(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
ISTRI 13 TAHUN
17
Di sisi lain tepatnya di keluarga Hendro saat ini tengah berkumpul di ruang tamu. Disana sudah terdapat tumpukan undangan yang nanti akan diberikan kepada tetangga, teman atau saudara jauh.
"Apa tidak bisa jika acaranya sederhana saja Ayah? lagian yang terpenting itu kan pernikahan aku sah dan Ayah sama Ibu juga mendapat kan menantu yang diinginkan." tawar Pajajar menatap sendu undangan cantik yang bertumpuk di depannya.
Hendro lantas menggeleng tidak setuju. Ini bukan kali pertama Pajajar mengatakan hal yang sama, bahkan sudah sejak dua hari yang lalu. Sampai-sampai Hendro sendiri merasa muak mendengar ucapan Pajajar.
"Bagaimana mungkin kamu hanya menikah sederhana saja Jaja? Apalagi ini menantu pertama untuk Ayah dan Ibu pasti kami akan membuat acara ini semeriah mungkin, bukan hanya untuk kamu bahkan untuk Mas-mu dan adik kamu nanti juga akan Ayah lakukan hal yang sama. Bagaimana pun kamu membujuk Ayah, semuanya tidak akan bisa kamu ganggu gugat. Keputusan semuanya sudah ditangan Ayah."
"Tapi Yah, aku ma--"
"Tidak ada tapi-tapian Jaja. Sekarang kamu ikuti saja apa yang sudah Ayah dan ibu siapkan. Bukankah kamu juga menerima Suniah sebagai istri kamu?"
Pajajar mengangguk lemah. "Iya Ayah,"
"Maka dari itu apapun keputusan Ayah kamu terima saja. Apa nanti kamu tidak kasihan sama istri kamu jika suatu saat Mas-mu atau adik kamu menikah, tapi pernikahan mereka begitu meriah sedangkan dirinya hanya acara sederhana yang mungkin hanya dihadiri keluarga dan tetangga. Ingat kedepannya Jaja, jangan hanya ingat sekarang saja." Diusapnya lengan kokoh putra yang itu lembut.
"Ayah tahu kamu malu karena mengingat umur calon istri kamu, Jaja. Tapi apakah karena itu kita harus memilih acara sederhana? bukankah itu tidak adil sama sekali untuk Suniah kelak. Ayah memikirkan semuanya dengan matang Jaja, agar suatu saat tidak ada yang berkecil hati dari salah satu menantu Ayah. Terbaik buat kamu begitupun dengan ke-dua saudara kamu. Masalah umur Suniah, kamu tidak perlu khawatir, bukankah seseorang bisa dewasa dengan sendirinya kapan saja meskipun diumur yang masih belia? yakinlah seiring waktu kebahagiaan itu akan kamu rasakan sendiri bersama Suniah,"
"Benar apa yang dikatakan Ayah kamu, Jaja. Meskipun Suniah masih terbilang cukup kecil dari segi umur, tapi ibu yakin berjalannya waktu dia bakalan bisa menyeimbangi kamu begitupun kamu Jaja,"
"Sudahlah Mas Jaja, lagian apa sih yang kamu takut dan pusingkan. Sudah di carikan Ayah salon istri yang cantiknya kebangetan aja kamu seperti ini. Kalau aku yang jadi kamu malah senang banget Mas. Apalagi kalau sampai Ayah dan Ibu memberikan Suniah kepadaku, nggak bakalan nolak aku sama sekali." Ledek Mulyo.
"Apaan sih kamu Mulyo, lagian mas nggak minta pendapatnya kamu ya?" sungut Pajajar tidak terima.
"Ya Allah Mas, apa yang aku bilang itu jujur loh. Bayangkan saja jika nanti Mas Jaja punya anak bersama Suniah, betapa lucunya anak kalian nantinya dari perpaduan antara Mas Jaja dan juga Suniah? emm, pasti Ayah dan Ibu semakin bangga dan senang karena dapat cucu cantik atau tampan."
"Benar Mulyo, Ayah saja belum sampai membayangkan sampai kesana tapi, karena ucapan kamu, Ayah jadi berfikir betapa cantik dan tampannya anak Jaja nanti bersama Suniah? apalagi Suniah itu memang sangat cantik melebihi kecantikan ibumu waktu muda."
"Mas kok malah bandingin aku sama Suniah sih? Jelas saja aku sama Suniah beda lah Mas. Wong lahir bukan dari jalan yang sama." Rosiati benar-benar tidak suka dengan ucapan suaminya. Meskipun nanti Suniah menjadi menantunya, tapi dirinya memang tidak bisa di banding-bandingkan dengan calon menantunya itu yang jelas memiliki kecantikan masing-masing.
"Heheh maaf Dek," cengir Hendro.
TBC