Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Pelajaran mengaji dan juga menghafal telah usai dilanjut dengan mengaji kitab dan juga hadist, dan setelah semua pelajaran selesai mereka pun kembali ke kamar masing - masing, Annisa yang belum terbiasa sudah merasa sangat mengantuk ,berbeda dengan santriwati yang lain ,karena sudah terbiasa mereka terlihat biasa - biasa saja.
"Wah , gak nyangka yah tadi suara Annisa semerdu itu ,maafin aku yah ca , sempet nyangka kamu gak bisa ngaji udah suudzon akau sama kamu ca " ucap Wirda memuji Annisa sekaligus meminta maaf karena telah berpikiran buruk tentang Annisa.
"iya maafin kita ca, soalnya kamu aja gak bisa pake jilbab, jadi kita nyangka kamu juga gak bisa ngaji hehe" Maulida yang juga salah sangka meminta maaf kepada Annisa.
"ah sudahlah jangan dilebih - lebih kan" Annisa tersipu malu dengan pujian dari teman - teman nya.
"eh iya , kamu laper gak? kalau disini makan cuman tiga kali ,pagi ,siang dan sore ,gak ada makan malam ,tapi kalau lapar kita bisa jajan kok ke toko nya buk Ustadzah Ainun " ujar Ningsih setelah melihat Annisa yang lemas.
"iya , disana juga banyak segala perlengkapan buat mandi atau yang lain nya" tambah Maulida.
"aku lupa ,gatau dikasih duit berapa sama papa" Annisa sampai lupa , ia tak membawa uang sama sekali.
"ini di tas kamu mungkin , tadi ada yang gak aku buka pas bantuin beresin " ujar Arina seraya memegang tas Annisa yang masih terasa berat.
"coba buka Rin" perintah Maulida kepada Arina.
"iya buka aja coba " Annisa setuju dan membiarkan Arina untuk membuka tas nya , tas itu memang bukan Annisa yang menyiapkan ,melainkan buk Sari dan mungkin juga Andi.
"Subhanallah!" Arina berteriak membuat yang lain penasaran .
"apa ini ca ?" Arina mengeluarkan segepok uang pecahan 100 ribu dari dalam tas Annisa.
"aku seumur hidup belum pernah pegang dan lihat langsung uang sebanyak ini" ujar Arina yang mulai bergetar tangan nya kala memegang uang gepokan itu.
"wah 10 juta !" Wirda ikut kagum.
"tunggu dulu ! masih ada lagi" Ningsih dan Maulida ikut membuka tas Annisa dan rupanya masih banyak uang disana ,tak hanya satu gepok berjumlah 10 juta , rupanya Andi memberi Annisa 10 gepok uang , total 100 juta.
"buat jajan sebulan ,harus cukup,bulan depan baru dikirim lagi" Maulida membaca tulisan yang ada di dalam tas dan menyerah kan nya kepada Annisa .
"ini tulisan papa" ujar Annisa , teman - teman Annisa kagum sekaligus iri dengan kekayaan Annisa.
Andi tak bermaksud apa - apa ,ia hanya tak mau ribet jika tiba - tiba Annisa ada kebutuhan dan kekurangan uang , Andi tak mau Annisa sering - sering menghubungi nya ,jadi Andi langsung saja memberikan Annisa bergepok - gepok uang.
"kalian belum pernah punya uang segitu?" tanya Annisa , semua orang lantas mengangguk .
"paling banyak 200 ribu sebulan itupun uang untuk seragam " jawab Maulida.
"kalau gitu , kita borong toko bu Ustadzah sekarang juga!"
ajak Annisa di iringi teriakan teman - teman nya , mereka pun menggandeng Annisa dan segera pergi keluar kamar , Annisa melihat teman - teman dari kamar yang lain juga keluar.
"emang boleh yah ?" tanya Annisa.
"boleh dong, pesantren disini mah enak, jadi gak mau santri nya stress jadinya setelah mengaji bebas bermain, yang penting harus sudah tidur jam 11 ,begitu peraturan nya," ujar Maulida menjelaskan.
Area tempat tinggal santriwati memang dijaga lebih ketat , di bentengi tembok tinggi dan juga berkawat duri agar tak ada yang bisa masuk , juga di lengkapi cctv di beberapa sudut , jadi tak ada yang perlu di khawatirkan pihak pengurus, santriwati hanya bebas sampai jam 11 malam saja , jika ada yang masih berkeliaran di atas jam 11 ,tentu saja akan mendapat hukuman.
Malam itu Annisa berhasil membuat ke empat teman sekamar nya bahagia,mereka yang hanya berasal dari keluarga sederhana , seakan mendapat keberuntungan besar malam ini , Annisa mulai sadar ternyata kehidupan nya selama ini memang sangat berkecukupan, Annisa senang melihat teman - teman nya bahagia.
"kamu serakah amat Ningsih , " ujar Arina yang melihat Ningsih memborong banyak sekali jajanan.
"yeh mumpung gratis " Ningsih menjulurkan lidah nya pada Arina.
"kalian ini" Annisa yang gemas hanya tertawa melihat tingkah kedua teman nya.
"makasih yah Ica !" mereka berempat berterimakasih kepada Annisa.
"kalau perlu sesuatu bilang aja ,aku pasti bantu" ujar Maulida menawarkan diri untuk membantu apapun yang Annisa minta.
"aku juga" ucap yang lain.
"hahaha gak usahlah kita saling membantu aja" Annisa tak mau di spesial kan disini.
tok.. ! tok.. ! tok..!
"duh siapa yah,baru juga mau mulai" Ningsih yang akan membuka jajanan nya sedikit kesal karena ada yang datang, Maulida bergegas membuka pintu ,ternyata Ustadzah Halimah dan Ustadzah Ainun pemilik toko.
"Assalamu'alaikum maaf ganggu yah"
ucap Ustadzah Halimah dengan ramah.
"Wa'alaikumsalam" semua orang menjawab salam.
"kata Ustadzah Ainun ada yang jajan banyak tadi yah ,sampai sejuta lebih?"
ke lima orang itu saling berpandangan kala Ustadzah Halimah bertanya , Ustadzah Halimah melihat sekeliling dan melihat banyak makanan disana ,berarti memang benar apa yang di sampaikan Ustadzah Ainun, mereka hanya takut ada sesuatu ,karena biasanya setiap kamar hanya menghabiskan uang kurang dari 20 ribu saja untuk jajan semalam.
Maulida mulai sadar,dulu ada kejadian pencurian uang di salah satu kamar santriwati, Maulida bergegas mengambil tas Annisa.
"ini uang Annisa bu Ustadzah, kita di traktir Annisa untuk jajan, ini juga ada tulisan papa Annisa " Maulida memberikan tas Annisa untuk diperiksa.
Ustadzah Halimah dan Ustadzah Ainun terkejut melihat banyak nya uang di dalam tas Annisa.
"Alhamdulillah kalian gak melakukan sesuatu yang salah, maaf kami sempat suudzon yah sayang" Ustadzah Halimah tersenyum lega, memang ia sempat berpikir yang tidak - tidak ,ia lupa bahwa Annisa baru saja masuk ,namun tetap saja ini terlalu mengejutkan, Annisa bahkan membawa uang 100 juta membuat Ustadzah Halimah juga sedikit bingung.
"yasudah nikmati makanan nya ,simpan buat besok lagi sebagian,jangan serakah yah itu tidak baik ,lain kali beli sesuai kebutuhan aja ,masih ada hari esok,takut nya mubazir " ujar Ustadzah Halimah seraya memeberi nasihat kepada anak-anak murid nya itu.
"baik buk Ustadzah" ucap anak - anak , Ustadzah Halimah tersenyum ramah .
"oh iya ,besok setelah sarapan Annisa ke kantor saya yah, tau kan dimana?" Annisa mengangguk ,ia sedikit merasa takut karena tiba-tiba saja di suruh ke kantor ,sendirian pula.
"baiklah selamat istirahat yah , Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam "
Ustadzah Halimah dan ustadzah Ainun berlalu pergi.
"ih kenapa dipanggil ke kantor yah aku?" Annisa mulai panik .
"tenang aja ,kamu gak bakal di apa - apain aku juga dulu gitu pas awal masuk disuruh datang ke kantor buat pemeriksaan dokumen kita buat daftar ke MA" ujar Arina menenangkan Annisa yang ketakutan.
Annisa mengangguk ,lega dengan penjelasan Arina, merekapun mulai menikmati jajanan yang mereka beli , Annisa juga melanjutkan merapikan barang - barang dan juga menyimpan uang nya agar aman.