Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergiaan Leana
Satu tablet obat diantarkan Dalton kepada Mira. Obat itu terbungkus menggunakan kertas. Mira diperintahkan untuk membawanya ke Leana dan tidak boleh dibuka sama sekali. Untungnya tidak ada rasa penasaran dalam diri Mira.
Obat itu berhasil sampai di tangan Leana. Leana membuka dan meminumnya sesuai anjuran yang Dalton tulis. Matanya berair, air matanya jatuh melewati pipinya yang lembut. Leana gagal dalam menjaga dirinya sendiri. Menjaga diri dari Dalton saja dia sudah kalah apalagi menjaga diri dari luar novel yang tidak ia ketahui.
Pikiran melompat itu kembali terlintas. Kemungkinan ia bisa kembali jika melompat ke dalam laut. Sebab melompat ke dalam danau tidak mampu mengembalikannya ke dunianya melainkan malah membuanya memiliki sedikit ingatan tentang Leana.
"Bagaimana pun caranya aku akan keluar dari tempat ini!"
Tekat Leana sudah bulat, gadis itu menyusun pakaiannya ke dalam koper. Tidak lupa ia menuliskan surat untuk nyonya Merry dan Mira. Gadis itu sangat berterima kasih telah mengenal mereka berdua.
Kepada Nyonya Merry
Terima kasih nyonya Merry telah mengenalkanku pada banyak hal, tentunya telah menyayangiku dan mengkhawatirkanku. Aku tidak bisa membalas apapun dan hanya bisa mengucapkan terima kasih.
Pada awalnya aku tidak tahu harus kemana, dan hanya dirimu yang mampu menuntunku pada jalan yang baik. Aku akan menjadi aktris terkenal dan bisa membanggakannya kepadamu.
^^^Salam hangat, Leana.^^^
Kepada Mira, sahabatku
Hai Mira, aku berharap kau baik-baik saja di sini. Maaf karena tidak sempat berpamitan denganmu. Setelah semuanya akhirnya ingatanku kembali. Aku sangat senang karena saat pertama kali aku membuka mata, yang aku kenali adalah dirimu.
Maaf karena tidak bisa bercerita banyak kepadamu. Aku harap kita bisa bertemu di lain waktu. Dukung aku selalu ya, aku senang bisa berkenalan denganmu
^^^Salam hangat, Leana.^^^
Dua surat telah diletakkan di atas meja. Gadis itu sedikit mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya. Ada rasa keberatan untuk meninggalkan mereka berdua. Entah perasaan ini karena ada ingatan Leana pada novel, atau karena kedeketan mereka yang cukup baik.
Keberangkatan Leana dijadwalkan pagi ini. Koper bewarna hitamnya ia bawa bersama Abraham. Pria tua itu tersenyum membukakan pintu untuk Leana. Semua ini seperti salam perpisahan untuk Leana.
"Kau sudah siap Leana?" tanya Abraham.
Leana mengangguk. "Aku siap Pak!"
Mobil sedan itu berjalan menelusuri jalan yang dipenuhi dengan pepohonan. Masih ada waktu sekitar 1 jam lagi untuk Leana sampai ke kota. Sebenarnya Leana tidak tahu harus menginap di mana. Tetapi ia sudah mencari beberapa rekomendasi apartemen yang akan ia tempati.
Hal yang perlu dilakukan Abrahan saat ini adalah mengantarkan Leana pada penginapan sementara. Setelah itu Leana akan bernegosiasi masalah tempat tinggal. Leana ingin mencari tempat yang strategis dan dekat dengan tempat bis.
"Kau senang Leana?"
"Iya Pak!"
"Kau tahu Leana? Hal yang kita yakini salah belum tentu salah, dan hal yang kita yakini belum tentu benar. Mungkin kali ini langkahmu menunjukkan tempat ini, tetapi suatu saat kakimu akan mengarahkanmu ke sana lagi."
"Apa yang Pak Abraham maksud?"
"Takdir. Sekeras apapun kau berlari dari takdir itu. Di perjalanan panjangmu, kau akan bertemu takdir itu lagi."
"Bagaimana cara mengindarinya?" Satu pertanyaan Leana membuat Abraham tertawa. Pria itu terlihat tampak lelah pada semuanya.
"Tidak ada cara menghindarinya. Tapi kau bisa mencari cara untuk menghadapinya."
......................
Dalam mencari apartemen yang baru, Leana berhasil menemukannya. Uang hasil kerja keras kurang lebih tiga tahunnya mampu menyewa apartemen selama satu tahun. Dengan begitu satu tahun ke depan ini Leana tidak khawatir masalah tempat tinggal.
Barang-barang Leana telah ia rapikan. Leana sengaja meninggalkan meja dan cerminnya untuk Mira. Mungkin hanya barang itu yang bisa Leana berikan sebagai kenangan.
Apartemen ini memiliki tempat yang strategis, pemandangan yang cukup bagus walaupun kamarnya masih dibilang cukup sempit. Seharian ini Leana gunakan untuk berkemas. Tempat yang baru membuat Leana merasakan hidup yang baru. Dan Leana menyukai keadaan seperti ini.
"Jadi audisinya akan ada sebentar lagi. Sebelum itu aku harus mencari pekerjaan," gumam Leana menelusuri pekerjaan di sosial media.
Hampir satu jam mencari akhirnya Leana menemukan suatu pekerjaan yang cocok untuknya. Pekerjaan mencuci piring adalah salah satu yang bisa Leana lakukan. Untungnya pekerjaan itu untuk shift malam sehingga paginya bisa Leana gunakan untuk melakukan hal lain.
"Banyak pekerjaan yang harus dilakukan Leana. Kamu pasti bisa!"
Ketika Leana beranjak untuk tidur, satu notifikasi membuat dirinya terbangun. Leana terkejut melihat Bastian mengirimkan sebuah foto untuknya. Sebuah foto yang memperlihatkan obat pencegah kehamilan yang telah Leana minum di kotak sampah.
Bastian: Apa yang kakakku lalukan padamu?
Hal ini menjadi berat untuk Leana. Bagaimana merespons Bastian si anak yang selalu ingin tahu hal semacam ini. Tetapi sebisa mungkin Leana harus menjawabnya dengan tenang.
Leana: Apa yang ingin kau ketahui?
Bastian: Jangan bertindak bodoh Leana! Jika begitu kau tidak akan bisa lepas selamanya!
Leana: Aku telah pergi dan tidak akan pernah ke sana kembali.
Leana mematikan handphonenya. Ia sangat kesal keapda Bastian. Anak itu benar-benar mengganggunya. Leana sangat berharap hal itu tidak Bastian adukan ke nyonya Merry.
"Nah Bastian ini selalu menjadi masalah," gumam Leana.
Sementara di tempat lain, Bastian memperhatikan semuanya. Keadaan mansion itu tetap sama tetapi dengan kehadiran Anastasia semua jadi tambah berwarna. Namun Bastian sadar, dari gerak-gerik Dalton seperti ada sesuatu yang mengganjal pria itu.
Bastian tidak bisa menebak apa yang terjadi, tetapi walaupun Dalton telah menikah dengan Anastasia, Dalton terlihat kehilangan sesuatu. Setelah Bastian sadari, itu adalah Leana. Leana menjadi alasan besar Dalton terlihat seperti ini.
Bodohnya Bastian terus memperhatikan kakaknya. Anak itu mengintip Dalton yang sedang merokok di gazebo. Dalton menyadari dirinya sedang diperhatikan dan membiarkan Bastian terus memperhatikannya. Hingga setelah selesai dirinya merokok, Dalton berdiri dan mendekat ke arah Bastian.
"Apa yang kau lalukan?" tanya Dalton.
"Memperhatikanmu," jawab Bastian.
Dalton menarik bibirnya, pria itu terlihat cukup menyeramkan di mata Bastian. Tetapi Bastian punya banyak keberanian untuk ini.
"Urusi urusanmu, bukan urusanku," ucap Dalton berjalan melewati Bastian.
"Apakah kakak menyukai Leana?" tanya Bastian dengan kencang.
Langkah Dalton terhenti, pria itu membalik tubuhnya ke hadapan Bastian. Pria itu tersenyum dengan sendirinya. Meskipun tersenyum, matanya terlihat tajam seakan menghunuskan sebuah pedang.
"Mengapa kau tertarik dengan itu? Kau menyukainya?"
"Hentikan, dia hanya seorang pelayan dan kau sudah memiliki kak Anastasia. Berhenti untuk sesuatu yang menjengkelkan. Kau bisa melakukan apapun kepada orang lain asal jangan Leana!" bentak Bastian.
"Mengapa kau melarangku untuk itu?"
"Karena Leana adalah teman baikku. Dan aku tidak ingin ada orang jahat yang merugikan hidupnya!"
"Ini mulai menarik," ucap Dalton kepada Bastian