NovelToon NovelToon
Benih Random Tuan Arogan

Benih Random Tuan Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Tukar Pasangan
Popularitas:20.7k
Nilai: 5
Nama Author: ingflora

Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Sempurna

Dengan cepat Adam menarik istrinya ke atas ranjang dan tiba-tiba pria itu sudah berada di atas tubuh istrinya.

"Eh, Mas." Mata Eva terbelalak.

"Aku tanpa sengaja minum obat peranggsang. Mungkin obat ini bisa membantu aku melewati trauma ini."

"Apa?" Eva benar-benar tak mengerti apa yang diucapkan Adam.

"Ayo, kita coba saja."

***

Eva terbangun ketika seseorang menyentuh keningnya dengan lembut. Matanya mengerjap-ngerjap ketika tahu siapa yang melakukannya. "Mas ...."

"Aku suka dessahanmu ... seksi," bisik Adam tepat di dekat telinga Eva.

Eva tersipu hingga mencubit dadda bidang suaminya yang belum berpakaian.

"Aduh!" Namun Adam kemudian tertawa sambil menghela napas. "Akhirnya aku jadi pria yang sempurna untukmu."

"Sebelumnya juga udah sempurna." Jemari Eva bermain dilekuk dadda sang suami. "Wajah yang ganteng dan kaya." Ia mengucapkannya dengan pipi merah merona.

Walau Adam sudah sering mendengarnya, tetapi tetap saja, saat ia mendengar langsung dari mulut Eva, rasanya tetap berbeda. Ia meraih tangan sang istri yang bermain di dadda bidangnya, lalu menggenggamnya erat. Ia mengeccup bahu Eva yang sudah berpakaian. "Apa itu kriteria pria sempurnamu?"

"Itu terlalu sempurna. Aku dulu hanya berharap suamiku punya pekerjaan, bukan pengangguran. Itu saja."

"Itu terlalu sederhana, Eva."

"Makanya, 'kan tadi aku bilang, sempurna."

"Tapi laki-laki berbeda. Kalau tidak mampu membahagiakan istrinya di ranjang dan punya anak, itu namanya belum sempurna."

"Jadi tetep nih, pengen punya anak?" Eva mengangkat kepala menatap wajah tampan suaminya yang terlihat letih itu.

"Tentu saja, dong. Apalagi bisa, bersama istri tercinta." Adam membelai rambut Eva yang sedikit kusut karena permainan mereka yang gilla-gillaan tadi tanpa jeda. Ia sendiri bingung kenapa semuanya begitu lancar ia lakukan, padahal ia sempat ragu apa ia bisa melakukan itu tadi. Namun, karena keadaan dirinya yang setengah tak sadar membuat ia bisa mengikuti hassratnya dan melewati trauma itu tanpa kendala yang berarti. Setelahnya, ia jadi candu. Potongan-potongan adegan yang mulai diingatnya malah membuat ia tergilla-gilla pada istrinya sendiri.

Eva kembali berbaring di ketiak suaminya. "Padahal aku udah mikir kalo gak bisa ya, angkat anak aja."

"Untuk apa?" Adam mengerut kening sambil menjepit hidung Eva dengan lembut. "Kita 'kan bisa mengusahakannya sendiri. Bahkan kalau boleh, aku ingin meneruskan yang tadi lagi."

Eva kembali mengangkat kepala dan menatap ke arah suaminya dengan mata menyipit. "Ih ... Om messum!"

Adam tertawa. "Kenapa? Halal 'kan? Dan tolong jangan panggil aku "om". Aku suamimu, Eva." Ia mulai terkekeh dengan candaan istrinya.

"Kan kamu jauh lebih tua ...." ledek Eva lagi. Mulutnya masih mengerucut.

"Gak terlalu jauh. Paling sekitar delapan tahun." Adam tampak tersenyum bahagia. Apa pun yang dikatakan istrinya ia tidak marah. Saat ini ia begitu senang hingga tidak ingin bertengkar. Ia kini sudah terbebas dari rasa traumanya yang selama ini memenjara, dan ia bersyukur, itu semua ia lakukan bersama Eva, bukan orang lain yang hampir saja menipu dirinya.

"Jauh itu, Om!"

"Ini kamu nakal ya." Adam mencubit dagu istrinya sambil kembali tertawa. "Jangan panggil aku "Om"! Aku belum tua-tua banget!"

Eva menepis tangan Adam. "Om-om. Om-om-om!" Ia dengan sengaja meledek suaminya dengan panggilan itu.

Adam gemas. Ia berguling dan kembali menindih tubuh istrinya. "Kamu benar-benar nakal ya. Anak nakal harus dihukum! Ayo, sekarang giliran kamu yang puasin aku!"

"Gak mau!"

"Eh ...!" Adam pura-pura galak.

Eva tertawa terkekeh.

***

Makan malam, Adam menggenggam tangan kanan Eva sambil tangan kanannya menyuap makanan. Mereka duduk berdampingan.

"Mas, aku gak bisa makan kalau begini," rengek Eva.

"Kan ada tanganmu satu lagi."

"Masa makan pakai tangan kiri?"

Adam akhirnya melepas genggaman. "Kenapa sekarang aku lapar sekali ya."

Eva tersenyum menahan tawa sambil menyendok nasinya. "Siapa suruh bertempur sampai beronde-ronde."

"Kenapa kamu tidak terlihat lelah?" Adam menoleh.

"Itu karena aku masih muda." Eva terkekeh.

"Ngak gitu penjelasannya." Adam sampai mencubit pipi Eva dengan lembut. "Mungkin aku butuh suplemen biar nanti malam bisa bertempur lagi."

"Lagi?" Mata Eva terbelalak. "Mas, ih! Mana tadi aku bolos satu mata kuliah, lagi. Nanti malam juga harus bertempur lagi? Kapan belajarnya, ini ... aku besok ada ujian lho, Mas, gimana ini ...." Ia mulai cerewet.

"Ya udah, ya udah ... hari ini kamu belajar aja. Mas, gak ganggu. Tapi besok malam harus mau, lho! Mas pengen buru-buru punya anak, biar rumah ini gak sepi lagi." Adam terlihat tenang.

Eva merengut. "Lagian, kenapa buru-buru sih? Santai aja, kenapa? Kayak kejar setoran aja. Aku juga mau kuliah dulu. Gak mau buru-buru punya anak. Sebel tau!" Ia mencolek pipi Adam yang berbrewok.

"Kuliah 'kan bisa online, Sayang." Mata Adam terlihat teduh.

"Ih, sejak kapan panggil aku "Sayang"?"

"Sejak sekarang." Adam melirik dengan bola mata jernihnya karena bahagia. Wajahnya jadi terlihat lebih ramah. Segala sesuatu seperti terkendali dan ia merasa dirinya sempurna.

"Aku gak mau ah, online." Eva masih merengut.

"Kalau udah hamil harus mau, ya?" Adam melirik istrinya dengan pandangan penuh harap.

"Makanya, mumpung belum hamil, jangan buru-buru."

Dari arah dapur terlihat dua orang perempuan sedang memperhatikan keduanya. Uning memiringkan kepala ke arah Rinah. "Pak Adam lagi bucin-bucinnya sama nyonya Eva."

"Mmh, aku sedih." Mulut Rinah mengerucut dengan wajah tertunduk sedih. "Kenapa pak Adam bisa pilih perempuan yang wajah biasa-biasa aja kayak nyonya? Tau gitu, aku godain aja pak Adam biar mau sama aku."

"Waduh, pak Adam 'kan galak. Emang kamu berani? Lagian, dia udah sama pawangnya, kamu gak mungkin bisa bersaing sama dia, lagi ...." Uning menyenggol lengan Rinah.

Raut wajah Rinah masih suram. "Hu hu, rasanya tak ada harapan. Lebih baik aku kerjain yang lain aja daripada nontonin orang yang lagi kasmaran." Ia melangkah pergi, sedang Uning mengeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum lebar.

Telepon Adam berdering. Pria itu mengangkatnya setelah melihat siapa yang meneleponnya. "Ada apa, Jefry?"

"Kabar baik. Detektif sewaan Bapak berhasil menemukan wanita yang bersama ayahmu waktu itu. Sekarang wanita itu sudah dibawa ke kantor polisi. Apa Bapak mau menemuinya?"

Adam terkejut. "Apa? Ok, aku segera ke sana." Adam memattikan ponselnya. Wajahnya tampak serius. "Eva, aku mau ke kantor polisi. Perempuan yang bersama ayahku di saat terakhirnya, sudah ditemukan."

"Oh."

***

Seorang wanita cantik di umurnya yang hampir kepala empat dibawa masuk ke dalam ruangan itu dengan tangan diborgol ke depan. Kepalanya tertunduk saat melihat Adam ada di ruangan itu. Adam masih ingat wajah wanita itu dan ia harus mengeratkan rahang saat wanita itu berhenti di hadapan.

Polisi melepas borgol wanita itu sebelum sang wanita duduk di kursi yang berseberangan dengan Adam. Wanita itu tentu saja ingat wajah Adam hingga ia tak berani mengangkat wajahnya.

Wanita itu tidak secantik lima tahun lalu karena tubuhnya sedikit lebih gemuk dari waktu itu. Bajunya pun terlihat sederhana. Tidak seperti waktu menemukan wanita itu yang seranjang dengan sang ayah, dan Adam tak pernah bisa melupakan wajahnya.

Bersambung ....

1
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
suami posesif eva nih ,tpi sipp lah moga eva dan adam terus bahagia
Mrs.Riozelino Fernandez
biasa aja lagi gandengan Eva, apalagi kamu sedang hamil besar...
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
klau gitu ngurus ank sambil kuliah ya eva
Nar Sih
hahaha kasihan ayah mu yg ngk punya ahlak ya eva ,di kejar,,nenek mu ,moga nenek rodiah cpt sembuh
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnut
Mrs.Riozelino Fernandez
dapat imbang ya pak 😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
lebih bagusnya " tadi ibu sudah makan mbak" karena kan sudah nenek²...
Mrs.Riozelino Fernandez: ma sama kk Thor 🙏
Baby_Miracles: makasih/Good/
total 2 replies
Nar Sih
pasti grgr uang nih eva ayh mu datg ke rmh mu
Nar Sih
wahh...selamat ya eva bntr lgi jdi ibu
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnjur
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
Nar Sih
biang rusuh udah hadir nih ,moga ayah dan kakak mu ngk berhasil menemui mu ya eva
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
adam bnr,,mulai posesif nih ,kmu yg sabar ya eva
Mrs.Riozelino Fernandez
supir cerdas...
dari pada dimarahi Adam lebih bagus kasi tau😆
Fariz Alfatih
dahlah, emang paling bener nabung bab aja😭😭😭
Baby_Miracles: wkwkwk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!