Kisah ini bercerita tentang seorang pemuda berbakat bernama Palette. Ia terlahir sebagai pelukis yang luar biasa. Kemampuan istimewanya menyeretnya masuk ke dalam masalah hidup yang jauh lebih pelik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Rahasia
Jack akhirnya mengikuti wajib militer.
Meski baru berusia enam belas tahun, dua tahun lebih muda dari batas umur yang ditetapkan. Jack bisa mengikuti aturan dan pelatihan yang harus dijalani dengan disiplin.
Usianya yang paling muda membuat Jack lebih mudah untuk dikenali diantara para peserta lainnya. Secara fisik Jack yang pendiam kalah jika dibandingkan dengan teman-teman barunya sesama soldier.
Tapi itu tidak jadi masalah. Jack ikut wajib militer bukan untuk mengutamakan kekuatan fisiknya.
Bagaimana pun juga Jack Palette masuk ke satuan militer karena rekomendasi dari Kolonel Ian Shot. Sudah pasti Jack mendapat banyak kemudahan dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.
Setelah hampir dua bulan mengikuti pendidikan wajib militer Jack mengalami banyak kemajuan.
Jack yang awalnya datang dengan sikap yang begitu santai. Sekarang tampak lebih sigap dan tubuh kurusnya juga mulai berisi.
Sikap Jack pun sudah berubah menjadi lebih tegas seperti seharusnya seorang prajurit.
Pelatihan dan suasana di kamp militer membuat Jack mendapatkan pengalaman baru. Jack yang suka belajar dengan gampang menyesuaikan diri dan berkembang dengan pesat.
*
Pada suatu hari,
Setelah apel pagi nama Jack dipanggil untuk menghadap ke ruang pimpinan.
Jack dengan sikap tegapnya memenuhi panggilan tersebut. Ia masih belum tahu siapa yang hendak ditemuinya.
Jack terlebih dahulu mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan pimpinan yang tidak diberi nama.
“Masuk”, jawab suara itu.
Setelah dipersilahkan masuk baru lah Jack membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangan tersebut.
Jack Palette memberi hormat kepada pimpinan yang tengah duduk di balik meja sambil menghisap cerutu.
“Duduk lah Jack”,
Dia adalah Kolonel Ian Shot. Ini adalah kali pertama Jack kembali bertemu dengan Mr. Shot setelah ia mengikuti pelatihan untuk menjadi seorang soldier.
“Bagaimana kabarmu Jack?”,
“Apakah ada kendala selama mengikuti pelatihan?”,
“Kabarku sangat baik Kolonel Shot”,
“Aku berterima kasih karena telah diajak bergabung di satuan anda”,
Jack tidak lagi memanggil dengan sebutan Mr. Shot. Tapi Kolonel Shot.
“Apa kamu sudah menulis surat untuk ibumu?”, tanya Mr. Shot.
“Sudah Kolonel Shot, aku mengabari ibuku setiap satu minggu sekali”, jawab Jack.
“Bagus Jack, dengan begitu Mrs. Palette tidak akan khawatir”, kata Mr. Shot.
“Bagaimana dengan melukis Jack?”,
“Apakah di sini kamu masih bisa melakukannya?”, tanya Mr. Shot sambil menikmati cerutunya.
“Ya Kolonel Shot, di sini aku masih sering menggambar”,
“Hanya buku sketsa kecil dan pensil”,
“Hampir setiap malam sebelum tidur aku selalu menggambar”,
“Melukis adalah takdir ku”, jawab Jack.
Kolonel Shot mematikan cerutunya. Kini ia akan berbicara tentang persoalan yang tidak main-main dengan Palette.
“Prajurit Jack, aku memanggilmu ke ruangan ini karena ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu”,
“Sifatnya penting dan rahasia”,
“Aku harap kamu tidak terlalu terkejut ketika aku mengatakannya”, terang Kolonel Shot.
Kolonel Shot berdiri bangkit dari tempat duduknya.
Kolonel Shot mulai berjalan di dalam ruangannya dan kembali berbicara kepada Jack.
“Jack, aku tahu ketika kamu membunuh ular-ular di pohon di dalam hutan”,
“Tujuh ular pohon berwarna hijau berjatuhan dan mati begitu saja”,
“Aku juga tahu kamu membunuh sepasang burung puyuh yang tengah berada di atas bebatuan”,
“Aku mengawasi mu Jack”, Kolonel Shot memegang kedua pundak Jack.
Jack yang mendengar kalimat demi kalimat dari Kolonel Shot tentu saja terkejut. Seketika Jack menjadi tegang dan pupil matanya membesar.
Jack berpikir hanya dirinya dan Tuhan saja yang tahu tentang kemampuan istimewanya.
Nyatanya selama ini Kolonel Shot telah mengawasinya.
Kolonel Shot kembali berjalan kesana-kemari.
“Aku juga tahu setelah itu kamu sering pergi ke hutan tidak hanya untuk melukis”,
“Tapi kamu pergi ke hutan juga untuk berburu”,
“Bukan begitu Jack?”,
“Asal kamu tahu Jack, ayam hutan yang kamu bunuh tempo hari sudah berada di dalam bidikan senapanku”,
“Bagaimana kamu melakukannya Jack?”,
Kolonel Shot melanjutkan pembicaraannya dan mengakhirinya dengan sebuah pertanyaan yang akan mengungkap rahasia kekuatan yang dimiliki oleh Jack Palette.
“Ya Kolonel Shot”,
“Apa yang anda katakan semua benar adanya”,
“Aku melukisnya lalu aku memberikan tanda silang pada objek lukisanku”,
“Begitulah caraku membunuh binatang-binatang itu”,
Jawab Jack mengakuinya dan memberitahukan bagaimana ia melakukannya kepada Kolonel Shot.
“Baik lah Jack kalau begitu”,
“Aku percaya padamu sepenuhnya”, ucap Kolonel Shot.
“Karena alasan itu lah aku mengajakmu untuk bergabung ke dalam satuan ku Jack”,
“Dan sekarang aku ingin kamu membuktikannya secara langsung di hadapanku”, pinta Kolonel Shot.
“Tapi aku tidak membawa perlengkapan dan alat-alat melukisku Kolonel Shot”, kata Jack.
“Jangan khawatir Jack”,
“Aku telah menyiapkan semuanya untukmu”
“Kamu bisa melukis sesuka hatimu Jack”,
“Aku telah menyiapkan objek yang harus kamu lukis”,
“Dan membunuhnya”, perintah Kolonel Shot.