Update rutin 1-5 Bab ... Selamat membaca.
Jangan lupa tinggalkan jejak di komentar...
Long Tian, seorang pendekar jenius yang lahir di Alam Dewa, membawa bakat dan kekuatan yang melampaui batas. Namun, kehebatannya justru menjadi kutukan. Dibenci dan ditakuti oleh para pendekar lainnya, ia dianggap ancaman yang tak bisa dibiarkan. Suatu hari, empat pendekar terkuat dari ranah yang sama bersatu untuk menghancurkannya. Dalam pertarungan epik, Long Tian harus menghadapi kekuatan gabungan yang mengancam nyawanya—apakah ia mampu bertahan, ataukah takdir Alam Dewa akan berubah selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Long Tian melangkah santai di sepanjang jalan utama Kota Shengguang, auranya yang tenang namun memancarkan karisma tersendiri membuat beberapa orang tak sengaja melirik ke arahnya. Meskipun pakaiannya sederhana, sikap dan ketenangan Long Tian memberikan kesan bahwa dia bukan orang biasa.
Perutnya mulai merasakan lapar setelah perjalanan panjangnya. Dengan kekayaan yang baru saja dia peroleh dari Sekte Bulan Sabit, Long Tian memutuskan untuk memanjakan dirinya. Dia berhenti di depan sebuah restoran mewah bernama "Restoran Lembah Surgawi". Restoran itu terkenal di Kota Shengguang karena hanya menyajikan hidangan berkualitas tinggi yang diperuntukkan bagi kalangan atas.
Saat Long Tian masuk, suasana restoran langsung terasa berbeda. Lantai marmer berkilau, dinding dihiasi lukisan-lukisan indah, dan aroma makanan yang menggugah selera memenuhi udara. Para pelayan yang berpakaian rapi segera menyambutnya.
“Selamat datang, Tuan. Apa yang bisa kami bantu?” salah seorang pelayan bertanya dengan nada sopan.
Long Tian mengangguk ringan. “Bawa semua hidangan terbaik yang kalian punya. Aku tidak ingin ada yang terlewatkan dari menu kalian.”
Pelayan itu terkejut sesaat, namun segera tersenyum. “Tentu, Tuan. Silakan tunggu, kami akan menyiapkan semuanya.”
Beberapa saat kemudian, meja Long Tian dipenuhi dengan berbagai hidangan mewah. Ada daging panggang yang diolah dengan bumbu langka, sup rempah yang kaya rasa, ikan langka dari Laut Timur, hingga anggur premium yang hanya tersedia bagi kalangan bangsawan.
Long Tian menikmati setiap gigitan dengan tenang. Rasanya, setelah sekian lama bertarung dan berkultivasi tanpa henti, momen ini memberinya sedikit ketenangan. Sesekali, dia menarik perhatian pengunjung lain yang terkejut melihat betapa banyaknya makanan yang dia pesan. Namun, Long Tian tidak peduli.
Setelah puas makan, dia meletakkan tumpukan koin emas di meja tanpa menghitungnya. “Ini untuk semuanya. Jika ada lebih, anggap sebagai tip.”
Para pelayan hanya bisa melongo melihat kedermawanannya sebelum dengan cepat mengucapkan terima kasih.
Dengan langkah santai, Long Tian keluar dari restoran dan memutuskan untuk membeli pakaian baru. Dia berhenti di sebuah toko pakaian mewah bernama "Jade Silks", yang terkenal menjual jubah dan pakaian berkualitas tinggi.
Pemilik toko, seorang wanita paruh baya yang anggun, menyambutnya dengan penuh hormat. “Selamat datang, Tuan. Silakan lihat koleksi kami. Kami memiliki jubah terbaik di kota ini.”
Long Tian melirik beberapa jubah yang digantung. Pilihannya jatuh pada sebuah jubah hitam dengan bordiran emas di bagian pinggirnya. Jubah itu terbuat dari kain sutra langka, terasa lembut namun kuat, dengan desain yang elegan.
“Aku akan ambil ini,” kata Long Tian sambil menyerahkan beberapa koin emas tanpa menawar.
Dia segera mengenakan jubah barunya. Penampilannya sekarang benar-benar berubah. Dengan jubah hitam berbordir emas, rambut panjangnya yang hitam kemerahan, dan auranya yang memikat, Long Tian tampak seperti seorang bangsawan tinggi yang tak tertandingi.
“Sempurna,” gumamnya puas. Dengan langkah mantap, dia kembali ke jalan utama, siap untuk memulai langkah selanjutnya di Kota Shengguang.
...
Langkah santai Long Tian membawanya ke sebuah wilayah luas dengan gerbang raksasa yang dihiasi lambang berbentuk api emas yang membara. Kompleks megah itu adalah Sekte Api Emas, salah satu sekte terkuat di Kekaisaran Guang, dan tempat yang kini menjadi tujuannya.
Long Tian berhenti sejenak di depan gerbang, matanya menyapu bangunan megah yang terlihat menjulang dari kejauhan. Beberapa murid tampak berlatih di lapangan luas, sementara penjaga berseragam merah keemasan berjaga dengan waspada.
Dia melangkah maju dan mendekati salah satu penjaga, seorang murid muda dengan wajah serius yang memegang tombak di tangannya. "Aku ingin bergabung dengan Sekte Api Emas," ujar Long Tian langsung, suaranya tegas namun tidak berlebihan.
Penjaga itu mengerutkan alis. "Penerimaan murid baru belum dibuka," jawabnya singkat.
"Kapan akan dimulai?" tanya Long Tian, tetap tenang.
Penjaga itu menghela napas seolah merasa terganggu, namun tetap menjawab. "Penerimaan akan diadakan sebulan lagi. Jika kau ingin mencoba keberuntunganmu, datanglah saat itu. Tapi aku sarankan kau mempersiapkan diri. Persaingannya akan sangat ketat."
Mata Long Tian sedikit menyipit mendengar itu, namun dia tidak menunjukkan tanda ketidaksabaran. "Baiklah," jawabnya singkat, lalu berbalik meninggalkan gerbang tanpa menoleh lagi.
Saat dia berjalan kembali ke arah kota, pikirannya merenung. "Satu bulan, huh? Cukup waktu untuk mempelajari lebih banyak tentang dunia ini dan menyusun strategi. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu ini."
Dia mencari penginapan di dekat Sekte Api Emas, memastikan dirinya tetap berada dalam jarak yang mudah dijangkau. Setelah menemukan sebuah penginapan sederhana namun bersih, Long Tian menyewa kamar untuk sebulan penuh.
...
Malam harinya di Kota Shengguang begitu meriah. Lampion-lampion bercahaya hangat menggantung di sepanjang jalan, menyinari pameran yang dipenuhi dengan pedagang, seniman jalanan, dan kerumunan orang yang sibuk menikmati suasana. Aroma makanan jalanan menggoda, bercampur dengan suara tawa dan obrolan yang memenuhi udara.
Long Tian yang awalnya berniat menghabiskan malam dengan kultivasi, mendapati dirinya tergoda oleh keramaian di luar. Dengan langkah santai, dia keluar dari penginapan dan mulai menyusuri jalan-jalan kota, menikmati pemandangan dan atmosfer yang jarang ia temui.
Saat dia tengah berjalan, pandangannya tertuju pada kereta yang berhenti tidak jauh darinya. Di depan kereta itu, seorang wanita dengan rambut emas yang memikat turun dengan anggun, ditemani oleh dua pendekar wanita yang berdiri di sisinya. Mata Long Tian segera mengenali sosok itu—Qin Xueyin, wanita yang membantunya masuk ke Kota Shengguang.
Qin Xueyin juga menyadari keberadaannya. Sebuah senyum kecil muncul di wajahnya. “Ternyata benar itu kau, Long Tian. Aku tidak menyangka akan bertemu lagi di sini.”
Long Tian membalas dengan anggukan ringan. “Aku juga tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu, Nona Qin. Tampaknya kau selalu dikelilingi oleh kemeriahan.”
Qin Xueyin tertawa kecil, suaranya lembut namun membawa aura percaya diri. “Bukan aku yang membawa kemeriahan, tapi pameran ini memang selalu menjadi acara besar di Shengguang. Lalu, apa yang membawamu ke luar malam ini? Bukankah kau lebih suka bersikap tenang?”
Long Tian tersenyum tipis. “Aku hanya ingin melihat suasana kota. Sepertinya tempat ini cukup menarik.”
Qin Xueyin melirik ke arah dua pengawalnya, lalu berkata, “Bagaimana kalau kau menemani kami? Aku yakin ada banyak hal di sini yang bisa membuatmu terkesan.”
Long Tian tidak menolak. Dia berjalan di sisi Qin Xueyin, sementara dua pengawalnya mengikuti dengan langkah tenang namun penuh kewaspadaan.
Saat mereka berjalan, Qin Xueyin memecah keheningan. “Jadi, apakah kau sudah berhasil masuk ke Sekte Api Emas?”
Long Tian menggeleng pelan. “Belum. Penerimaan murid baru masih sebulan lagi. Untuk saat ini, aku hanya menunggu waktu yang tepat.”
Qin Xueyin tampak berpikir sejenak sebelum berkata, “Kau tahu, persaingan untuk masuk ke Sekte Api Emas sangat ketat. Bahkan beberapa pendekar dari keluarga besar pun belum tentu berhasil. Apakah kau yakin dengan peluangmu?”
Long Tian menatap lurus ke depan, auranya tetap tenang. “Aku hanya perlu mencoba. Jika itu takdirku, maka tak ada yang bisa menghalanginya.”
Qin Xueyin tersenyum kecil mendengar jawabannya. “Kau memang orang yang penuh keyakinan. Itu hal yang jarang aku temui.”
Keramaian pameran malam itu semakin terasa hidup. Lampu-lampu lentera yang bergoyang lembut dihembus angin menciptakan suasana magis, sementara suara tawa anak-anak, teriakan penjual, dan denting alat musik tradisional memenuhi udara. Long Tian yang berjalan di samping Qin Xueyin merasa sedikit aneh—dia yang biasanya lebih suka menyendiri kini mendapati dirinya berbagi langkah dengan seseorang yang begitu ramah dan terbuka.
“Jadi, Long Tian,” Qin Xueyin memecah keheningan dengan nada lembut, “bagaimana kau akan menjalani hari-harimu di Shengguang? Apa yang kau lakukan selain menunggu penerimaan Sekte Api Emas?”
“Tidak banyak,” jawab Long Tian santai. “Aku akan menghabiskan waktu dengan berkultivasi dan mencari informasi. Kota ini memang penuh hal menarik, tapi aku lebih fokus pada tujuanku.”
Qin Xueyin tersenyum mendengar jawabannya. “Kau begitu serius. Terkadang, kau perlu menikmati hidup. Shengguang menawarkan banyak hal selain kultivasi, kau tahu.”
“Menikmati hidup, ya?” Long Tian menatap ke langit yang dipenuhi lampion terbang. “Mungkin aku akan memikirkannya, jika sudah mencapai tujuanku.”
Qin Xueyin tertawa kecil. “Kau seperti seorang pria tua yang bijak, padahal usiamu terlihat muda.”
Long Tian mengangkat alis, menyadari ironi ucapan itu. “Mungkin kau benar.” Dia tidak menjelaskan lebih jauh, membiarkan obrolan itu mengalir.
Saat mereka melewati sebuah kedai kecil yang menjual makanan jalanan, aroma harum daging panggang menyerbu indera mereka. Qin Xueyin berhenti sejenak. “Bagaimana kalau kita mencicipi ini? Mereka mengatakan ini salah satu makanan khas Shengguang.”
Long Tian mengangguk tanpa keberatan. Mereka memesan beberapa tusuk sate daging panggang yang terlihat menggoda. Saat mencoba gigitan pertama, Qin Xueyin tersenyum puas. “Rasanya benar-benar enak. Kau harus mencobanya.”
Long Tian mengambil tusuk sate itu dan menggigitnya. Rasa gurih dan aroma rempah memenuhi mulutnya. “Lumayan,” komentarnya singkat.
“Lumayan?” Qin Xueyin tertawa. “Kau benar-benar sulit untuk terkesan, ya?”
“Aku hanya tidak terbiasa dengan makanan seperti ini,” jawab Long Tian dengan nada santai.
Setelah menghabiskan makanan mereka, mereka melanjutkan langkah, melewati berbagai stand yang menjual barang-barang unik, mulai dari perhiasan, kain, hingga senjata kecil. Qin Xueyin beberapa kali berhenti untuk melihat barang-barang yang menarik perhatiannya, sementara Long Tian tetap berjalan dengan tenang, lebih banyak memperhatikan daripada berbicara.
Di salah satu stand, Qin Xueyin menunjukkan sebuah liontin batu giok kecil. “Lihat ini. Bukankah ini terlihat indah?” tanyanya sambil mengangkat liontin itu agar Long Tian bisa melihatnya.
“Ya, cukup indah,” jawab Long Tian sederhana.
Qin Xueyin tersenyum kecil, lalu membeli liontin itu tanpa ragu. “Aku rasa ini akan menjadi kenang-kenangan yang bagus dari malam ini.”
“Kenang-kenangan, ya?” Long Tian mengulang kata itu dengan nada datar.
“Tentu saja. Kau tahu, malam seperti ini jarang terjadi,” jawab Qin Xueyin sambil memasukkan liontin itu ke dalam kantong kecilnya. “Terkadang kita butuh sesuatu untuk mengingat momen-momen kecil yang membuat hidup ini lebih berarti.”
Long Tian tidak menjawab, tetapi dalam hatinya, dia setuju. Dia sudah terlalu lama hidup di bawah tekanan pertempuran, ambisi, dan kultivasi tanpa akhir. Momen sederhana seperti ini terasa asing namun menenangkan.
Ketika malam semakin larut, mereka memutuskan untuk mengakhiri jalan-jalan mereka. Qin Xueyin mengajak Long Tian kembali ke keretanya, sementara dua pengawalnya tetap mengikuti dari belakang dengan waspada. Saat mereka tiba di depan penginapan Long Tian, Qin Xueyin berhenti dan menatapnya.
“Aku senang bisa bertemu lagi denganmu malam ini,” katanya dengan senyum tulus. “Aku harap kau bisa mencapai tujuanmu di Sekte Api Emas.”
“Terima kasih atas waktumu malam ini, Nona Qin,” jawab Long Tian dengan anggukan sopan. “Aku juga berharap kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan.”
Qin Xueyin naik ke keretanya, sementara Long Tian berdiri di sana, melihat kereta itu perlahan menjauh. Malam itu meninggalkan kesan yang tak biasa baginya—sebuah kehangatan yang jarang ia temukan dalam perjalanan panjang hidupnya. Setelah itu, dia melangkah masuk ke penginapannya, kembali ke dunianya yang penuh dengan ketenangan dan tujuan besar.
🤭🤭🤭🤭