(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
ISTRI 13 TAHUN
33
"Wahhh menantu ibu cantik sekali, ibu sampai pangling loh lihat kamu Niah. Ibu yakin nanti Jaja pasti tidak akan bisa mengalihkan penglihatannya dari kamu percaya deh sama Ibu," Rosiati yang baru saja masuk ke dalam kamar dimana menantunya berada menatap kagum Suniah. Tidak salah dirinya memilih MUA yang paling terkenal itu untuk meng make-up menantunya. Dan lihatlah hasilnya sekarang lebih dari apa yang dibayangkan Rosiati.
"Terima kasih Ibu, Ibu juga sangat cantik." Malu Suniah sambil menutup wajahnya.
"Hahaha kamu bisa saja memuji Ibu, Niah." Rosiati mendekati Suniah dan memberikan ciuman kasih sayang kepada menantunya itu.
Maimun yang berada tidak jauh dari anak dan besannya terharu karena bersyukur sekali anaknya dapat mertua sebaik Rosiati yang memperlakukan anaknya seperti anak kandungnya sendiri. Hanya itu harapan Maimun kala anaknya nanti sudah di rumah mertuanya. Mana ada sih seorang Ibu yang ingin anaknya sengsara yang ada itu hanya bahasa baik itu bersama suaminya maupun dengan keluarga suaminya. Intinya mereka menerima anaknya dengan baik tanpa melihat latar belakang keluarga mereka.
"Ya sudah Ibu keluar dulu ya, sebentar lagi Jaja akan kesini menjemput kamu," Suniah hanya membalas dengan anggukan saja.
Rosiati membawa Maimun keluar dari ruangan itu begitupun dengan Kasiah. Dan kini hanya tinggal Suniah sendiri sambil menatap pantulan dirinya di cermin besar di depannya. Sesekali tangan Suniah saling bertautan karena rasa grogi dan sedikit takut.
CEKLEK!!!
Tubuah Suniah mematung kala pintu kamar sudah terbuka. Suniah yakin yang datang itu suaminya, Pajajar sesuai dengan apa yang dikatakan Ibu mertuanya tadi.
"Sudah siap Niah?" Suara berat itu membuat bulu kuduk Suniah meremang. Bahkan suara sepatu Pajajar semakin mendekat menuju Suniah yang semakin membuat seluruh tubuh Suniah semakin berdiri kaku.
"MasyaAllah cantik sekali istri mas," ungkap Pajajar menyetarakan kepalanya dengan kepala Suniah. Bahkan kepala Pajajar tepat berada si samping leher Suniah. Tidak dapat Pajajar ungkap kan dengan kata-kata betapa cantiknya istri kecilnya itu. Bahakan bisa mengalahkan wajah-wajah wanita yang pernah ditemuinya.
"Te--terimakasih Mas," balas Suniah dengan telinga memanas serta suara yang gugup
Bagaimana tidak gugup dirinya, bahkan baru kali ini ada laki-laki yang berdiri dekat dengannya bahkan jarak mereka bisa di pastikan tidak ada lantaran Pajajar merapatkan tubuhnya pada bagian bahu Suniah. Gugup, bahkan sangat gugup itulah yang dirasakan Suniah.
Jantung Suniah pun berpacu dengan cepat seakan mau keluar dari tempatnya. Mungkin saja jika jantungnya dikeluarkan bisa dipastikan sudah seperti speaker yang tengah berdentum.
"Bisa nggak ya kamu tidak usah saja keluar Niah, mas rasanya sangat tidak rela jika nanti banyak pasang mata yang melihat kecantikan istri mas ini,"
Blusss!!!!
Seperti ada bunga yang tengah mengeluarkan kupu-kupu dari dada Suniah. Jika saja saat ini dirinya tidak di make-up sudah bisa di tebak semerah apa pipi Suniah. Jujur saja baru kali ini dirinya digombali laki-laki yang bahkan laki-laki itu sudah menjadi suaminya.
"Mas aku malu," lirih Suniah berusaha menutup wajahnya.
"Tidak usah malu, lagian kan mas ini suami kamu. Jadi wajar-wajar saja mas melakukan itu." Beberapa kali Pajajar mendaratkan bibirnya pada pipi sang istri. Meskipun dilapisi make-up bukan berarti Pajajar tidak bisa mencium sang istri. Ntah kenapa saat ini dirinya merasa berbeda dari biasanya. Semenjak mengucapkan kalimat sakral kemaren dirinya tiba-tiba saja tergila-gila kepada Suniah. Mungkin saja ini yang namanya cinta pada pandangan kedua. Karena pada pandangan pertama waktu itu Pajajar tidak merasakan apa-apa sama sekali.
TBC