NovelToon NovelToon
Transmigrasi Gadis Pengacara

Transmigrasi Gadis Pengacara

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Iblis / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Nara Stephana, pengacara cemerlang yang muak pada dunia nyata. Perjodohan yang memenjarakan kebebasannya hanya menambah luka di hatinya. Dia melarikan diri pada sebuah rumah tua—dan takdirnya berubah saat ia menemukan lemari antik yang menyimpan gaun bak milik seorang ratu.

Saat gaun itu membalut tubuhnya, dunia seakan berhenti bernafas, menyeretnya ke kerajaan bayangan yang berdiri di atas pijakan rahasia dan intrik. Sebagai penasihat, Nara tak gentar melawan hukum-hukum kuno yang bagaikan rantai berkarat mengekang rakyatnya. Namun, di tengah pertempuran logika, ia terseret dalam pusaran persaingan dua pangeran. Salah satu dari mereka, dengan identitas yang tersembunyi di balik topeng, menyalakan bara di hatinya yang dingin.

Di antara bayangan yang membisikkan keabadian dan cahaya yang menawarkan kebebasan, Nara harus memilih. Apakah ia akan kembali ke dunia nyata yang mengiris jiwanya, atau berjuang untuk cinta dan takhta yang menjadikannya utuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selamat Tidur

Tak kunjung terlelap, Nara memutuskan pergi ke balkon, memandangi pekatnya langit malam dunia bayangan. Malam itu angin berhembus kencang menerpa kulit, membuat Nara refleks mengusap lengannya yang dingin menusuk ke tulang-tulang. Hal tersebut sontak memantik Pangeran yang suka keluyuran malam-malam, berniat menyelimuti Nara.

Nara menopang dagu dengan tangan, matanya menatap kosong pada langit yang seolah tak berujung. Rasa lelah menyelubunginya, tapi kantuk tak juga datang. Jiwanya terasa terlalu penuh oleh pikiran-pikiran yang tak ia undang.

"Nara."

Sebuah suara memecah keheningan. Nara sedikit tersentak, menoleh untuk menemukan Pangeran Raze berdiri di dekat pintu balkon. Rambut hitamnya berantakan karena angin.

“Kamu sedang apa di sini malam-malam?” tanya Raze, berjalan mendekat dengan langkah ringan namun penuh percaya diri seperti biasa.

Nara menghela napas pelan, berusaha menjaga suaranya tetap ringan. "Cuma menikmati malam. Udara di sini lebih segar dibanding di dalam."

Raze mengangkat alis, seperti tak sepenuhnya percaya. Ia menatapnya dengan pandangan tajam namun santai, seperti tengah mencoba membaca sesuatu yang tak terucapkan. "Benar cuma itu?"

Nara memalingkan wajah, menatap langit lagi. Ia tidak ingin Raze tahu bahwa ia sebenarnya tengah bergumul dengan pikirannya sendiri, berharap kantuk menyerangnya secepat mungkin. "Apa lagi yang bisa aku lakukan? Malam begini, orang seharusnya tidur, kan?" jawabnya sambil tersenyum kecil, mencoba mengalihkan perhatian Raze.

Namun, Raze tidak mudah dikelabui. Ia bersandar di pagar balkon, melipat tangan di dada. "Kalau begitu, kenapa kau tidak di tempat tidur sekarang?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit menggoda. Nara jadi mikir, benar juga apa kata Pangeran satu ini.

"Kadang tidur itu tidak semudah kelihatannya," jawab Nara. Suaranya lebih jujur dari yang ia maksudkan.

Untuk beberapa saat, tidak ada yang berbicara. Raze memandangnya dengan ekspresi melembut. "Ternyata kau sedang sulit tertidur. Apakah setiap malam kau seperti ini?"

Nara tak segera menjawab. Ia tahu Raze tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban, tapi ia juga tidak ingin terlihat lemah di depannya. "Hanya malam ini saja," katanya akhirnya. "Mungkin aku terlalu banyak berpikir."

Raze tersenyum kecil, meski ada kekhawatiran di balik senyumannya. "Aku tahu perasaan itu, pasti kau banyak berfikir tentang kesepakatan antara kau dengan ayahku tadi siang." Ujar Raze sambil melirik langit. "Kadang, aku juga keluyuran malam-malam seperti ini untuk mengalihkan pikiran."

Nara menoleh padanya, terkejut dengan pengakuannya. "Jadi, itu alasan kenapa kamu di sebut dengan julukan Pangeran Malam?"

"Kau tahu sekali tentangku. Seberapa banyak kau mengumpulkan informasi tentangku di luaran sana Nara?" tanya Raze penuh percaya diri.

Nara tidak tahu harus merasa bagaimana. Bagian dirinya ingin mengusir pria itu pergi agar ia bisa kembali menikmati keheningan malam, tapi bagian lain merasa ingin menertawai kepercayaan diri seorang Raze.

"Hanya informasi itu saja yang aku tahu hehe."

"Kalau kau mau, aku bisa menemanimu sampai kau merasa ngantuk," tawar Raze dengan nada ringan.

Nara memandangnya sejenak, lalu kembali menatap langit. "Tidak perlu, sepertinya aku sudah mengantuk dan ingin merebahkan tubuh di tempat tidur."

"Lihatlah! Dengan begini saja, aku sudah membuat masalah mu hilang. Kau sudah bisa mengantuk, Nara. Ahahaha. Bukankah aku yang paling tepat untuk kau andalkan menyelesaikan tantangan dari ayah?"

"Ahahaha, iya ya. Tapi maaf Pangeran Raze, aku ingin menyelesaikannya sendiri."

Kemudian Nara masuk ke dalam kamar megahnya, meninggalkan Raze yang berada di luar--yang sudah kabur kembali menyusuri malam. Tawa Nara masih menyisa, tak habis pikir dengan kepercayaan diri Raze yang besar. Dia telah mengusir sekaligus menertawakan Pengeran malam.

...***...

Di dalam kamar.

Nara merebahkan dirinya di atas ranjang, mencoba memejamkan mata dengan harapan kantuk akan segera menyelimuti. Namun, semakin ia berusaha, semakin pikirannya berlari tak tentu arah. Suara angin malam yang biasanya menenangkan, malam ini justru terdengar seperti bisikan yang mengganggu.

Setelah beberapa saat, ia membuka matanya dan duduk di tepi ranjang. Dinginnya lantai terasa di bawah kakinya yang telanjang. Ia mendesah pelan, menyadari bahwa malam ini tidak akan mudah dilewati tanpa bantuan. Dengan langkah pelan, Nara menuju pintu kamarnya untuk memanggil pelayan. Tidak butuh waktu lama, seorang pelayan muda muncul, membungkuk sopan di hadapannya.

"Bisa tolong buatkan aku minuman hangat?" pinta Nara dengan suara lembut namun terdengar sedikit letih. Pelayan itu mengangguk tanpa bertanya lebih jauh, lalu bergegas ke dapur untuk memenuhi permintaannya.

Setelah minuman siap diantarkan, Pelayan itu berjalan pelan melewati koridor panjang istana, membawa nampan dengan cangkir berisi minuman hangat untuk Nara. Langkahnya mantap, meskipun udara malam terasa sedikit lebih dingin dari biasanya. Namun, saat ia melewati lorong yang gelap, tubuhnya tiba-tiba terasa berat, dan langkahnya melambat. Pandangannya mulai kabur.

Ia berhenti, berdiri diam di tengah lorong. Nampan di tangannya mulai bergetar, namun ia tidak menyadarinya. Perlahan, matanya terpejam dan tubuhnya jatuh dengan lembut ke lantai seperti boneka yang kehabisan tenaga.

Dari bayangan di dinding, sosok lain muncul dengan wajah yang identik seperti pelayan yang pingsan tadi. Sosok itu membungkuk, mengambil nampan yang hampir terjatuh, lalu berdiri tegak. Dengan gerakan yang tenang namun penuh perhitungan, pelayan jelmaan itu melanjutkan perjalanan menuju kamar Nara. Setiap langkahnya terasa terlalu sempurna, tanpa bunyi, tanpa getaran, seperti bayangan yang menyelinap di antara dinding. Ia mengetuk pintu kamar Nara dengan ketukan lembut namun pasti, seperti pelayan asli yang telah melayani Nara selama bertahun-tahun.

"Minuman Anda, Nona," suara pelayan itu terdengar lembut, namun ada sesuatu yang tidak wajar sebab nada suaranya terlalu tenang seperti meniru manusia tanpa emosi. Nara menerima nampan itu dengan anggukan kecil. "Terima kasih," katanya singkat, lalu menutup pintu kembali tanpa curiga.

Nara mengangkat cangkir yang masih hangat itu ke bibirnya. Aroma manis dan rempah yang lembut memenuhi indra penciuman. Ia mengambil tegukan pertama, merasakan kehangatan cairan itu menyusuri tenggorokannya, tapi tiba-tiba, matanya mulai terasa berat, dan tangannya yang memegang cangkir gemetar sebelum akhirnya ia menjatuhkan cangkir itu ke lantai.

Tubuh Nara turut ambruk bersama cangkir.

Pelayan palsu tersebut segera pergi menemui orang yang memerintahnya ketika dirinya sudah selesai memindahkan tubuh Nara ke atas tempat tidur. Ia mau memberi laporan keberhasilan.

Pangeran Arven yang duduk sembari membaca buku, menerima laporan keberhasilan itu dengan senyum mengembang. Buku ia tutup, kemudian dalam sekejap mata, ia menghilang lalu tiba di dalam kamar Nara. Laki-laki itu menarik selimut Nara sampai sebahu, membisikkan kalimat selamat tidur kepada Nara yang paling manis.

Sementara itu,

Ratu Baily yang hendak ingin ke kamar sang Raja, menemukan tubuh pelayan asli yang pingsan tadi. Ia menyadarkannya, kemudian melakukan interogasi.

.

.

Bersambung.

1
Teteh Lia
lanjut Kaka...
Teteh Lia
pangeran Arven udah ada pawangnya, nih...
Ikan
Et dah bocah
Zenun: hehehehe
total 1 replies
RE💜
mau ngungkit Nara ada hubungan sm iblis itu kan
Zenun: hmm bisa jadi
total 1 replies
F.T Zira
Raze lagi😮‍💨😮‍💨
Zenun: 😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
F.T Zira
oiiii.... ambil kesempatan amat sihhh🙈🙈🙈
Zenun: iya dong hehe
total 1 replies
F.T Zira
keksihnya kan si Nara..ehh🤭🤭
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Dewi Payang
tisak/tidak
Zenun: 😁😁😁😁👍
total 1 replies
Dewi Payang
Ada yang nguping
Zenun: yuhuuu
total 1 replies
Dewi Payang
Ads/ada✌️✌️
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
definisi cinta buta atau keegoisan semata nih?
Zenun: egois kayanya
total 1 replies
Teteh Lia
yang udah dapet salam tempel mah jadi tenang ya,,, 🤭
Teteh Lia
Prit.... woy... maen sosor aja...
Zenun: hehehe
total 1 replies
Teteh Lia
jangan ngintip, bang.... ntar bintitan .
Zenun: 🙈🙈🙈🙈🙈🙈
total 1 replies
Ikan
Yeu bocah, baru dikiss doang udah ke mana-mana pikiran. Menjelalah kamar Ratu Athera weyyy
Zenun: xixixixi
Ikan: Emang agak lainn
total 3 replies
Ikan
Tok tok permisi dulu dah kata aku teh, asal nyosor aja kau
Zenun: Iiiih, tetep dibalikin atuh😁
Ikan: Ya, silakan. Tapi kalau udah distempel nggak bisa retur ya
total 3 replies
Dewi Payang
Ecieeee, yg kasih penjelasan🤭🤭🤭🤭
Dewi Payang
Haduh si Arven😁
Dewi Payang
Raze benar juga,
Zenun
Jangan, nanti keenakan😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!