Balasan Buat Suami Selingkuh

Balasan Buat Suami Selingkuh

Lipstik Merah

"Sayang, hari ini ada apa sih kok aku di ajak ke restoran? Aku takut kita tidak akan bisa bayar kalau makan di sini," bisik Adelia.

Adrian hanya senyum-senyum saja. Ia tidak menanggapi serius perkataan istrinya. "Kamu boleh pesan apa saja, termasuk makanan yang kau idam-idamkan selama ini," ujar Adrian.

"Nggak ah, aku takut nggak bisa bayar," jawab Adelia lagi. Ia tidak yakin dengan perkataan suaminya.

"Sebenarnya, aku naik jabatan jadi Wakil Direktur. Jadi, hari ini aku dapat hadiah bonus dari kantor," kata Adrian.

"Benarkah?!" Adelia terperanjat kaget langsung berdiri dan memeluk Adrian. Hingga pengunjung restoran ikut kaget dan berbisik-bisik. Melihat yang lainnya memperhatikan dirinya, Adelia langsung malu. Ia duduk lagi dan tersenyum pada Adrian.

"Sayang, kok mendadak banget sih. Kenapa kau tidak pernah bilang jika di promosikan perusahaanmu?" tanya Adelia.

"Bagaimana aku bilang, aku juga tahunya hari ini. Mendadak aku di panggil dan pemilik perusahaan menjabat tanganku terus mengucapkan selamat jika aku terpilih jadi Wakil Direktur yang baru," tutur Adrian.

"Benarkah, berarti itu namanya rejeki," lanjut Adelia.

"Iya, rejeki pernikahan kita. Baru saja tiga bulan menikah denganmu, sudah naik jabatan. Sebentar lagi, naik jabatan jadi ayah," kelakar Adrian.

Adelia terdiam. Ia resah memikirkan tentang kehamilan. Adelia tidak pernah berterus terang pada Adrian jika dirinya belum tentu bisa hamil karena ada kista dalam rahimnya.

"Kenapa kau diam? Apa makanan di sini tidak enak?" tanya Adrian.

"Ti ... tidak," ucap Adelia. Ia lebih baik merahasiakannya dan mengobati penyakitnya itu secara diam-diam sampai sembuh.

Kehidupan Adelia berubah drastis setelah Adrian menjadi Wakil Direktur. Ia tidak lagi menempati rumah kontrakannya yang terdahulu. Adrian membeli rumah mewah di kawasan elit. Dan tentunya motor matic bututnya sudah ia jual. Sekarang berangkat kerja di antar sopir dan memakai mobil.

Selama ini Adelia terbiasa hidup sederhana. Ia cenderung tidak berubah seratus persen. Baju yang di kenakannya juga biasa. Bukan setelan dari branded ternama. Berbeda dengan Adrian, laki-laki itu seperti orang berbeda. Mulai dari atas sampai bawah harganya tidaklah murah.

"Sayang, harusnya sekarang kamu itu di salon. Dandan atau perawatan apalah," kata Adrian.

"Iya sih, tapi aku merasa perawatan di salon buang duit aja Mas. Lagi pula kau sudah sangat mencintaiku. Aku tidak ingin meminta hal yang berlebihan, apalagi menghabiskan uangmu," tutur Adelia.

"Kan uangku banyak, jadi kau tidak perlu cemaskan hal itu," kata Adrian bangga.

"I ... iya, Mas," jawab Adelia.

"Sayang, mulai sekarang kau harus belajar hidup seperti kalangan atas. Aku tidak mau kau memakai baju biasa saja. Kau harus dandan dan membeli baju bermerek. Agar orang-orang tahu kita dari kalangan atas," ucap Adrian. Ia lalu mengeluarkan kartu kreditnya.

"Ini buat keperluanmu. Kau bisa memakainya," kata Adrian.

Sejak saat itu hidup Adelia serba kecukupan. Ia tidak lagi mengeluhkan kekurangan uang atau belanja. Rumahnya bagus, bajunya bagus-bagus dan makanannya juga enak-enak. Tapi, semakin hari Adelia merasa kesepian karena Adrian makin sibuk dengan pekerjaannya. Ia sering pulang sore dan malam.

"Halo, iya sayang sebentar lagi aku pulang. Kamu tunggu ya," kata Adrian di telepon.

"Iya, Mas. Aku akan selalu tunggu kamu," jawab Adelia.

Ia tidak pernah marah jika Adrian pulang telat. Karena ia tahu Adrian sudah capek bekerja. Ia tidak ingin menjadi wanita yang suka menuntut.

Adelia tertidur di sofa, ia merasa sesuatu yang dingin menyentuh keningnya. Adelia pun membuka matanya.

"Eh, mas sudah pulang?" tanya Adelia.

"Sudah, kenapa kau tidur di sini?" tanya Adrian sambil membopong tubuh Adelia.

"Aku menunggumu pulang, Mas," jawab Adelia.

"Ooh."

"Mas, sudah makan?" tanya Adelia.

"Sudah, tadi di kantor ada acara makan-makan. Mau tidak makan, enggak enak sama teman kantorku," terang Adrian.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Tidak apa-apa," ucap Adelia. Ia sebenarnya sedari tadi menunggu Adrian pulang. Berharap bisa makan bersama. Adelia merasa satu demi satu ada yang berubah semenjak suaminya jadi Wakil Direktur.

Adrian menurunkan tubuh Adelia. "Aku mau mandi dulu, kamu tidur saja di kamar," kata Adrian.

"Baik, Mas."

Padahal perut Adelia sudah terasa sangat lapar. Bagaimana mungkin ia bisa tidur dalam keadaan lapar. Tengah malam, ia pun melipir ke dapur untuk makan seadanya. Entah mengapa ia merasa seperti pencuri di rumahnya sendiri.

Adelia menikmati makanannya di dapur. Ia yakin jika Adrian sudah tertidur. Makanya ia memberanikan diri untuk makan. Karena Adrian paling tidak suka melihatnya makan terlalu malam.

"Sayang, kaukah itu?" suara Adrian mengagetkan Adelia.

"I ... iya," jawab Adelia.

"Jangan makan tengah malam dong sayang, kamu tahu sendiri kan. Efek makan tengah malam. Perut kamu bisa buncit. Dan aku paling tidak suka perempuan yang tidak bisa menjaga tubuhnya," kata Adrian.

Hati Adelia rasanya sakit sekali mendengar teguran dari Adrian. Ia terpaksa makan tengah malam karena menunggu Adrian pulang. Namun setelah pulang Adrian malahan sudah makan.

Adelia terpaksa mengendap-endap makan secara sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan suaminya. Ia tahu jika suaminya tidak suka melihatnya makan di tengah malam. Adrian memang tidak suka wanita gemuk. Maka dari itu, Adelia selalu berusaha menjaga pola makannya agar tidak gendut.

"Lain kali jika ingin makan larut malam, kau makan buah saja," kata Adrian. Ia lalu kembali ke kamarnya.

Adelia menghentikan makannya. Rasanya sudah tidak enak lagi. Ia tidak berselera setelah mendengar perkataan Adrian. Ia memutuskan untuk kembali tidur di kamar.

Saat membuka pintu kamar, ia melihat Adrian sudah memunggunginya. Terdengar dengkuran halus. Ia tahu jika suaminya kelelahan, tapi Adelia tidsk bisa tidur. Ia beringsut turun ke kamar mandi.

Di kamar mandi Adelia melihat kemeja yang baru saja di pakai Adrian dari kantor. Ia merasa risih jika ada baju kotor bergelantungan di kapstok . Adelia memungutnya, berniat memasukkannya ke keranjang pakaian kotor.

Matanya mengerjap berulangkali, manakala melihat ada lipstik merah di kerah baju suaminya. Ia mengira mungkin itu adalah bekas lipstiknya. Tapi, hari ini ia memakai lipstiknya yang model baru. Yang tidak bisa menempel sembarangan.

Lalu, lipstik siapakah itu? Hati Adelia merasa tidak enak. Ia tidak ingin mencurigai suaminya. Mungkin ada wanita yang terjatuh tak sengaja memeluk suaminya, atau apa lagi. Adelia bersikeras untuk tidak memikirkan segala kemungkinan yang ada.

Tapi saat ini, hatinya berontak ingin tahu kebenarannya. Adelia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya. Ia terus meyakinkan dirinya sendiri, jika kecurigaannya tidaklah benar.

"Sayang, kamu dimana?" tanya Adrian . Buru-buru Adelia masukkan baju itu ke dalam tempat pakaian kotor. Ia pun keluar dari kamar mandi.

"Aku baru saja dari kamar mandi," kata Adelia.

"Oh, ya sudah. Sini aku peluk," kata Adrian merangkul pinggang ramping Adelia.

'Oh, Tuhan pria ini kelihatan sangat mencintaiku. Tidak mungkin jika ia _,'

**

Adelia masih saja memikirkan bekas lipstik yang ada di kerah kemeja  suaminya. Meskipun Adrian memeluknya semalaman, tapi pikirannya tidak tenang. Ia tertidur karena lelah bermain dengan pikirannya sendiri. Menerka-nerka siapakah sebenarnya pemilik lipstik itu.

Pagi pun tiba, Adelia sudah sibuk di dapur ikut membantu menyiapkan sarapan. Meskipun rasa kantuk menderanya, namun ia tetap berusaha untuk tidak terlihat mengantuk.

"Non, kurang tidur ya?"

Adelia hanya tersenyum mendengar pertanyaan salah satu asisten rumah tangganya yang sudah mulai akrab dengannya.

"Biasanya, pasangan pengantin baru memang suka lembur. Apalagi belum dapat momongan," imbuh ARTnya.

"Mbok Darsih bisa saja, doakan saja semoga cepat dapat momongan ya, Mbok," ucap Adelia.

"Tentu saja setiap habis sholat, simbok selalu doakan. Agar rumah ini segera ramai dengan suara tangis bayi," balas Mbok Darsih.

"Terima kasih, ya Mbok."

"Ini aku letakkan di meja makan dulu, biar saya yang menatanya," kata Adelia.

Simbok Darsih mengangguk. Ia sudah terbiasa memasak bersama Nyonya Besarnya. Tentu saja ketika Tuannya masih tertidur. Karena Adrian tidak suka jika Adelia mengerjakan pekerjaan dapur. Katanya seorang Nyonya tidak boleh bau dapur.

Adelia masih sibuk menyajikan piring-piring makanan di atas meja. Ia tidak tahu jika ada sepasang mata yang memelototinya dari jauh.

"Adelia!" Suara keras dari belakang membuatnya berjingkat.

Pria itu berjalan cepat dan langsung menarik lengan Adelia hingga membuat piring yang di pegang Adelia pecah berantakan.

"Prang!"

"Kamu bagaimana sih, pegang piring saja tidak becus!" sentak Adrian.

"Mas kok bilang gitu, sih."

"Tadi, mas  yang buat aku kaget," protes Adelia.

"Kamu yang salah, tapi tidak mau di salahkan. Kamu pasti tahu kan dengan jelas, alasannya apa aku memanggilmu tadi," kata Adrian.

"Iya," jawab Adelia menunduk pasrah.

"Sudah kubilang jangan kerjakan pekerjaan pembantu. Kamu itu seorang Nyonya. Istri Wakil Direktur ... eh malah kerjaannya di dapur," kata Adrian sinis.

"Mas, jangan bilang begitu dong. Aku begini kan juga ingin memperhatikanmu. Membuatkanmu masakan yang enak, itu sebagai wujud perhatianku, Mas," terang Adelia.

"Alaah ... kamu itu susah banget di ajak naik kelas. Ingat, kamu itu istri seorang Wakil.Direktur. Jaga sikapmu!" tandas Adrian.

Tak ingin menyulut pertengkaran di pagi hari, akhirnya Adelia memilih untuk diam. Mengalah bukan bersrti kalah. Hanya saja tidak enak di dengarkan ART nya. Apa kata mereka nantinya?

Adrian masih saja terus mengomel, dan mulutnya berhenti mengomel saat makanan sudah mendarat masuk ke dalam mulutnya. Makannya lumayan banyak, ia sudah habis satu piring kemudian nambah lagi.

Dalam hati Adelia merasa senang karena suaminya cocok dengan masakannya. Tapi ia tidak berkomentar apapun, takut Adrian marah lagi. Keduanya diam hingga acara makan selesai. Barulah Adrian membuka suara.

"Nanti tidak usah tunggu aku seperti kemarin. Ada rapat, jadi mungkin pulangku agak malam," kata Adrian.

"Apa setiap hari harus pulang malam, Mas?" keluh Adelia.

"Sudahlah, jangan banyak ngeluh. Harusnya kamu bersyukur punya suami Wakil Direktur. Kebutuhanmu semua aku penuhi, jadi wajar dong kalau ada pengorbanan waktu," ucap Adrian penuh tekanan.

"Iya, Mas," jawab Adelia lemah. Lagi-lagi ia memilih bungkam daripada harus bertengkar.

"Ya sudah, aku berangkat dulu. Kamu boleh ke Mall atau salon jika kamu bosan di rumah."

"Iya, Mas."

Adelia mengantarkan Adrian sampai depan pintu. Ia melambaikan tangannya sampai mobil suaminya hilang dari pandangannya.

Ia pun melangkah masuk ke dalam rumah. Adelia bingung hari ini harus melakukan apa. Ia bukanlah seorang wanita yang suka berpangku tangan apalagi menerima uang dari suaminya begitu saja.

Adelia adalah seorang wanita lulusan S2 jurusan ekonomi. Tentunya sangat di sayangkan jika dia hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Diam-diam Adelia merintis usaha online nya tanpa sepengetahuan suaminya. Karena kesibukan Adrian, ia tidak pernah tahu jika Adelia punya usaha sendiri di bidang jual beli kosmetik.

Sebagai istri ia tidak ingin berbohong pada Adrian, tapi sikap Adrian selama ini yang begitu keras dan melarangnya bekerja ini itu, membuatnya urung untuk mengatakannya.

Adelia bekerja sama dengan teman kuliahnya dulu. Ia tidak pernah packing di rumah tapi ia punya karyawan yang mengurusi semuanya.   Perusahaan kecil yang nantinya ia harapkan bisa menjadi besar dan ia turunkan pada anaknya.

Sementara di kantor, seorang wanita berparas cantik memiliki bentuk tubuh yang molek, padat dan berisi sedang berdiri di samping Adrian.

"Pak, ini laporannya yang kemarin Bapak tanyakan," kata perempuan cantik itu.

Ia memakai rok span pendek dan blazer ketat yang membalut tibuhnya dengan sempurna. Kaki jenjangnya putih mulus, dan bibirnya memakai lipstik berwarna nude.

Adrian melihat dari atas hingga ke bawah. Beberapa kali ia meneguk salivanya dengan kasar. Matanya tak sengaja mengintip belahan dada perempuan di depannya itu.

"Aku sangat lelah, bisa kau pijat pundakku sekarang," perintah Adrian.

"Bisa, Pak."

"Tunggu, aku akan duduk di sofa sana," kata Adrian bangkit dari kyrsi kebesarannya. Ia mulai duduk di sofa tamu.

Jari-jari lentik perempuan itu mulai menari-nari di pundak Adrian. Memijit punggung Adrian sedikit demi sedikit. Adrian memejamkan matanya, ia tersenyum sendiri. Membayangkan sesuatu yang hanya dirinya yang mengerti.

"Kamu dari bagian apa?" tanya Adrian dalam keadaan mata terpejam.

"Dari bagian keuangan, Pak," kata wanita itu.

"Hemm, mau naik jabatan jadi sekretaris?" tanya Adrian.

"Ma ... mau, Pak," jawab perempuan cantik itu.

"Namamu siapa?" tanya Adrian.

"Salsa, Pak."

"Hemm, Salsa mulai besok kamu jadi sekretarisku. Aku suka bajumu hari ini," puji Adrian.

"Te ... terima kasih, Pak," jawab Salsa.

"Hanya itu?" tanya Adrian. Salsa kebingungan menjawab pertanyaan bosnya.

"Maksud, Bapak?" tanya Salsa tidak mengerti.

"Maksudku, boleh nanti sore aku mengantarmu pulang?" tanya Adrian.

"Tap ... tapi_,"

"Tidak ada tapi-tapian, kamu mau kan jadi sekretarisku?" tanya Adrian penuh iming-iming.

"I ... iya, mau Pak."

"Maka dari itu, mulai sekarang jangan pernah menolak niat baikku," kata Adrian tersenyum penuh arti.

"Iya, Pak," jawab Salsa.

"Pijatnya sudah selesai, kembalilah ke ruanganmu. Nanti, jika aku panggil kau harus segera datang menemuiku," kata Adrian.

"Baik, Pak."

Sore pun tiba, Salsa sudah masuk ke dalam mobil Adrian. Lelaki itu tersenyum melirik karyawan cantiknya. Mereka duduk di belakang berjejeran.  Dan tentu saja sang sopir hanya bisa bungkam menyaksikan kenakalan Tuannya.

Mobil pun berhenti tepat di depan apartemen Salsa. "Boleh, aku masuk ke dalam?" tanya Adrian.

"Tentu, Pak. Silahkan. Akan saya buatkan kopi," kata Salsa. Adrian pun masuk ke dalam apartemen Salsa.

"Kamu tinggal sendirian di sini?" tanya Adrian.

"Iya, saya tinggal sendiri," jawab Salsa sambil meletakkan cangkir kopinya di atas meja.

Lagi-lagi mata Adrian jelalatan mengintip belahan dada penuh milik Salsa yang terlihat sedikit.

---Bersambung---

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!