NovelToon NovelToon
JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Dina berdiri di tengah toko bukunya, memandang rak-rak kayu yang berjejer rapi. Tempat ini telah menjadi dunianya sejak suaminya, Aditya, meninggal dua tahun lalu. Di antara ribuan halaman yang memenuhi ruang kecil itu, Dina menemukan pelarian dan ketenangan. Bau khas buku-buku tua bercampur dengan aroma kopi dari kedai kecil di seberang jalan. Suasana ini selalu menjadi pengingat bahwa hidup terus berjalan, meski tanpa Aditya di sisinya.

Pagi itu, Dina baru saja membuka pintu toko. Matahari pagi menyinari kaca depan, memantulkan cahaya lembut ke dalam ruangan. Ia memulai rutinitasnya: menyapu lantai, menyusun ulang buku-buku yang baru datang, dan menyiapkan meja kasir. Tangannya bekerja cekatan, namun pikirannya melayang ke masa lalu.

Di antara tumpukan buku baru, pandangannya tertumbuk pada sebuah buku yang tampak akrab. "Bunga untuk Seseorang yang Kucinta." Dina memungutnya, dan seketika hatinya mengelus. Buku itu adalah pemberian Aditya di ulang tahun pernikahan mereka yang keempat.

“Cinta itu seperti bunga, Dina,” suara lembut Aditya terngiang di telinganya. “Harus dirawat setiap hari, meski terlihat sepele. Kalau nggak, ia akan layu tanpa kau sadari.”

Mata Dina memanas. Ia memeluk buku itu erat, menutup matanya. Tapi tak ada lagi pelukan hangat Aditya yang dulu selalu menenangkannya. Yang ada hanya kekosongan yang semakin nyata. Dina menghela napas panjang, meletakkan buku itu di rak, dan mencoba melanjutkan pekerjaannya.

Sejenak kemudian, suara langkah kecil terdengar mendekat. “Ibu, aku sudah siap!” seru Raka, putranya yang berusia tujuh tahun.

Dina menoleh dan tersenyum. “Ayo, sayang. Kita antar kamu ke sekolah dulu sebelum ibu buka toko lagi.”

Raka melompat kecil dengan tas punggung biru di bahunya. Dina mengambil tas belanja kain dan jaketnya sebelum menggandeng tangan Raka. Mereka berjalan menuju sekolah yang hanya berjarak beberapa blok dari rumah dan toko.

Sepanjang jalan, Dina memperhatikan wajah ceria putranya. Senyum Raka adalah satu-satunya pelipur di tengah rasa sepi yang sering menghantui. Anak itu banyak bicara, menceritakan rencana hari ini di kelasnya.

“Hari ini aku mau tunjukkan buku favoritku ke teman-teman, Bu!” katanya dengan antusias.

“Buku apa, sayang?” tanya Dina sambil melirik Raka.

“Petualangan Bajak Laut!” jawab Raka sambil tersenyum lebar. “Dito pasti suka, soalnya dia bilang dia juga suka bajak laut!”

“Dito temanmu?”

“Iya! Dia teman terbaikku di sekolah,” jawab Raka sambil melompat-lompat kecil.

Ketika mereka tiba di depan gerbang sekolah, Raka segera melambaikan tangan kepada teman-temannya. “Dadah, Bu!”

“Jangan lupa makan siangmu, ya!” Dina membalas sambil tersenyum. Ia memandang Raka yang berlari ke arah kelompok anak-anak, bergabung dengan tawa riang mereka.

Sambil berdiri di sana, Dina merasakan campuran perasaan bangga dan sedih. Bangga karena putranya tumbuh menjadi anak yang ceria meski kehilangan sosok ayah, tapi sedih karena ia tahu Raka pasti merindukan figur laki-laki dalam hidupnya.

“Permisi,” sebuah suara berat tiba-tiba terdengar di sampingnya.

Dina menoleh dan melihat seorang pria berdiri tak jauh darinya.

Pria itu tinggi, dengan rambut hitam yang sedikit berantakan. Wajahnya tegas, namun ada kelembutan dalam sorot matanya. Ia mengenakan kemeja kasual yang digulung hingga siku, tampak santai namun rapi.

“Maaf kalau mengganggu,” lanjut pria itu sambil tersenyum kecil. “Tadi saya nggak sengaja dengar. Anda ibu dari Raka, ya?”

Dina sedikit terkejut, tapi mengangguk. “Iya, saya Dina. Anda kenal Raka?”

Pria itu mengulurkan tangan. “Arga, ayahnya Dito. Anak saya sering cerita tentang Raka di rumah.”

“Oh, begitu,” Dina menjabat tangannya singkat. “Raka juga sering cerita tentang Dito. Mereka sepertinya sangat akrab.”

Arga mengangguk sambil tertawa kecil. “Iya, anak-anak memang cepat akrab. Dito sering bilang kalau Raka suka meminjamkan buku yang bagus. Saya jadi penasaran, Anda pemilik toko buku yang sering disebut-sebut itu?”

Dina tersenyum tipis. “Benar. Saya punya toko kecil di dekat sini. Itu yang sering membuat Raka suka membawa banyak buku ke sekolah.”

“Pantas saja,” kata Arga. “Raka kelihatan seperti anak yang suka membaca. Itu bagus.”

Percakapan mereka hanya berlangsung beberapa menit, tapi cukup bagi Dina untuk merasa ada sesuatu yang berbeda pada pria ini. Arga tampak ramah dan mudah didekati, namun ada kesan misterius yang sulit dijelaskan.

Ketika Dina kembali ke toko, pikirannya masih memutar ulang pertemuan singkat itu. Ia mencoba mengabaikannya, meyakinkan diri bahwa itu hanya kebetulan belaka. Tapi, cara Arga tersenyum, nada bicaranya yang tenang—semuanya membuat Dina merasa aneh, seolah ada sesuatu yang akan berubah dalam hidupnya.

Hari itu berjalan seperti biasa. Pelanggan datang dan pergi, beberapa di antaranya adalah langganan tetap yang sudah akrab dengannya. Dina sibuk mengatur stok buku baru sambil melayani pembeli. Tapi di tengah kesibukan itu, pikirannya sesekali kembali pada percakapan pagi tadi.

Saat malam tiba dan Raka sudah tertidur, Dina duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat. Ia membuka buku hadiah dari Aditya, berharap dapat menemukan kedamaian. Namun, alih-alih larut dalam cerita, pikirannya terusik oleh sosok Arga.

“Kenapa aku memikirkan dia?” gumam Dina sambil menggelengkan kepala. Ia mencoba menepis pikiran itu, tapi rasa penasaran tetap membayangi.

Dina menutup buku itu dan memandang ke luar jendela. Kota kecil itu mulai sepi, hanya terdengar suara angin yang menerpa dedaunan. Ia bertanya-tanya apakah ini hanya kebetulan, atau mungkin takdir mulai membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Di dalam hati kecilnya, Dina tahu ia belum siap untuk mencintai lagi. Kehilangan Aditya masih meninggalkan luka yang dalam. Tapi pertemuan dengan Arga pagi tadi seolah menggoyahkan tembok yang selama ini ia bangun.

“Sudahlah,” katanya pada dirinya sendiri. “Ini hanya pertemuan biasa. Tidak ada yang istimewa.”

Namun, jauh di lubuk hatinya, Dina merasa bahwa hidupnya akan berubah. Dan pertemuan dengan Arga adalah awal dari sesuatu yang belum ia pahami sepenuhnya.

1
Hilda Naning
kemana anak anak mereka yg diawal cerita karena anak anak mereka lah bertemu dn bersatu..
Dinar
Hallo kak aku kirim dua cangkir kopi ya untuk teman menulis 🥳
Harry
Membuncah
Akira
Bikin baper nih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!