Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegiatan Kampus
Selama di kampus, Miko menjalani segala kegiatan seperti biasanya yang dia ikuti. Namun, untuk hari ini, banyak perubahan yang Miko rasakan dari sikap teman-teman kampusnya.
Seperti tadi saat Miko memasuki ruang latihan bela diri. Biasanya banyak yang memandang remeh, bahkan mengejek kehadirannya karena dia terkenal menjadi target perundungan Kelvin.
Namun kali ini, teman-teman kampus yang mengikuti seni bela diri, menunjukan sikap yang berbeda padanya. Ada yang sok akrab, ada yang bersikap ramah dan pastinya ada yang merasa takut juga.
Tapi, Miko memilih tidak ambil pusing. Tujuan Miko adalah belajar. Jadi Miko berusaha bersikap biasa saja. Perubahan yang sangat mencolok adalah perlakuan pengajar bela diri yang terkesan mengistimewakan Miko.
Dan siang ini, perlakuan teman-teman yang lain pun hampir sama, seperti yang terjadi di ruang latihan bela diri. Saat ini Miko sengaja menghabiskan waktunya dengan bermain bola basket.
Biasanya Miko bermain sendirian, tapi untuk kali ini, Aldi dan Didi berani menemaninya, karena mereka merasa tidak perlu takut lagi dengan ancaman teman-teman Kelvin.
Yang nampak lebih spesial adalah, ada beberapa teman yang bergabung, dan kebanyakan dari mereka adalah, korban perundungan selama Kelvin berkuasa.
"Miko!" seru seseorang, dikala Miko sedang asyik bermain, membuat permainan harus berhenti mendadak. Mereka hampir serentak menoleh ke arah sumber suara dan mereka cukup terkejut kala melihat sosok yang memanggil Miko
"Bisa kita bicara sebentar?" pinta orang yang sama dengan nada agak berteriak.
Sebelum memberi jawaban, Miko menghembuskan nafasnya secara kasar, lalu pamit kepada teman-temanya.
"Ada apa?" tanya Miko dengan wajah datar, setelah mendekati orang yang memanggilnya.
"Ada yang ingin aku bicarakan," ucap orang itu. "Kita ngobrol di sana ya?" Dia berusaha menunjukan sikap hangatnya.
Miko mengangguk samar dan dia mengikuti langkah orang itu.
"Aku dengar tadi pagi, kamu berkelahi dengan teman-temannya Kelvin, apa benar?" tanya orang itu, basa basi.
Miko mengangguk malas. "Apa kamu mau ngomongin masalah ini?" tanya Miko.
Orang itu langsung tersenyum lebar. "Tidak," jawabnya sambil cengengesan. "Ternyata kamu orangnya to the poin ya," sejenak orang itu menjeda ucapannya.
"Begini, aku perhatikan, permainan basketmu itu cukup bagus. Bagaimana kalau kamu gabung ke tim basket kampus kita, agar skillmu bisa diasah menjadi lebih baik lagi?"
Miko tercenung beberapa saat. Dia merasa aneh dengan penawaran tersebut. lantas Miko tersenyum sembari melempar pandangan ke arah teman-teman yang sedang bermain basket.
"Maaf, untuk basket, aku kurang berminat, aku bermain hanya karena menyukainya aja," tolak Miko.
Sosok yang tak lain adalah ketua tim basket nampak terkejut mendengar penolakan Miko.
"Bukankah ini peluang bagus buat kamu? Banyak loh, mahasiswa yang ingin bergabung dengan tim basket kampus kita," sang kapten tidak menyerah begitu saja.
Miko menoleh, menatap lekat kapten tim basket yang memiliki banyak penggemar wanita. Bahkan menurut desas-desus yang Miko dengar, banyak wanita yang mau melepaskan pakaian mereka, demi bisa merasakan kehangatan tubuh atletis pria tampan itu.
"Kalau memang banyak yang ingin bergabung, kamu ajak aja, mahasiswa yang memang berminat. Setidaknya mereka lebih berguna karena memang ada minat, daripada ngajak saya yang sama sekali tidak ada minat," lagi-lagi Miko memberi penolakan secara halus.
"Yah, sayang banget," sang kapten nampak kecewa. "Padahal ini kesempatan bagus buat kamu. Yang berminat memang banyak, tapi yang permainannya bagus, aku tidak melihatnya selain kamu."
Miko menyeringai. Ternyata sang kapten tidak masih terus berusaha.
"Sekali lagi aku minta maaf," Miko pun bangkit dari duduknya. "Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, aku permisi dulu," Miko pun pergi begitu saja, meninggalkan sang kapten yang nampak kesal karena penolakannya.
"Sial! Belagu amat sih tuh anak," maki sang kapten. "Baru jadi orang kaya aja, sok sokan nolak tawaran bagus," sungutnya. "Kalau bukan karena butuh sponsor, aku nggak bakal ngajakin kamu."
Pria itu menatap Miko dengan penuh kemarahan. Sedangkan Miko tetap bermain tanpa merasa terbebani.
Sejujurnya Miko tahu, alasan dirinya diajak untuk gabung dengan tim basket. Itu semua Karena Kelvin sudah tidak ada, jadi mereka kehilangan sponsor utama jika nanti ada pertandingan di luar kampus.
Kelvin merupakan anggota basket juga dan dia yang sering memberi fasilitas mewah pada tim basket kampus. Makanya, tim basket tidak mau kemewahan yang biasa mereka rasakan, hilang begitu saja.
"Miko!" selang beberapa menit kemudian, lagi-lagi ada sosok yang berteriak memanggil anak itu.
Semua mata kembali menoleh dan kali ini mereka lebih terkejut lagi setelah tahu siapa yang memanggil Miko.
"Kakek Hendrick? Kakek Albert?" Miko terkejut begitu melihat sosok yang memanggilnya. Miko pun segera berlari, menghampiri dua kakeknya yang sedang diikuti para dosen dan jajaran penting kampus.
"Wahh, ternyata cucu anda sopan sekali, Tuan," puji Pak Cakra begitu melihat Miko menjabat tangan kedua kakeknya serta mencium punggung tangan mereka.
"Cucu asliku memang kaya gini, sopan," ucap Hendrick bangga. "Didikan ibunya benar-benar bagus."
Para penjilat itu langsung ikut tersenyum dengan segala pujian yang membuat Miko jengah.
"Kakek, ngapain kalian ke sini?" tanya Miko.
"Mau jemput kamu lah, Mik," jawab Kakek Albert. "Sekalian jalan-jalan. Sebentar lagi kan kita mau berangkat ke London."
"Duh.. tapi Miko ada janji sama teman-teman, Kek, gimana dong?"
"Ya ajak aja sekalian, biar rame," ujar Kakek Hendrick. "Mana mereka, kita berangkat sekarang."
Miko langsung berteriak memanggil dua temannnya yang ada di sana. Sedangkan Belinda, Miko meminta Aldo untuk mengiriminya pesan.
Begiu semuanya berkumpul, kedua kakek itu berpamitan pada orang-orang kampus. Tentu saja Miko dan yang lain menjadi pusat perhatian dan tak sedikit pula yang merasa senang ataupun iri melihat Miko berada di posisi itu.
"Gila! Hebat banget si Miko, sampai dijemput Tuan besar segala," ujar pria muda yang sering menganggu Miko seperti pagi tadi.
"Iya yah, kok Miko kaya istimewa banget ya? Nggak seperti Kelvin," sahut rekannya. "Selama mengenal Kelvin, aku nggak pernah, lihat dia dijemput Tuan Hendrick."
"Benar," sahut yang lain. "Aku juga merasa aneh. Apalagi setelah kejadian kemarin, Kelvin malah susah dihubungi. Padahal kan, dia udah janji, mau bikin pesta di kapal keluarganya."
"Nah, benar, tuh," anak muda itu lantas menoleh. "Heh, Micela, kamu kan kekasih Kelvin, masa kamu nggak tahu kabar dia?"
Wanita yang dipanggil Micela nampak mendengus. "Emang aku nggak tahu. Padahal dia juga sudah janji mau belikan berlian buat acara nanti. Tapi anaknya malah menghilang nggak ada kabar."
"Benar-benar aneh," sahut pria yang sama. "Apa jangan-jangan Kelvin bukan cucu asli Tuan Hendrick ya?"
"Kemungkinan sih begitu," ucap Micela. "Kalau begitu, sepertinya aku harus menjadi pacarnya Miko."
Teman-teman Micela sontak menatapnya dengan kening berkerut.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%