NovelToon NovelToon
THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Keluarga / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

"The Regret of My Seven Older Brothers"

Di balik kehidupan mewah dan kebahagiaan yang tampak sempurna, delapan bersaudara hidup dalam kesejahteraan yang diidamkan banyak orang.

Namun, semuanya berubah ketika kecelakaan tragis merenggut nyawa sang ayah, sementara sang ibu menghilang tanpa jejak.

Si bungsu, Lee Yoora, menjadi sasaran kemarahan dan penilaian keliru ketujuh kakaknya, yang menyalahkannya atas kehilangan yang menghancurkan keluarga mereka.

Terjebak dalam perlakuan tidak adil dan kekejaman sehari-hari, Yoora menghadapi penderitaan yang mendalam, di mana harapan dan kesedihan bersaing.

Saat penyesalan akhirnya datang menghampiri ketujuh kakaknya, mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang masa lalu mereka. Namun, apakah penyesalan itu cukup untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 : Oprasi Jihwan

Beberapa bulan telah berlalu sejak kejadian mengerikan itu, namun kondisi Jihwan tetap tak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Setiap hari, keluarga hanya bisa berharap di tengah kecemasan, sementara Seonho harus menyaksikan adiknya yang dulu ceria kini seringkali mengelukan rasa sakitnya.

Kegelisahan mulai merayap dalam dirinya, rasa takut dan cemas semakin hari semakin menghantui pikirannya. Hingga akhirnya, Seonho memutuskan untuk melakukan langkah terakhir yang bisa ia ambil yaitu, meminta dokter mempercepat proses transplantasi ginjal untuk Jihwan. Hanya satu harapan yang terlintas di benaknya agar Jihwan bisa pulih, kembali menjadi dirinya yang dulu, penuh semangat dan tawa.

“Jadi, bagaimana, Hyung?” tanya Yongki yang kini berada di kamar Seonho bersama Haesung dan Namjin.

“Aku sudah membuat janji dengan dokter yang akan melakukan operasi Jihwan minggu lalu. Aku yakin operasinya akan berjalan lancar karena dokter ini dari luar negeri,” ujar Seonho, berusaha terdengar yakin.

“Dari luar? Bukankah kita akan melakukan operasinya dengan Dokter Park?” tanya Yongki dengan alis terangkat.

“Dokter Park sedang ada operasi lain. Dokter ini… dia sahabat Daddy dulu,” kata Seonho dengan nada yang lebih pelan.

“Sahabat Daddy?” ulang Haesung, mencoba mengingat.

“Paman Min?” tanya Namjin sambil menatap Seonho, seolah ingin memastikan.

“Eum… Iya, dia sudah lama menetap di Australia dan kembali ke sini setelah aku meminta bantuannya,” jawab Seonho.

“Aku tidak pernah tahu kalau Paman Min sudah tidak tinggal di Korea lagi,” ujar Haesung, mengingat kembali masa kecil mereka.

“Tidak perlu terlalu memikirkan itu. Fokus kita sekarang adalah Jihwan. Bagaimana caranya mengajak dia ke rumah sakit untuk menjalani operasi ini tanpa dia tahu?” katanya, matanya menatap satu per satu adik-adiknya.

“Bukankah tadi pagi Hyung sudah bilang akan mengajak dia ke rumah sakit?” tanya Namjin.

“Benar, tapi sebelum operasi, Jihwan harus menjalani pemeriksaan darah dan beberapa prosedur lainnya. Mungkin dia juga akan disuruh berpuasa. Kalau begitu, dia pasti akan curiga, Hyung. Dia bukan anak kecil lagi yang mudah dibujuk,” tambah Haesung, mencoba memikirkan kemungkinan lain.

“Selain itu... Hyung, apakah sudah ada seseorang yang menjadi pendonor untuk Jihwan?” tanya Yongki, tampak khawatir.

“Sudah. Justru karena itu, Hyung mengumpulkan kalian di sini. Aku ingin kita semua bekerja sama,” jawab Seonho sambil mengangguk, mencoba meyakinkan mereka.

“Siapa? Bisakah kita bertemu dengan orang baik itu?,” tanya Namjin penasaran.

“Dia tidak ingin bertemu dengan siapapun. Bahkan, Hyung sendiri belum pernah bertemu dengannya,” ujar Seonho dengan nada serius.

“Lalu, bagaimana Hyung bisa tahu dia bersedia mendonorkan ginjalnya untuk Jihwan?” tanya Haesung.

“Keluarganya yang memberi tahu Hyung. Mereka bilang bahwa anaknya ingin membantu orang lain yang membutuhkan, terutama karena umur anak itu sudah tidak lama lagi,” ujar Seonho, suaranya meredup, membuat ruangan sejenak hening.

“Aku berharap bisa bertemu mereka untuk mengucapkan terima kasih, karena mereka mau mendonorkan ginjal untuk Jihwan.” ucap Namjin, yang setelah beberapa saat terdiam, akhirnya membuka suara.

“Nanti, Hyung akan usahakan untuk mempertemukan kita. Tapi sekarang, kita fokus dulu pada Jihwan,” ujar Seonho dengan nada penuh tanggung jawab, menatap mereka semua.

“Lalu bagaimana, Hyung? Kita harus apa?” tanya Haesung.

“Nah… tugasmu dan Namjin adalah membawa Jihwan untuk menjalani tes kesehatan, mulai dari evaluasi medis hingga uji kecocokan. Hyung juga akan meminta keluarga si pendonor untuk melakukan uji kecocokan juga,” ucap Seonho, nada suaranya menekankan pentingnya tugas mereka.

“Lalu aku?” tanya Yongki, matanya menatap Seonho dengan tegas.

“Karena Jihwan sangat menuruti perkataanmu, coba yakin kan dia untuk berpuasa setelah semua prosedur medis yang dilakukan oleh Namjin dan Haesung selesai. Setelah itu, aku akan berkonsultasi dengan tim medis sebelum akhirnya operasi dilakukan,” ujar Seonho sambil menghela napas.

“Itu sulit… Jihwan juga tidak sepenurut yang Hyung bayangkan,” ujar Yongki dengan ragu.

“Tapi, kita semua takut padamu, Hyung, jadi kami yakin Hyung bisa ” ujar Haesung, terkekeh kecil sambil melirik Yongki yang hanya menghela napas sambil menatapnya tajam.

“Sudahlah, lakukan saja itu. Aku hanya bisa mengandalkan kalian. Aku tidak bisa berharap banyak pada Jungsoo atau Taehwan,” ujar Seonho, dengan nada serius.

“Lalu, apa tugas mereka berdua?” tanya Haesung.

“Untuk kali ini, tugas mereka hanya satu, tutup mulut,” jawab Seonho.

“Kapan kita akan mulai?” tanya Namjin.

“Hyung berharap minggu depan Jihwan sudah selesai dengan operasinya,” ujarnya sambil memandang mereka penuh harap.

“Aku heran, Hyung. Bukannya waktu itu dokter bilang kalau Jihwan baik-baik saja, dan bisa hidup dengan satu ginjalnya? Tapi kenapa tiba-tiba kondisinya drop seperti ini? Bukankah itu sama saja jika dia tetap hidup dengan satu ginjal, tapi ginjal orang lain?” tanya Namjin, raut wajahnya menunjukkan kebingungan.

“Satu ginjal yang tersisa tidak berfungsi dengan baik dalam tubuh Jihwan. Itu sebabnya tubuhnya semakin lemah, dan dia sering merasakan sakit itu. Itulah alasan aku ingin segera melakukan operasi ini agar Jihwan bisa hidup lebih normal, karena ginjalnya terlalu lemah untuk bertahan,mungkin dengan bantuan ginjal baru ini semuanya bisa kembali membaik ” jelas Seonho, suaranya penuh kekhawatiran.

“Semoga semuanya berjalan lancar. Aku tidak ingin adik-adikku terus menderita,” ujar Yongki, suaranya lirih namun penuh harap.

“Semoga,” jawab Seonho dan Namjin serempak, menambahkan keheningan yang tenang namun penuh doa.

“Hyung, bagaimana dengan pelakunya?” tanya Haesung tiba-tiba, memecah keheningan.

“Pelakunya sudah membusuk di penjara, dia orang suruhan keluarga Park,” jawab Yongki tegas, menjelaskan sedikit tentang ketertinggalan adik nya itu.

“Makanya, kalau ada kabar baru, simak baik-baik, Hyung. Kau terlalu fokus pada pekerjaan,” sela Namjin sambil melirik ke arah Haesung, menggodanya.

“Mana aku tahu,” jawab Haesung acuh tak acuh.

“Sudahlah… sekarang kembali ke kamar kalian masing-masing,” ujar Seonho, mencoba menenangkan suasana.

“Hyung, semalam kau tidak bersama Seonho Hyung, kan?” ujar Haesung tiba-tiba, menyindir dengan tatapan penasaran.

“Tidak,” jawab Yongki gugup, mencoba menjaga sikapnya. gengsi nya terlalu tinggi jika harus mengakui hal tersebut pada adik nya .

“Aku lihat kalian turun bersama, kalian tidak tidur bersama kan?, ” kata Haesung, sambil memutar bola matanya.

“Kau salah lihat,” jawab Yongki tegas, mencoba mempertahankan harga dirinya.

“Salah lihat bagaimana? Kamar kalian berbeda lantai. Bagaimana bisa kalian turun bersama?” kata Haesung.

“Bisa saja…” ujar Yongki, kehabisan kata-kata.

“Sudah ketahuan, masih saja mengelak,” ujar Haesung yang sebenarnya merasa cemburu melihat kedekatan mereka.

Seonho hanya tersenyum tipis mendengar perdebatan kedua adiknya, menyadari betapa rumitnya hubungan antara Yongki dan Haesung yang kadang diwarnai dengan cemburu dan gengsi.

..........

Yoora menatap jalanan ibukota yang padat oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Dia bertanya-tanya ke mana dirinya akan dibawa oleh sang kakak. Untuk mengalihkan pikirannya, dia mencoba berbicara dengan sopir yang ditugaskan oleh Seonho.

"Ajussi..." panggil Yoora.

"Iya, Nona," sahut sang sopir.

"Seonho oppa menyuruhmu membawa saya ke mana?" tanya Yoora.

"Kita akan ke apartemen Tuan Seonho, Nona," jawab sopir.

"Apakah ajussi tahu kenapa?" tanya Yoora penasaran. Dia bahkan belum pernah menginjakkan kakinya di apartemen Seonho seumur hidupnya, dan sama sekali tidak tahu di mana letaknya.

"Maaf, Nona, saya tidak tahu. Sebaiknya Nona tanyakan langsung kepada Tuan Seonho," jawabnya dengan hormat.

Yoora memilih untuk diam dan tidak melanjutkan pertanyaannya. Dia kembali fokus pada suasana jalanan yang padat, pikirannya melayang entah ke mana.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Yoora sampai di sebuah apartemen megah. Mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di lobi apartemen.

"Nona, Tuan Seonho meminta Anda untuk menunggu di lobi. Beliau akan segera tiba," ujar sopir, yang dibalas anggukan oleh Yoora.

Yoora turun dan menunggu di lobi sesuai permintaan Seonho. Cukup lama dia menunggu tanpa kepastian. Seonho tak kunjung datang, dan Yoora merasa benar-benar lelah menunggu. Dia berniat menghubungi Seonho, tetapi orang yang ditunggu akhirnya muncul dengan langkah gagah memasuki lobi apartemen.

"Oppa..." lirihnya sembari menatap sang kakak.

Seonho hanya diam dan memberikan isyarat agar Yoora mengikutinya. Setelah menunggu sekitar 30 menit, Yoora langsung mengikuti langkahnya.

Keduanya menaiki lift hingga tiba di lantai tertinggi apartemen tersebut, yang biasa disebut Griya Tawang. Di lantai ini, penghuni biasanya adalah pemilik apartemen dan beberapa orang terpilih saja.

"Oppa..." panggil Yoora lagi, tetapi diabaikan oleh Seonho. Akhirnya, mereka sampai di sebuah pintu hitam yang menjulang tinggi.

Seonho mengeluarkan kartu akses dan menempelkannya di pintu pintar tersebut. Seketika pintu terbuka lebar. Keduanya langsung masuk dan pintu kembali tertutup secara otomatis.

Yoora terperangah melihat semua interior yang ada di dalam ruangan. Kesan mewah dan mahal begitu terasa di ruangan yang luas itu.

Di dinding terlihat foto yang terpajang, foto yang sama seperti yang ada di mansion. Foto Seonho dengan semua adiknya, termasuk orang tua mereka. Hanya dirinya yang tidak ada di foto tersebut.

Meskipun Yoora sudah terbiasa dengan kehidupan mewah seperti ini sejak lama, dia tetap selalu kagum dengan apa yang dimiliki oleh saudara-saudaranya. Namun, kali ini, keindahan yang mengelilinginya terasa hampa.

"Duduk," perintah Seonho, suaranya tegas.

Yoora mengangguk, berusaha menahan ketegangan di dadanya. Ia merasa seolah berada di hadapan seorang asing, tidak ada kehangatan yang biasanya mengisi ruang antara kakak dan adik.

"Kau akan tinggal di sini selama prosedur kesehatan Jihwan berjalan. Sebelum akhirnya kalian akan melakukan operasi," tutur Seonho, nada suaranya datar. Kata-kata itu membuat jantung Yoora berdegup kencang. Akhirnya, ia mengerti kenapa Seonho menyuruhnya ikut.

"Bagaimana dengan sekolahku, oppa?" tanyanya, suaranya bergetar.

"Aku sudah mengurusnya. Kau hanya perlu menurut pada apa yang aku perintahkan," jawab Seonho, penekanannya membuat Yoora merasakan beban di pundaknya.

"Baiklah, aku akan melakukan apapun yang oppa mau," ucap Yoora, rasa lelah menyelimutinya. Dia tidak keberatan jika harus mendonorkan ginjalnya untuk Jihwan. Namun, cara Seonho menyembunyikan semua ini dari orang lain membuat hatinya terasa terhimpit.

"Bagus... Dan ingat, semua ini harus tetap rahasia. Jika ada yang tahu, kamu sendiri yang akan menerima akibatnya," tatapan tajam Seonho menambah ketakutan dalam diri Yoora.

"Iya, oppa," jawabnya dengan suara pelan.

"Pergilah ke kamar, kamarmu ada di lantai atas. Nanti akan ada orang yang datang untuk mengurus keperluanmu di sini. Jangan lakukan apapun yang bisa membahayakan kesehatanmu sampai saatnya tiba," ujar Seonho, nada suaranya dingin.

"Kamarku yang mana?" Yoora bertanya, berharap bisa menemukan sudut kecil di dunia barunya ini.

"Lantai atas, pintu sebelah kiri arah balkon," jawabnya tanpa menoleh.

"Terima kasih," ucap Yoora, merasakan kesedihan dalam setiap langkahnya menuju kamar. Dia berusaha untuk tidak menangis.

"Aneh sekali, kenapa dia terlihat terkejut dengan semua ini?" gumam Seonho sembari menatap langkah sang adik hingga menghilang dari pandangannya.

••

Hari-hari terus berjalan, dan prosedur untuk Jihwan terus berlanjut. Yoora pun melakukan hal yang sama di bawah perintah Seonho. Sampai saat ini, Jihwan sama sekali belum sadar jika semua yang dilakukan oleh saudara-saudaranya adalah untuknya , operasi transplantasi ginjal yang akan dia lakukan. Semua orang di sekitarnya juga tidak curiga pada yoora yang tiba-tiba tidak ada di rumah, mereka percaya pada penjelasan Seonho bahwa Yoora sedang menjalani program sekolah yang mengharuskannya menetap di asrama. Ditambah Yoora yang mengiyakan semua itu, atas perintah seonho.

Selama tinggal di apartemen Seonho, kesehatan Yoora diperhatikan dengan seksama. Makanan dan obat-obatan sudah diatur, dan dia tetap mengikuti sekolah melalui Zoom agar tidak tertinggal pelajaran. Seonho sering mengunjunginya, memastikan bahwa Yoora baik-baik saja. Setiap kali Seonho menunjukkan perhatian, meskipun kebaikan itu untuk kesehatan Jihwan, Dia bahagia melihat sisi baik Seonho, tetapi sorot kebencian dalam tatapan Seonho membuatnya merasa tertekan.

Akhirnya, tibalah saatnya di mana Yoora akan melakukan operasi untuk mengangkat salah satu ginjalnya untuk diberikan kepada Jihwan. Saat berada di ruangan yang sama dengan Jihwan, yang sudah tidak sadarkan diri akibat obat bius, Yoora merasa gelisah. Dia menatap Jihwan dengan harapan dan ketakutan bercampur aduk.

"Oppa, kau harus kuat. Aku mohon berjuanglah semampumu. Aku bahagia karena satu ginjalku akan ada padamu. Tidak pernah aku sesali jika ada hal buruk yang terjadi setelah ini. Aku rela melakukan apapun untuk kebahagiaan kalian. Ayo berjuang bersama! Kamu harus kembali sehat dan hidup bahagia dengan yang lain. Aku minta maaf karena telah membuatmu kehilangan segalanya. Aku sadar, aku yang salah. Kalian pantas membenciku, dan aku akan terima hal tersebut." Ucap Yoora dalam hatinya, air mata hampir menggenangi matanya saat memandang Jihwan yang terbaring di sampingnya.

"Nona, Anda sudah siap?" tanya sang dokter, menghentikan lamunan Yoora.

Yoora menatap Jihwan lama, harap dan cemas bergumul dalam hatinya. Dia berharap semua ini akan berhasil, tak ingin menghadapi konsekuensi dari Seonho jika operasi ini gagal.

"Dokter..." tuturnya lemah, suaranya nyaris tak terdengar.

"Iya..." jawab sang dokter yang masih sibuk dengan peralatan operasi.

"Tolong lakukan yang terbaik, ya. Saya berharap semuanya berhasil," ujar Yoora penuh harap, suaranya bergetar.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Mari kita sama-sama berdoa pada Tuhan," jawab sang dokter, yang diangguki oleh Yoora dengan penuh keyakinan.

"Dan kami akan mulai," sambung dokter lainnya.

Yoora mengangguk, dan saat itu, dokter mulai menyuntikkan cairan yang membuatnya tak sadarkan diri. Dalam keheningan itu, harapan dan ketakutannya menguap, membiarkan semua ketidakpastian menyelubungi hatinya.

....

Di luar ruangan operasi, seluruh keluarga Lee berdoa pada Tuhan untuk keberhasilan operasi Jihwan. Kekhawatiran melingkupi semua orang, hanya bisa saling menatap dalam diam, berharap ketegangan ini segera berakhir.

Waktu operasi terasa berjalan lambat, setiap detik seperti berjam-jam. Tiba-tiba, pintu ruang operasi terbuka, menampilkan wajah panik seorang dokter yang keluar tergesa-gesa. Hal ini membuat seluruh keluarga Lee terkejut, apalagi lampu operasi yang masih menyala menandakan bahwa operasi belum selesai.

"Dokter… ada apa?" tanya Seonho, suaranya penuh kepanikan, mewakili rasa cemas yang menyelimuti semua orang.

"Operasi untuk pendonor mengalami sedikit masalah," jawab dokter sambil berlalu, seolah meminta bantuan kepada dokter lain.

 "Ya Tuhan, semoga pendonor-nya baik-baik saja." Ucap Yongki menatap penuh harap.

Dia sama sekali tidak tahu bahwa orang yang berani menyerahkan satu ginjalnya untuk Jihwan adalah adik perempuan satu-satunya.

Seonho merasa jantungnya berdebar. Dia berhasil menyembunyikan semua kenyataan ini dari keluarganya, sejauh ini hanya dirinya lah yang tau apa yang terjadi dan siapa yang di maksud oleh dokter tersebut.

Seorang gadis cantik terbangun di sebuah savana yang begitu indah, langit cerah menunjang keindahan tempat tersebut. Gadis itu duduk sendirian di tempat yang begitu luas tak berujung, angin sepoi-sepoi membelai lembut wajahnya.

" Nak... " panggil sebuah suara yang membuat gadis cantik itu menolehkan pandangannya.

" Daddy... " lirihnya saat melihat sosok pria tampan yang ada di sampingnya. Air matanya luruh membasahi pipinya, bagaikan air mancur yang tak bisa dihentikan.

" Kenapa putri Daddy ada di sini? " tanya pria itu, sembari memeluk putri kesayangannya. Aroma familiar yang mengingatkannya pada masa-masa indah membuat Yoora semakin terharu.

" Daddy... " Lidahnya kelu meluapkan kerinduan yang teramat besar, tak mampu mengucapkan apapun, hanya bisa merasakan hangat pelukan yang membuatnya tenang.

" Apa yang telah mereka lakukan pada putri Daddy? Apa semua kakakmu jahat padamu? " tanya pria itu, sambil membelai rambut sang putri yang masih menangis sesenggukan dalam dekapannya.

" Kenapa Daddy meninggalkan Yoora sendiri di sana? Daddy tidak sayang pada Yoora? Setelah Daddy pergi, Mommy juga pergi, " lirihnya, suara terbata-bata, terasa penuh kepedihan.

" Ini takdir Tuhan, sayang. Memangnya manusia mana yang bisa hidup abadi di dunia ini? Jika Daddy bisa memilih takdir, Daddy pun tidak mau meninggalkan kalian. Tapi apa yang Daddy bisa lakukan? Temukan Mommy-mu, dia ada di sekitar kamu, " ucap sang ayah, nada bicaranya lembut dan menenangkan.

" Daddy.... " lirihnya seolah menumpahkan segara beban di pundak pria yang selalu disebut-sebut sebagai cinta pertama bagi seorang anak perempuan.

" Daddy bangga pada putri Daddy. Terimakasih sudah bertahan selama ini. Maafkan Daddy yang harus pergi lebih dahulu. Cepatlah kembali, ini bukan tempatmu, kamu tidak pantas berada di sini, " tutur sang ayah dengan wajah yang bersinar penuh cinta.

" Tidak... Aku tidak mau kembali ke sana. Yoora ingin di sini saja, Daddy. Mereka semua membenci Yoora. Semuanya membenci Yoora. Yoora tidak mau menjadi beban bagi mereka lagi. Ajak Yoora bersama Daddy saja, " serunya, enggan melepaskan pelukannya dari sang ayah.

" Tidak bisa begitu, sayang. Tempatmu bukan di sini. Urusanmu di dunia belum selesai. Kembalilah dan dapatkan hati saudara-saudaramu lagi. Semua yang telah terjadi pada Daddy bukan salahmu. Itu semua takdir dari Tuhan. Berhentilah berpikir jika semua ini kesalahanmu. Kembalilah, " ucapnya, tersenyum lembut meski terlihat penuh kesedihan.

" Tidak mau... Semua orang tidak suka pada Yoora, Daddy. Jangan tinggalkan Yoora lagi! " tangisnya makin histeris, merasakan ketidakberdayaan yang menyakitkan.

" Kembalilah... Bukankah kamu ingin berjuang untuk mendapatkan kasih sayang dari saudara-saudaramu yang lain? Ayo, Daddy yakin putri Daddy bisa, " ujarnya, penuh keyakinan.

" Hiks... Tidak... Jangan pergi, Daddy... Jangan... Daddy... " Jeritnya saat sang ayah tiba-tiba menghilang dari pandangannya, meninggalkan kekosongan yang menyesakkan dada.

"Dokter, detak jantung pasien kembali normal," ujar sang dokter yang sedang berusaha membuat kondisi Yoora stabil di tengah proses operasi tersebut. Suara panik membangkitkan kembali kesadaran di sekelilingnya.

"Syukurlah..." Semua dokter menghela napas panjang, pertanda bahwa mereka lega dengan apa yang terjadi sekarang. Namun, Yoora masih terjebak dalam kesedihan yang mendalam, terombang-ambing antara kenyataan dan alam bawah sadarnya.

Proses operasi terus berjalan tanpa henti. Seluruh keluarga Lee menunggu dengan harap-harap cemas, berharap semua yang sudah diusahakan berjalan lancar. Seiring waktu yang berlalu, mereka tidak bisa menghentikan pikiran tentang apa yang terjadi di dalam ruang operasi. Sekitar 3 jam berlalu akhirnya lampu ruang operasi pun mati, pertanda bahwa operasi sudah selesai.

Dua orang dokter dan seorang perawat keluar dari ruang operasi dengan senyum bahagia. Hal itu pula yang membuat seluruh anggota keluarga Lee sedikit bisa bernapas lega, seolah mendapatkan harapan baru.

"Bagaimana kondisinya, samchon?" tanya Seonho kepada salah seorang dokter yang masih dekat dengan keluarganya, lebih tepatnya sang ayah karena dia adalah sahabat karib sang ayah.

"Semua baik-baik saja. Operasinya berjalan lancar meskipun ada sedikit kendala. Sekarang kalian bisa bernapas lega," ujar sang dokter yang dipanggil Paman.

"Jihwan benar-benar baik-baik saja, samchon?" tanya Yongki dengan cemas.

"Kamu tenang saja. Kita hanya tinggal menunggu dia siuman," jawab dokter itu.

"Terima kasih, samchon..." Seonho mengangguk, merasa sedikit lega.

"Paman, bagaimana dengan kondisi pendonor? Apa dia juga baik-baik saja?" tanya Namjin tiba-tiba, menyela percakapan. Seonho dan sang dokter hanya bisa saling memandang, seolah sedang berbicara lewat sorot mata masing-masing.

" Semuanya berjalan lancar Namjin, kamu tenang saja " ujar sang dokter yang tak melepaskan tatapan nya dari Seonho.

"Seon, samchon ingin bicara denganmu," tutur sang dokter.

"Baiklah, samchon," jawab Seonho, mengangguk ringan.

"Kalian bisa menemui Jihwan setelah , dia sadar dari anestesinya, kami akan memindahkannya ke ruang pemulihan. Tapi tolong masuk secara bergantian agar tidak mengganggunya," pesan sang dokter, diangguki oleh semua orang.

Seonho mengikuti langkah sang dokter, keduanya kini sudah duduk berhadapan di meja kerja yang hanya terhalang oleh meja tersebut.

"Apa ini, Seon?" tanya Paman Min, menatap serius.

1
Nunu Izshmahary ula
akhir nya ada satu saudara Yoora yang tobat 🥹 wahhh
Nunu Izshmahary ula
ouh jadi Min-ho ya yang waktu itu baik sama Yoora, jangan jangan Mereka jodoh lagi☺️🤣
Nunu Izshmahary ula
semoga Yoora gapapa, saudara nya ada aja yang bikin dia celaka
Nunu Izshmahary ula
yang ini bener banget, walaupun Seonho kaya gitu tapi gimana ya . kata kata ini bener juga
Nunu Izshmahary ula
astaga Seonho 😩minta ginjal orang udah kaya minta krupuk
winterbear95
"kemarahan kakak tertuanya"😭kenapa dibayanganku malah muncul Jin hyung ngerap sih astaga
winterbear95
aku baca, imajinasi visualku nongol 7 bujang kesayanganku🥺
Nengsih
sedih banget, dari pertama baca udah mewek 😭
Nunu Izshmahary ula
pengen punya sahabat macam rea , wah ... senengnya kalau punya temen kaya gitu ya , di saat dunia membenci kita habis - habisan ada satu tempat yang bisa kita jadikan tempat pulang untuk bersandar, susah banget nyari temen yang kaya gini di dunia nyata . kebanyakan orang cuma bermuka dua dan datang kalau lagi ada butuh nya aja🥺
BYNK: Kamu pasti akan menemukannya suatu hari nanti, atau mungkin malah kamu yang jadi sahabat seperti Rea untuk orang lain. Dunia ini memang keras, tapi kebaikan kita nggak pernah sia-sia. jangan lelah jadi orang baik , semangat 💪🏻
total 1 replies
Wayan Indrawati
yoora yg malang
Nunu Izshmahary ula
best quotes...
Nunu Izshmahary ula
jahat banget, yaampun Seonho..
Nunu Izshmahary ula
Lah, emang di sekolah dia di kantin nya gaada cctv kah? masa langsung percaya gitu aja , Seonho 😑
Nunu Izshmahary ula
wah kok keliatannya mereka egois banget ya, kira kira Namjin bakal milih Yoora atau Jungsoo..🤔
Nunu Izshmahary ula
jan males males up nya Thor , yang baca keburu kabur
winterbear95: naikin jumblah up episodenya🙄
BYNK: siap -siap , trimakasih banyak dukungan nya
total 5 replies
Nunu Izshmahary ula
baru baca bab pertama udah sedih aja .. wah ..
winterbear95: aku datang🤸
exited banget walaupun masih 4 bab
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!