.
" Sayang, kamu sudah bangun? "
Mama menghampiri Nadira yang tampak melihat sekeliling taman belakang rumah ini. Yang ternyata juga ada sebuah mushola kecil disana. Nadira me ngangguk, dan matanya kembali berkaca-kaca melihat sekeliling. Ternyata Tante, Om, Papa dan Mama mertuanya sedang sholat Zuhur berjamaah disana. Dan Alby juga berada di sana.
" Kamu sudah sholat?"
Tante Dwi bertanya pada Nadira.
" Sudah, Tant. "
" Kamu mau makan sesuatu, biar Mama buatkan."
Mama bertanya kepada Nadira. Namun Nadira hanya menggelengkan kepalanya.
" Dira tidak lapar, Ma. Nadira ingin berkeliling rumah ini. Apa boleh, Ma? "
Mama melihat ke arah semua orang yang ada disini. Mereka sangat mengkhawatirkan keadaan Nadira. Kondisi tubuhnya belum stabil. Begitu juga keadaan hatinya. Bahkan wajah Nadira pun masih sangat pucat. Om Hendra menganggukkan kepala, begitu juga papa mertuanya.
" Baiklah, kalau begitu biar Mama temani kamu, melihat sekeliling rumah ini. "
Nadira pun mengangguk tanda setuju. Mama dan Nadira mengelilingi rumah. Rumah ini cukup luas, karena Ayah bercita-cita akan menghabiskan masa tua disini, di temani dengan cucunya kelak. Ayah menginginkan banyak cucu, agar rumah yang lumayan luas ini nantinya tidak sepi, dan dengan suara para cucunya. Tapi angan hanya tinggal angan, Ayah pergi sebelum melihat cucunya.
Di bagian depan rumah ini, terdapat halaman yang luas, yang bisa di gunakan untuk bermain bola bagi cucu nya kelak. Bagian samping ada beberapa tanaman bunga anggrek kesukaan bunda. Dan bagian halaman belakang, ada kolam ikan, dan mushola, serta sebuah saung untuk tempat bersantai. Nadira menatap getir semua itu.
" Ayah sudah menyiapkan rumah ini, untuk hari tuanya kelak, dan Ayah ingin menghabiskan waktu tuanya bersama Bunda, dan juga cucu-cucunya. Untuk bentuk bangunannya pun Ayah sendiri yang merancangnya. Kami tak pernah di beri tahu oleh Ayah. "
Nadira bercerita dengan senyum tipis, dan air mata yang menetes. Mama Ratna mengelus lembut punggung Nadira. Nadira menghela nafasnya. Dan melanjutkan ceritanya.
" Tapi sebelum Ayah mewujudkan cita-citanya, Ayah sudah pergi bersama Bunda. Dan meninggalkan Dira sendiri. "
" Kamu tidak sendirian, Sayang. Masih ada Mama, Papa, Om, Tante dan juga Alby, suami kamu. Jangan pernah merasa sendiri, Nak. Mama sayang sama kamu, seperti Mama menyayangi anak Mama sendiri."
Mama Ratna membawa Nadira ke dalam pelukannya. Dan ternyata saat Nadira berkata seperti itu, Alby berada di belakang mereka. Alby terpaku. Dia masih bingung dengan hatinya. Separuh hatinya ingin mewujudkan keinginan almarhum Ayah mertuanya. Dan separuh hatinya menginginkan kehadiran Syifa di hidupnya kembali.
Suara deheman dari Alby, membuat Nadira melerai pelukannya dari sang Mama mertua.
" Tante Dwi, meminta Mama dan Nadira masuk, untuk makan siang. "
Alby berkata sambil menatap kedua orang di hadapannya. Mama menggandeng tangan Nadira melangkah masuk ke dalam rumah. Alby mengikuti dari belakang. Di ruang makan, semua orang telah menunggu kehadiran Nadira dan Mama Ratna. Papa dan Om Hendra duduk saling berhadapan. Mama Ratna dan Tante Dwi duduk di sebelah suami masing-masing. Dan kini tersisa dua kursi untuk Nadira dan Alby. Kini merak duduk bersisi an. Saat para istri melayani suami masing-masing. Nadira masih tampak terpaku dan hanya diam.
Saat yang lain sudah mulai mengisi piring dengan nasi, hanya piring Nadira yang masih kosong. Alby yang melihat Nadira melamun, menyentuh pelan tangan Nadira. Dan membuat Nadira tersadar. Alby pun memberikan piringnya yang telah berisi nasi, dan menukar dengan piring kosong milik Nadira.
Saat yang lain, telah memilih lauk untuk teman nasi, lagi- lagi Nadira hanya terdiam. Sepertinya separuh jiwa Nadira benar - benar pergi dari hidupnya.
" Kamu mau makan pake apa, Sayang. "
Pertanyaan Mama membuat Nadira kembali tersadar.
" Pake itu aja, Ma."
Nadira menunjuk sayur sup yang ada di meja.
" Mau pakai yang lain? "
Kali ini Alby yang bertanya. Hanya di jawab dengan gelengan kepala oleh Nadira.
salam kenal yah 🙏 🌹