Wanita introvert itu akhirnya berani jatuh cinta, namun takut terlalu jauh dan memilih untuk berdiam, berdamai bahwa pada akhirnya semuanya bukan berakhir harus memiliki. cukup sekedar menganggumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NRmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencurahkan yang terpendam
2 Hari kemudian
16.30, Arya melirik jam dinding analog miliknya.
"Hari ini ta'daruz libur. Bosan banget tidak ada kegiatan. Mana hari ini malam minggu." Batin Arya mengumpat sambil berbaring dan bermain handphonenya. Ia masih sibuk mengutak-atik handphone keluar masuk media sosial yang ia punya.
"Bro, ayo keluar ikut kajian Uztad Hanan Hataki di Masjid Agung yuk. Acaranya habis isya." Pesan whatsApp yang muncul di layar handphone Arya. Ia berfikir sebentar, sebelum akhirnya membalas. "Oke. Ketemu di sana aja ya, Bro."
**********
Masjid Agung
Hari ini, makmum yang mengikuti sholat isya di Masjid Agung dua kali lebih banyak dari hari biasanya. Digelarnya kajian Uztad Hanan Hataki membuat masyarakat di sekitar, memilih ikut sholat berjama'ah malam ini.
Sholat isya telah selesai. Semua makmum yang ingin ikut dalam kajian diarahkan oleh panitia acara untuk merapat ke depan dekat tempat yang nantinya Uztad Hanan Hataki duduk. Perempuan di sisi kiri dan laki-laki di sisi kanan, yang tentunya diberikan jarak antara keduanya.
Uztad mengambil posisi duduk di tempat, yang sudah disediakan oleh panitia, dan memulai kajiannya.
Tema yang dibawakan adalah "Sabar dalam Kesendirian". Tema yang kini banyak dirasakan, oleh kaum muslimin muda-mudi yang sedang menunggu datangnya seseorang pilihan Allah di hidup mereka.
Uztad menjelaskan banyak hal. Tidak lupa, diselingi dengan candaan khas yang selalu beliau lontarkan, agar makmumnya yang mendengar tidak merasa bosan. Inilah yang membuat setiap kegiatan kajian Uztad Hanan Hataki selalu ramai. Karena adanya interaksi yang diberikan kepada makmumnya.
Sesi tanya jawab diberikan. Semua bebas mengajukan diri untuk bertanya, namun hanya akan dipilih beberapa oleh Uztad. Kesempatan ini, membuat banyak yang mengajukan diri baik dari makmum laki-laki maupun makmum perempuan.
"Silahkan, neng yang berhijab kuning!" Ucap Uztad memberi kesempatan kepada gadis hijab kuning yang mengangkat tangan tadi. Gadis itu berdiri. Semua mata lalu mencari keberadaan gadis yang dipanggil tadi.
"Assalamu'alaikum, Uztad." Mulai gadis itu menyapa Uztad Hanan Hataki.
"Waalaikumsalam." Jawab Uztad diikuti seluruh makmum yang ikut dalam kajian.
"Nama aku, Laura. Aku tinggal tidak jauh dari Masjid ini. Kebetulan, aku masih SMA, Uztad. Tapi, dengar uztad melakukan kajian di Masjid ini, membuatku tertarik untuk ikut bergabung." Ucap Laura tersenyum.
Di sudut kanan, ada Arya yang ikut tersenyum ketika mendengar Laura menyebutkan namanya. Arya telah melihatnya sedari tadi ia berdiri. Namun karena posisi mereka yang cukup jauh, membuat Arya tidak begitu mengenali sosok itu.
"Maaf sebelumnya, aku ingin bertanya, namun mungkin agak sedikit menyimpang dari tema yang telah dijelaskan uztad tadi."
"Iya, tidak apa-apa. Silahkan dilanjutkan dek!" Ujar Uztad Hanan Hataki.
"Aku anak tunggal, Uztad. Maaf sebelumnya, orang tuaku orang berada. Orang bilang, jadi aku itu enak. Apapun yang aku minta pasti diberikan. Tapi sebenarnya aku kesepian, Uztad. Setiap kali sehabis sholat isya di rumah, aku pasti nangis. Orang tuaku memang orang berada, tapi mereka tidak pernah di rumah, Uztad. Aku sendirian hanya ditemani 2 orang mba di rumah. Aku pengen marah, ngeluh ke orang tuaku, tapi setiap mereka melakukan panggilan video denganku, rasanya hatiku justru sakit melihat wajah mereka yang begitu lebih lelah ketimbang aku, hingga membuat aku hanya pura-pura tersenyum dan mengatakan aku baik-baik saja, Uztad. Aku selalu berupaya untuk berhusnudzon dan tawakal kepada Allah SWT. Tapi apa daya Uztad, aku manusia. Malah sekarang karena sering menahannya, aku malah divonis mengidap penyakit mental. Gimana Uztad, gimana caranya agar hatiku bisa terus berhusnudzon dan tawakal? Bagaimana caranya aku bisa nahan semuanya tanpa harus mengidap penyakit ini, Uztad? Aku malah takut pada akhirnya, semuanya meledak dan membawa aku lebih jauh dengan penyakit ini. Tapi aku juga tidak ingin kehilangan imanku dengan bersuara, Uztad." Suara Laura bergetar menjelaskan semuanya. Air matanya meluncur deras turun dari tempat semestinya ia berada.
Semua di ruangan itu terkesima dan ikut menangis merasakan amarah dari suara lembut yang bergetar hebat. Rasa sakit yang tersimpan begitu rapi meledak di depan semua orang.
Dinda yang duduk di samping Laura, menatap lirih terkejut ke arah sahabatnya itu. Ia bertahun-tahun bersama, merasa tau segala tentang cerita Laura ternyata tidak semuanya. Ia tidak tau bahkan sesakit itu menjadi Laura yang pendiam menyimpan luka untuk tidak menyakiti orang lain hingga berdampak pada dirinya sendiri.
"Kamu kuat sekali, Laura!" Batin Arya yang juga ikut terkesima mendengar curhatan Laura tadi.
"Neng, kamu hebat sampai sejauh ini." Ucapan Uztad berhenti lalu mengusap air matanya yang terhanyut dalam curhatan Laura.
Bersambung....
Baguus yaa diksinya banyaak bangeet 😍