Cerita ini kelanjutan dari( Cinta tuan Dokter yang posesif).
Reihan Darendra Atmaja, dokter muda yang terkenal begitu sangat ramah pada pasien namun tidak pada para bawahannya. Bawahannya mengenal ia sebagai Dokter yang arogan kecuali pada dua wanita yang begitu ia cintai yaitu Mimi dan Kakak perempuannya.
Hingga suatu hari ia dipertemukan dengan gadis barbar. Sifatnya yang arogan seakan tidak pernah ditakuti.
Yuk simak seperti apa kisah mereka!. Untuk kalian yang nunggu kelanjutannya kisah ini yuk merapat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Kumpul
"Rio...jangan bercanda," jawab Jessi.
Rio meraih tangan Jessi lalu mengenggamnya."Aku serius Jessi. Aku selama ini menyukaimu dan aku ingin melamar mu untuk menjadi istriku. Kamu mau kan?," tanya Rio tampak bersungguh-sungguh. Sudah sejak lama sekali ia menyukai Jessi namun selama ini ia memilih memendamnya.
"Rio..maafkan aku. Kita sangat jauh berbeda Rio, kamu itu orang terpandang di kampung ini sedangkan aku hanya anak petani miskin. Aku tidak mau dibilang memanfaatkan mu keluargamu untuk pengobatan ibuku. Lagian aku terlanjur menganggap mu sahabat, tidak lebih," jawab Jessi.
Rio terlihat sedikit kecewa dengan penolakan Jessi atas lamarannya. Jujur ia sudah lama menyukai Jessi hanya saja selama ini ia tidak berani mengutarakan isi hatinya. Dan malam ini ia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan namun hasilnya Jessi menolaknya.
"Baiklah.. anggap saja ucapanku tadi hanya angin lalu," ucap Rio.
"Kalau begitu aku pulang dulu, semoga keinginanmu dilancarkan," sambung Rio berdiri dari duduknya. Ia harus menelan kekecewaan karena cintanya baru saja ditolak.
"Ya... sekali lagi maafkan aku," ucap Jessi sedikit merasa bersalah sudah menolak Rio tapi ia punya alasan untuk itu. Sejujurnya Jessi pernah menaruh hati pada Rio tapi perasaan itu ia kubur dalam-dalam semenjak orang tua Rio melarangnya untuk dekat dengan anaknya. Dan semenjak itu ia berusaha untuk melupakan perasaannya pada Rio.
Kedua orang tua Rio adalah orang terpandang di kampung ini dan menginginkan menantu mereka berasal dari keluarga yang sepadan dengan mereka. Bukan dirinya yang hanya anak petani miskin, ibunya juga sudah sakit-sakitan dan Ayahnya pergi meninggalkan ibunya sejak ia berusia 6 tahun dan semenjak itu ibunya membanting tulang bekerja sebagai petani sayur. Tapi kini ibunya terbaring sakit dan saatnya ia sebagai anak membalas jasa sang ibu dengan memberikan pengobatan terbaik agar ibunya kembali pulih.
Sementara itu di kediaman Reihan lebih tepatnya kediaman kedua orang tuanya tampak empat pria yang berbeda usia memasuki kediaman Kalendra Atmaja. Diantara mereka hanya Zidan yang masih berusia lebih muda. Dia adalah anak kedua dari Kaisan dan Mika sekaligus adik kandung Zain.
Keempatnya berbuat kegaduhan, lebih tepatnya Aska. Pria yang digadang-gadang akan mewarisi perusahaan Papanya itu memilih berkarir di industri musik. Namun diantara mereka Aska lah yang paling absurd. Dan Aska adalah anak tunggal dari pasangan Geovano dan Salsa.
"Bik...Kalen masih di kamarnya?," tanya Aiden pada pelayan yang menyambut kedatangan mereka dengan wajah datarnya. Dia mewarisi sifat Papanya yang selalu memasang wajah datar.
"Aku disini," ucap Reihan yang tampak menuruni tangga mengenakan celana training dan juga baju kaos yang mencetak bentuk tubuhnya dengan wajah tidak kalah datarnya dari Aiden.
"Wow...putra mahkota Kalendra Atmaja benar benar terlihat sempurna tapi sayang-- masih betah sendiri," ledek Aska. Mulut pria itu benar benar tidak ada remnya. Entah dari siapa ia menuruni sifatnya itu.
Reihan tidak tersinggung sama sekali mendengar ledekan Aska. Pria itu memang begitu jadi ia memaklumi karena apa yang dikatakan Aska benar adanya.
"Ada apa kalian datang kesini?," tanya Reihan mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu dan mempersilahkan para sepupunya itu untuk duduk.
"Bukankah sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini. Apalagi si Aska, artis papan atas yang sedang naik daun ini memiliki waktu manggung yang cukup padat. Tadi kebetulan Papi kamu mengundangnya sebagai bintang tamu makanya kita seret kesini," ucap Zain yang membuka suara menjelaskan kenapa mereka bisa datang kesini dengan formasi lengkap.
Reihan mengangguk pelan. Tidak hanya Aska, mereka semua hampir memiliki kesibukan yang sangat padat. Zain yang merupakan seorang Dokter, begitu juga dengan Aiden. Dan Zidan juga sibuk dengan perusahaan yang mulai ia rintis. Begitu juga Aska yang sibuk manggung keluar kota. Mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul seperti sekarang ini. Dan ia sendiri sibuk dengan pekerjaannya yang menyita waktu apalagi ia belum kunjung mendapatkan asisten baru menggantikan asisten yang ia pecat satu minggu yang lalu.
"Oh ya Rei. Reska bilang, temannya sudah memasukkan lamaran pada email mu. Semoga saja ini adalah terakhir kalinya kamu mencari asisten," ucap Aiden.
"Nanti aku cek," jawab Reihan.
"Kamu memecat asisten mu lagi Rei?, kenapa?," tanya Zidan dengan kening berkerut.
"Panggil aku Kakak, Zidan. Aku lebih tua darimu," jawab Reihan dengan ketus tanpa menjawab pertanyaan Zidan.
"Hanya satu tahun Rei," jawab Zidan yang memang tidak mau memangil Reihan dengan sebutan Kakak sejak dulu.
Zain terkekeh mendengar perdebatan keduanya dan ia tidak berniat untuk melerai. Hal itu sudah biasa jika Zidan dan Reihan bertemu.
"Bagaimana Rei, kabar kamu?," kali ini Aska yang membuka suara. Pria yang memiliki kulit berwarna tan itu sudah hampir sembilan bulan tidak bertemu dengan Reihan karena kesibukannya.
"Baik," jawab Reihan singkat dan padat. Ia benar-benar menuruni sifat Papinya bahkan lebih parah dari Kalendra saat masih muda dulu.
"Dia tidak akan pernah berubah Ka, si kanebo kering," ucap Aiden meledek Reihan.
"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri Aiden?," tanya Reihan dengan tatapan dinginnya. Ia memang irit bicara hanya saat berhadapan dengan pasien barulah ia akan bersikap ramah.
Aiden mengedikan bahunya keatas. Ia memang sering bersikap datar tapi tidak separah Reihan. Sepupunya ini benar-benar menuruni sifat Uncle Nya, Kalendra.
"Oh ya Aiden, kamu bukannya sudah bertunangan?. Kapan kamu akan menikah?," tanya Aska membuat semua orang menatap Aiden termasuk Reihan yang sama sekali tidak tertarik dengan pertanyaan Aska. Diantara mereka berlima memang Reihan dan Zidan yang belum memiliki pasangan.
"Tunggu Reska menyelesaikan koasnya dulu," jawab Aiden.
"Dan bagaimana dengan kamu sendiri Ka, apakah gosip kedekatanmu dengan putri walikota itu benar?," tanya Aiden dengan tatapan menyelidik.
Aska sejenak terdiam dan tidak menampik pertanyaan Aiden. Kedekatannya dengan putri walikota hanyalah untuk urusan pekerjaan dan tidak lebih tapi media malah menggoreng berita.
"Jadi itu benar?," tanya Aiden lagi karena Aska diam saja.
"Kenapa malah aku yang kalian jadikan sebagai objek. Bukankah tujuan kita kesini untuk membujuk si kanebo kering ini agar mau segara menikah sesuai permintaan Tante Dea tadi?," jawab Aska.
"Ck... sebaiknya kalianlah menikah lebih dulu, bukannya kalian lebih tua dari pada aku dan Zidan?," ketus Reihan.
"Rei itu benar. Seharusnya yang menikah disini lebih dulu itu ya Abang ku ini, bukannya dia yang paling tua disini?. Tapi setelah pertunangannya dua tahun hubungannya dengan Kak Maya hanya berjalan di tempat," timpal Zidan menepuk pundak Abangnya.
"Aku pulang...," suara teriakan dari Regina membuat para pria itu menoleh. Gadis kecil itu benar benar mirip dengan Kaira saat kecil, begitulah yang di katakan Oma Marisa.
"Girls, ayo kesini!," Zidan langsung merentang kedua tangannya pada Regina namun gadis itu malah berbelok menghampiri Reihan dan duduk diatas pangkuan Pamannya itu.
"Hahaha...kasian," ledek Aska pada Zidan.
"Hai Kak Nia, apa kabar?," sapa Aska pada Rania yang berjalan bersisian dengan sang suami.
"Baik. Adik-adik Kakak ini apa kabar?. Tadi Kakak ingin menghampiri kamu, eh kamunya menghilang. Tahu-tahunya disini," jawab Rania pada Aska.
"Mama...malam ini aku tidur sama Paman Rei, ya," ucap Regina tiba-tiba. Memang kebiasaannya setiap pulang ke Indonesia pasti akan tidur bersama Reihan.
"Tanya Paman Rei dulu, boleh tidak?," tanya Rania.
"Paman, boleh?," tanya Regina mengedipkan mata hazel nya pada Reihan.
Reihan mengangguk pelan membuat Regina bersorak kegirangan. Ia memeluk Reihan dengan begitu erat. Baginya Reihan adalah cinta kedua setelah Papanya yang menjadi cinta pertamanya.
"Jangan tidur terlalu larut ya Rei, kasihan Regina," ucap Rania segara berlalu ke kamarnya bersama sang suami setelah Reihan mengangguk pelan.
...****************...