NovelToon NovelToon
Dosa Dibalik Kebangkitan

Dosa Dibalik Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Kutukan / Fantasi Wanita / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Wati Atmaja

Di sebuah negeri yang dilupakan waktu, seorang jenderal perang legendaris bernama Kaelan dikutuk untuk tidur abadi di bawah reruntuhan kerajaannya. Kutukan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya selama perang berdarah yang menghancurkan negeri tersebut. Hanya seorang gadis dengan hati yang murni dan jiwa yang tak ternoda yang dapat membangkitkannya, tetapi kebangkitannya membawa konsekuensi yang belum pernah terbayangkan.
Rhea, seorang gadis desa yang sederhana, hidup tenang di pinggiran hutan hingga ia menemukan sebuah gua misterius saat mencari obat-obatan herbal. Tanpa sengaja, ia membangunkan roh Kaelan dengan darahnya yang murni.
Di antara mereka terjalin hubungan kompleks—antara rasa takut, rasa bersalah, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan. Rhea harus memutuskan apakah ia akan membantu atau tidak.
"Dalam perjuangan antara dosa dan penebusan, mungkinkah cinta menjadi penyelamat atau justru penghancur segalanya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wati Atmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayiku yang Malang

Di tengah kota kerajaan yang sibuk, berdiri Elondria, sebuah wilayah khusus yang dikuasai oleh keluarga Aelric. Sebagai salah satu keluarga terpandang yang memiliki sejarah panjang sebagai pahlawan, keluarga ini diberi kepercayaan untuk memimpin wilayah tersebut. Elondria dipisahkan dari hiruk-pikuk kota oleh tembok batu tinggi yang dihiasi panji-panji berwarna biru dan emas, melambangkan kehormatan dan keberanian.

Di balik tembok itu, rumah utama keluarga Aelric berdiri megah. Bangunan besar dari batu kapur krem dengan atap genteng merah tua itu tampak kokoh dan elegan. Pilar-pilar tinggi menopang beranda depan, memberikan kesan berwibawa. Halaman luasnya dihiasi taman penuh bunga berwarna-warni dan pohon-pohon besar yang meneduhkan. Di tengah taman, sebuah kolam kecil dengan air mancur menciptakan suara gemericik lembut, menjadi oase di tengah padatnya kehidupan kota.Namun, di malam itu, ketenangan Elondria berubah menjadi ketegangan yang mencekam.

Di dalam rumah utama, Sir Tharen Aelric berjalan mondar-mandir di ruang utama dengan pedang di pinggangnya. Wajahnya penuh waspada, sementara Lady Seraphine menggendong bayi mereka yang baru berusia satu bulan. Bayi laki-laki itu adalah rahasia besar keluarga, dilahirkan di bawah fenomena langka bulan biru, simbol ramalan besar tentang kebangkitan Kaelan.

"Tharen," bisik Seraphine kepada suaminya, Sir Tharen Aelric, yang berdiri tegas dengan tangan di gagang pedang, matanya awas mengawasi setiap sudut rumah. "Apakah kita melakukan hal yang benar? Menyembunyikannya seperti ini hanya membuatku semakin cemas."

"Kita tidak punya pilihan, Seraphine," jawab Tharen dengan nada tegas, meskipun ada nada getir di balik suaranya. "Kerajaan tidak akan memperlakukannya sebagai seorang anak. Dia adalah simbol kekuasaan, alat yang akan mereka bentuk sesuai keinginan mereka. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Seraphine menghela napas panjang. "Tapi dia masih bayi, Tharen. Dia tidak tahu apa-apa. Bagaimana mungkin dia harus menanggung beban seperti ini?"

"Tharen," bisik Seraphine kepada suaminya, Sir Tharen Aelric, yang berdiri tegas dengan tangan di gagang pedang, matanya awas mengawasi setiap sudut rumah. "Apakah kita melakukan hal yang benar? Menyembunyikannya seperti ini hanya membuatku semakin cemas."

"Kita tidak punya pilihan, Seraphine," jawab Tharen dengan nada tegas, meskipun ada nada getir di balik suaranya. "Kerajaan tidak akan memperlakukannya sebagai seorang anak. Dia adalah simbol kekuasaan, alat yang akan mereka bentuk sesuai keinginan mereka. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Seraphine menghela napas panjang. "Tapi dia masih bayi, Tharen. Dia tidak tahu apa-apa. Bagaimana mungkin dia harus menanggung beban seperti ini?"

Tharen menatap wajah mungil anaknya yang tenang, bertolak belakang dengan badai yang melanda keluarganya. "Itulah sebabnya kita harus melindunginya, Seraphine. Dia adalah darah Kaelan. Dia membawa kekuatan yang bisa mengubah dunia ini. Tapi sampai dia cukup dewasa untuk memilih, tanggung jawab kita adalah menjaga agar dia tetap bebas."

Suara derap kuda terdengar di kejauhan, memecah keheningan malam. Api obor berkobar di luar tembok Elondria, menyorotkan bayangan prajurit yang mendekat. Pasukan kerajaan telah tiba, mengepung wilayah keluarga Aelric dengan ketat.

"Dobrak gerbangnya!" teriak seorang komandan dengan suara lantang.

Dengan sekali hantam, gerbang kayu yang kokoh itu roboh. Pasukan menyerbu masuk ke Elondria, mengisi jalanan batu dengan langkah kaki berat. Para pelayan berlarian mencari tempat berlindung, sementara prajurit keluarga Aelric yang sedikit jumlahnya berusaha menahan serangan.

Di dalam rumah, Tharen segera memerintahkan Seraphine untuk membawa bayi mereka ke lorong rahasia. "Pergi sekarang! Aku akan menahan mereka."

Di luar, angin malam bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Namun, itu bukanlah satu-satunya ancaman malam itu. Jauh di kejauhan, pasukan kerajaan telah mulai bergerak, langkah kaki mereka bergema di tengah kesunyian. Penunggang kuda berbaju besi lengkap memimpin rombongan, membawa perintah langsung dari Perdana Menteri Edric.

"Rumah itu ada di depan," ujar salah satu prajurit, menunjuk ke arah hutan. "Kita harus menangkap bayi itu hidup-hidup. Tidak ada ruang untuk kegagalan."

Pemimpin pasukan mengangguk, wajahnya keras. "Bersiaplah. Keluarga Aelric adalah keturunan pahlawan. Mereka tidak akan menyerahkan anak itu dengan mudah."

Serangan Tengah Malam

Di dalam rumah, Tharen mendengar bunyi langkah kaki berat mendekat. la segera menggenggam pedangnya erat-erat dan menoleh ke arah Seraphine. "Mereka sudah dekat. Ambil bayi itu, dan pergi melalui pintu rahasia. Aku akan menghadang mereka."

"Tapi-"

"Tidak ada tapi, Seraphine!" suara Tharen bergetar penuh tekad. "Keselamatan anak kita adalah yang utama."

Dengan air mata berlinang, Seraphine mengambil bayi itu dari buaian dan membungkusnya dengan selimut tebal. la berlari menuju lorong rahasia yang tersembunyi di bawah lantai dapur, sambil mendengar suara pintu depan didobrak dengan paksa.

Tharen berdiri di ambang pintu utama, menghadapi pasukan kerajaan yang menyerbu masuk. Pedangnya berkilau di bawah cahaya bulan, siap melindungi keluarganya hingga titik darah penghabisan.

Pertempuran pun pecah. Tharen melawan dengan keberanian seorang ksatria, menggagalkan setiap serangan yang diarahkan kepadanya. Namun, jumlah pasukan terlalu banyak. Meski ia berhasil menahan mereka cukup lama, salah satu prajurit menemukan lorong rahasia itu

Seraphine, dengan bayi di pelukannya, membuka pintu menuju lorong bawah tanah yang tersembunyi di dapur. Namun, suara langkah kaki prajurit semakin mendekat, membuatnya berlari dengan panik. Bayi itu mulai menangis, dan suara kecil itu terasa seperti lonceng yang memandu para pemburu.

Tharen berdiri di ruang utama, pedangnya terhunus. Dengan keberanian seorang prajurit yang pernah memimpin di medan perang, ia melawan pasukan kerajaan yang menyerbu masuk. Pedangnya berkilat di bawah cahaya obor, menciptakan dentingan tajam saat berbenturan dengan senjata musuh.

Namun, jumlah musuh terlalu banyak. Dalam sekejap, ruang utama berubah menjadi medan pertempuran kecil. Asap dari obor dan suara senjata memenuhi udara, menciptakan suasana yang panas dan menyesakkan.

Seraphine mendengar langkah kaki mendekat dengan cepat. Napasnya tersengal, dadanya sesak oleh ketakutan. la memeluk bayi itu erat-erat, bersembunyi di balik pintu kecil yang mengarah ke luar hutan.

Namun, sebelum ia bisa melarikan diri lebih jauh, beberapa prajurit telah mengepungnya. "Serahkan anak itu," perintah salah satu prajurit.

"Tidak!" teriak Seraphine, matanya penuh keberanian meskipun hatinya diliputi ketakutan. "Dia adalah anakku! Dia bukan milik kalian!"

Seorang prajurit melangkah maju, mencoba mengambil bayi itu. Seraphine berusaha melawan, tetapi kekuatannya tak sebanding. Bayi itu akhirnya berhasil direbut darinya.

"Tidak! Jangan bawa dia pergi!" tangis Seraphine, suaranya menggema di tengah malam.

Namun, para prajurit itu tak mengindahkan jeritannya. Mereka membawa bayi itu pergi, meninggalkan Seraphine yang terjatuh di tanah, menangis dalam keputusasaan.

Tharen Terluka, Harapan Pudar

Di depan rumah, Tharen sudah terjatuh ke tanah, tubuhnya penuh luka akibat perlawanan gigihnya. Ketika ia melihat para prajurit pergi dengan membawa anaknya, ia hanya bisa merangkak lemah ke arah Seraphine.

"Seraphine..." panggilnya dengan suara serak.

Seraphine mendekatinya, air matanya mengalir deras. "Tharen, mereka mengambilnya. Mereka mengambil anak kita."

Tharen menggenggam tangan istrinya dengan sisa kekuatannya. "Kita belum kalah, Seraphine. Kita akan menemukannya... Aku berjanji."

Bulan biru yang bersinar di langit malam seolah menjadi saksi bisu tragedi ini. Bayi yang dianggap sebagai reinkarnasi Kaelan kini berada di tangan kerajaan, siap dijadikan alat kekuasaan. Namun, bagi keluarga Aelric, perjuangan baru saja dimulai.

1
seftiningseh@gmail.com
menurut aku episode satu di novel ini sangat bagus aku tarik baru baca sedikit menurut aku pribadi novel ini memiliki sedikit nuansa fantasi
semangat terus yaa berkarya
oh iya jangan lupa dukung karya aku di novel istri kecil tuan mafia yaa makasih
Wati Atmaja: terima kasih ya komentarnya.Aku makin semangat.
total 1 replies
Subaru Sumeragi
Begitu terobsesi sama cerita ini, sampai lahap ngelusin buku dari layar!
Wati Atmaja: makasih kaka. tambah semangat nulis cerita ya
total 1 replies
naruto🍓
Penulis berhasil menghadirkan dunia yang hidup dan nyata.
Wati Atmaja: terima kasih atas komentarnya /Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!