Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Foto
Bibi Jolie membuka pintu apartemennya. Ia menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Logan berdiri di depan pintu itu.
"Untuk apa kau ke sini?" tanya Bibi Jolie, ketus dan galak.
"Bibi, aku ingin bertanya sesuatu pada Bibi. Ini tentang Keira," ucap Logan seraya menahan pintu itu yang akan di tutup Bibi Jolie.
"Aku tidak punya waktu untuk meladenimu! Pergi sana!" usir Bibi Jolie, tegas dan menatap benci pada Logan.
"Bi, siapa Alex Olsen?" Pertanyaan Logan seketika membuat raut wajah Bibi Jolie berubah menjadi sendu. "Bi, aku mohon jawab, karena aku yakin Bibi pasti tahu," ucap Logan, memohon.
Bibi Jolie menarik nafas panjang, lalu meminta Logan masuk ke dalam apartemennya. Mempersilahkan Logan duduk di sofa ruang tamu.
"Jadi kau sudah tahu tentang Alex?" tanya Bibi Olsen, terdengar seperti sebuah sindiran keras.
"Aku tidak tahu siapa dia. Apakah dia kekasih Keira atau..."
"Keira tidak pernah berhubungan dengan pria manapun kecuali ..." ucapan Bibi Jolie terhenti, ia memberikan tatapan tajam pada Logan. Ya, dia sudah tahu ayah biologis Alex, kemarin Keira sudah menceritakan semuanya kepadanya bahwa ayah biologis Alex adalah Logan.
"Kecuali?" Logan menunggu kelanjutan ucapan Bibi Jolie.
"Kecuali Kau!" Bibi Jolie menunjuk Logan penuh amarah.
Logan membeku di tempat ketika mendengar ucapan Bibi.
Bibi Jolie beranjak berdiri menuju kamar mengambil sesuatu, lalu kembali ke ruang tamu. Ia menyerahkan sebuah foto usang kepada Logan.
Logan menerima foto tersebut, menatapnya dengan lekat. Kedua alisnya menukik tajam, terkejut karena di foto itu terlihat Keira duduk di atas tempat tidur rumah sakit sambil menggendong bayi kecil.
"Ini..." Suara Logan tercekat di tenggorakan, tangannya gemetar hebat, berharap apa yang ada dipikirannya tidak benar.
"Ya, bayi kecil itu adalah Alex."
Duar!!!
Seperti di sambar petir di malam hari, itulah yang dirasaka Logan saat ini. Dadanya bergemuruh hebat mengetahui fakta tersebut.
"Bibi..."
Bibi Jolie mendudukkan diri di sofa. Ia menangis mengingat kejadian 9 tahun lalu. "Kau tahu siapa ayah biologis bayi itu?" tanya Bibi Jolie pada Logan. "Ya, ayah bayi itu adalah kau," sambungnya.
Sekujur tubuh Logan seperti di guyur air es. Tidak terasa air matanya menetes membasahi pipi. Tubuhnya seketika lemas seolah tidak bertulang. Lidahnya terasa kelu, kepalanya seperti di hantam besi panas secara bertubi-tubi. Kenyataan ini mengejutkannya dan memporak-porandakan hati dan jiwanya.
Bibi Jolie beranjak berdiri, membuka pintu apartemennya. Mengusir Logan. "Kau sudah tahu semuanya, jadi segera pergi dari sini!"
Logan menarik nafas panjang berulang kali, berharap rasa sesak di dalam dadanya berkurang, tapi sayangnya rasa sesak itu bukannya berkurang malah semakin menekan dadanya. Ia terpaksa berdiri dan keluar dari apartemen tersebut dengan langkah gontai, serta wajah sembab penuh air mata.
'Rasa benciku padamu sudah mendarah daging!'
'Aku memaafkanmu tapi jangan harap aku bisa melupakan semua kesalahanmu di masa lalu!'
'Aku malah berdoa semoga kau cepat mati!'
Kata-Kata makian dan sumpah serapah dari Keira seketika terngiang ke kepalanya. Wajar saja wanita itu membecinya begitu dalam, karena dia sudah membuat kesalahan yang sangat fatal.
"Arghhhhhh!!!!!!" teriak Logan, menundukkan setengah badan, kedua tangannya bertumpu di kedua lututnya. Air matanya terus berlinang saat rasa bersalah dan penyesalan menghantam jiwa dan raganya seperti batu besar yang menghantamnya bertubi-tubi. Tidak berselang lama tubuhnya luruh ke lantai, kedua lututnya di jadikan tumpuan.
Suara teriakan Logan membuat penghuni apartemen terganggu.
"Apa dia gila membuat kekacauan di sini?" Berbagai macam umpatan dan cacian dilontarkan para penghuni apartemen pada Logan.
Logan mengusap air matanya, berusaha berdiri dengan sisa tenaganya. Ia menuju apartemen Keira tanpa memedulikan tatapan para penghuni apartemen yang menatapnya sinis.
Hati Logan hancur lebur mengetahui kenyataan ini.
Logan menekan bel apartemen Keira.
Tidak berselang lama pintu apartemen itu terbuka dari dalam. Keira sangat terkejut melihat Logan berdiri di sana dengan keadaan sangat kacau.
Logan menatap Keira dengan wajah yang sembab. Ia dengan lirih memanggil nama wanita itu.
"Keira." Logan langsung memeluk wanita itu dengan erat meski mendapatkan penolakan keras dari Keira.
"Lepaskan aku!" Tapi ia kalah tenaga, Logan justru semakin erat memeluknya dan mendorongnya ke dalam apartemen.