Balasan Buat Suami Selingkuh

"Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Arga di perjalanan. Ia memperhatikan sedari tadi Adelia hanya melamun saja.

"Eh, iya. Tidak apa-apa kok," jawab Adelia memaksakan dirinya tersenyum.

"Kamu menyesal?" tanya Arga lagi. Adelia menggeleng pelan.

"Aku tidak menyesal dengan keputusanku kali ini. Tapi, orang tuaku terutama ayahku ... aku mencemaskan kesehatannya," tutur Adelia.

"Gara-gara rumah tanggaku yang gagal, orang tuaku ikut merasakan sakitnya," imbuh Adelia.

"Jangan berpikiran sejauh itu. Hatimu akan bertambah sakit nantinya," ucap Arga memberikan motivasinya.

Adelia menatap Arga, ia lalu menyunggingkan senyum termanisnya. "Terima kasih hari ini sudah bantu aku," ucap Adelia.

"Bantu apaan sih?" tanya Arga.

"Tadi mau jatuh gara-gara Salsa, kamu yang menolongku," terang Adelia.

"Oh, itu. Enggak masalah."

"Aku takut pacar cantikku ini lecet-lecet, hehehe," kata Arga sembari menyetir mobil.

"Pacar, sejak kapan jadi pacarmu Mas?"

"Ya, meski pacar pura-pura aku mulai menyukai peranku ini," kata Arga garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

'Maaf, Mas untuk sekarang ini aku belum berani mencintai siapapun kecuali kedua orang tuaku,' batin Adelia.

Ia merasa tidak siap mengisi hatinya dengan pria lain. Kegagalannya dalam berumah tangga membuatnya berhati-hati dalam memilih pasangan. Terlebih Arga Dwinata bukanlah pria biasa, ia pria tampan yang cukup berkelas. Tidak mungkin, seorang Arga tidak ada yang mengejar dan menginginkan pria itu menjadi suaminya.

Awalnya Adelia ingin menggunakan Arga sebagai tameng. Makanya waktu itu ia meminta Arga sebagai pacar pura-puranya. Tapi, lama kelamaan ia makin tidak enak dengan sikap Arga yang terbilang cukup baik padanya. Bahkan selalu siap sedia bila di mintai tolong.

"Mas, aku nanti tolong turunkan aku di apartemen. Aku ingin istirahat," pinta Adelia.

"Oke."

"Tapi, maaf aku tidak bisa menemani. Soalnya aku masih ada perlu dengan klienku hari ini," kata Arga.

"Tidak apa-apa Mas, lagi pula aku ingin langsung tidur," ucap Adelia.

Arga pun menurunkan Adelia di apartemennya sementara ia kembali ke kantor untuk mengurus beberapa pekerjaan yang tertunda. Dan hari ini ia harus bertemu dengan klien penting. Biasanya bisa di wakilkan, tapi klien ini ingin bertemu dengan Arga langsung. Arga jadi penasaran, siapa klien penting yang di maksud asistennya.

Di kantor, Arga masuk ke dalam ruangannya. Ia melihat ada seseorang yang tengah berdiri menghadap jendela. Wanita itu tak lain adalah Sinta, mantan istri Arga.

"Kau, akhirnya datang juga," senyum Sinta. Senyum yang sempat menghiasi hari-hari Arga waktu dulu. Namun, juga menghancurkannya hingga berkeping-keping saat Sinta lebih memilih bercerai demi karirnya sebagai model papan atas yang tengah  gemilang saat itu.

"Ada apa kau kemari?" tanya Arga dingin.

"Oh, kebetulan aku di pilih dari perusahaan kosmetik Nona Adelia sebagai brand ambassadornya," terang Sinta.

'Adelia kenapa kau mengirimkan wanita ini ke dalam kerjasama kita, dia mantan istriku. Wanita yang telah menghancurkan hidupku,' batin Arga.

Tak ada yang mengetahui pernikahan Arga dan Sinta. Karena mereka melakukannya diam-diam. Sinta seorang publik figur, ia tidak ingin berita pernikahannya membuat karirnya merosot. Banyak penggemarnya yang menyukai statusnya single daripada sudah menikah.

Usia pernikahan mereka yang terbilang muda membuatnya tidak bisa mempertahankan pernikahannya. Arga memilih menuruti Sinta yang waktu itu meminta cerai darinya.

"Akhirnya bisa bertemu denganmu lagi," sapa Sinta. Ia tidak menyangka perusahaan besar yang di kunjunginya saat ini adalah milik mantan suaminya.

Waktu itu Sinta hanya mengenal Arga sebagai Arga yang biasa saja. Ia tidak tahu menahu mengenai perusahaan yang di miliki Arga. Arga yang dulunya teman semasa kuliahnya lebih memilih jurusan kedokteran daripada ekonomi. Entah apa yang membuat Arga berkecimpung dalam dunia bisnis.

"Langsung saja, tidak usah basa-basi."

Arga memberikan isyarat pada Sinta untuk duduk di sofa tamunya. Ia juga menelepon karyawannya untuk mengantarkan dua cangkir kopi di ruang presdir.

Mata Sinta masih saja menatap kursi singgasana Arga Dwinata. Ia tidak menyangka jika mantan suaminya bisa sesukses sekarang.

"Aku tidak menyangka setelah aku tinggalkan kamu makin sukses dan tampan," puji Sinta.

"Kamu datang jauh-jauh kemari hanya ingin memujiku saja," tegur Arga.

"Tentu saja tidak, aku kemari karena ada urusan penting. Sekaligus memperkenalkan diri sebagai brand ambassador produk kosmetik Nona Adelia yang sekarang lagi trend di kalangan para wanita."

"Kalau hanya itu, kamu bisa bertemu langsung dengan asistenku. Tidak perlu menemuiku," balas Arga.

Sinta berjalan melenggak-lenggok di belakang Arga. Lalu ia memeluk pinggang lelaki itu dengan erat.

"Aku merindukanmu," bisiknya. Arga melepaskan tangan Sinta. Ia sudah mematikan perasaannya sejak dulu. Semenjak Sinta lebih memilih karirnya daripada menjadi ibu yang akan mengandung anak-anaknya kelak.

"Aku sudah mati rasa denganmu. Jadi, tolong jaga sikapmu," peringat Arga.

"Hah, jaga sikap ya."

"Apa yang membuatmu berubah sekarang? Apa ada wanita lain di hatimu?" desak Sinta.

"Bukan urusanmu, kalau sudah tidak ada urusan lagi sebaiknya kamu pulang saja," usir Arga.

"Kamu sudah berubah," ujar Sinta.

"Anggap saja kau yang membuatku berubah," jawab Arga. Sinta tak mampu berkata apapun lagi. Ia pun mengambil tasnya yang ada di sofa lalu berpamitan pada Arga.

"Permisi, terima kasih sudah meluangkan waktunya," pamit Sinta.

"Sama-sama," balas Arga.

Lelaki itu memandangi kepergian Sinta dengan tatapan datar. Ia tahu bagaimana seharusnya bersikap pada  wanita yang telah mengecewakannya. Ada alasan lain yang membuat Arga saat itu mengabulkan permintaan Sinta untuk bercerai. Yaitu perselingkuhan. Menurut informasi dari mata-mata yang bayaran Arga, Sinta kekeh ingin bercerai karena terlibat percintaan dengan lawan mainnya di film terbarunya.

Arga tidak hanya mendengar gosip saja tapi ia juga menemukan banyak buktinya. Di dalam rumah Sinta bersikap manis. Tapi di luar dia liar dengan pria lain. Hati Arga bertambah sakit manakala Sinta lebih memilih kekasihnya dengan dalih karir untuk menutupi perselingkuhannya.

Lamunan Arga buyar manakala sebuah telepon berdering cukup keras. Ia mendengarkan dengan seksama, lalu segera mengambil jasnya. Temannya dari rumah sakit dimana ayahnya Adelia di rawat menelepon. Mengatakan jika ayah Adelia dalam keadaan kritis.

Tujuan utama Arga bukan rumah sakit, namun apartemen Adelia. Ia tahu perempuan itu tengah tidur dan belum mendapatkan kabar penting dari rumah sakit. Arga khawatir dengan kondisi mental Adelia. Wanita itu pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.

Tok tok tok

Arga sudah sampai di depan pintu apartemen Adelia. Tak ada sahutan ia kembali mengetuk pintu lebih keras. Tapi, masih saja tidak ada jawaban. Baru ia mau menekan hendelnya, Adelia sudah berdiri di depannya.

"Ada apa Mas?" tanya Adelia.

---Bersambung---