Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pingsan
Sandra tengah duduk sambil memijat kepalanya, dia tengah berfikir bagaimana cara untuk meyakinkan suaminya bahwa vidio tersebut hanyalah sebuah kesalahpahaman.
Semenjak kejadian tersebut Diana terus mengurung dirinya dalam kamar, dia tidak berani keluar. Seluruh akun sosial medianya ia kunci, karena para netizen telah menyerbu baik kolam komentar atau chat pribadi.
Kadang ada pula yang menelepon dari nomor tak dikenal, entah itu mereka mengatakan kata kata umpatan atau semacam teror. Diana tidak tahu mereka bisa mendapatkan nomor pribadinya dari mana, tapi yang ia yakin mereka semua buzzer yang dikirim oleh Rania.
Telepon Diana berdering, ia hanya menatap nya saja. Biasanya jika dibiarkan seperti itu lama lama akan berhenti sendiri, namun sudah setengah jam tak kunjung juga berhenti.
Tangan Diana bergetar, perlahan ia mengambil handphone tersebut. Saat melihat nama si penelpon, ia menghembuskan nafasnya.
"Hallo" Ucap Diana saat menerima panggilan.
"Kapan kamu akan kembali bekerja, kamu sudah terlalu lama tidak masuk. Kita perlu membahas kembali kontrak mu." Dia adalah direktur tempat dimana Diana bekerja.
"Saya belum bisa bekerja."
"Sampai kapan kamu akan lari dari masalah, kamu tahu beberapa majalah membatalkan kontrak kerja sama denganmu, karena masalah yang kamu buat. Akibat ulah mu itu, perusahaan juga terkena imbasnya." Direktur berkata dengan emosi yang tertahan.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Diana ucapkan.
"Maaf tidak bisa menyelesaikan masalah, saya tidak mau tahu besok kamu harus datang ke kantor." Setelah mengatakan hal tersebut telepon ditutup secara sepihak.
Diana melemparkan handphone nya, membayangkan semua mata teman temannya tertuju padanya dengan wajah meremehkan juga beberapa kata umpatan yang keluar dari bibir mereka, sungguh membuat nya benar benar tidak ingin datang pada kantor tersebut.
Bahkan Diana sudah keluar dari grup, namun lagi dan lagi teman temannya memasukkan nya kembali. Mereka sengaja melakukan itu semua untuk memaki dirinya secara terang terangan.
Tok....tok..... Suara pintu kamar diketuk dari luar.
"Siapa." Tanya Sandra dari dalam.
"Saya nyonya." Itu suara salah satu pelayan.
"Ada apa?"
"Ada paket untuk nyonya."
Sandra mengerutkan dahinya, perasaan nya ia sedang tidak memesan apa apa. Apa dirinya lupa. "Masuk." Sandra mempersilahkan pelayan tersebut masuk kedalam kamar nya.
Pelayan itu membuka pintu, kemudian meletakkan paket yang ia terima, setelah itu kembali keluar.
Sandra bangkit dari tempat duduknya, ia mengambil kotak kecil itu lalu mengguncang nya. Tidak ada suara, ia mengambil cutter kecil untuk membukanya.
Didalamnya ada beberapa lembar foto, Sandra langsung mengambil lalu melihatnya. Seketika matanya terbelalak, ia melemparkan semua foto tersebut.
Sandra memegangi kepalanya, masalah yang satu belum selesai, kini sudah ada lagi masalah lain. Ia segera mengambil kunci mobil ada yang perlu ia pastikan sendiri.
*
Rania sudah lama tidak berkunjung pada makam ibunya, setelah dari rumah sakit ia tidak langsung pulang, melainkan menyuruh sopir untuk pergi ke pemakaman terlebih dahulu.
Rania membawa bunya kesukaan ibunya, Lily putih. Bunga yang sekalu menjadi favorit wanita itu, wanita yang selalu lemah lembut dalam bertutur kata, santun dalam bertindak dan selalu baik pada siapa saja.
Dahulu dipekarangan belakang rumah, ada taman bunga yang indah. Rania ingat, dia selalu menemani ibunya untuk merawat semua bunga tersebut. Setiap sore sambil menunggu kepulangan ayahnya, mereka akan menghabiskan waktu bersama di taman tersebut.
Namun, kini taman itu menghilang bersama pemilik nya. Semenjak ibunya meninggal, bunga bunga tersebut tidak ada yang merawat dan mati begitu saja.
Rania tiba tiba kepalanya terasa pusing, bukan pusing biasa melainkan rasanya seperti tengah tertimpa batu yang begitu besar.
Tiba tiba sekelebat ingatan datang, dimana dia melihat ibu tirinya berbicara padanya saat dirinya terbaring pada ranjang rumah sakit. Namun Rania tidak tahu apa yang diucapkan wanita itu, hingga akhirnya dirinya kehilangan kesadaran.
Rania membuka matanya, yang pertama dilihat olehnya adalah wajah ayahnya yang terlihat khawatir.
Rania bangun dibantu oleh ayahnya, ia bersandar pada kepala ranjang menatap wajah wajah yang berada disana.
"Apakah ada yang sakit?" Tanya Herman.
"Hanya pusing saja."
Ternyata Danu juga berada disana, entah apa yang telah pemuda itu lakukan tapi bajunya nampak basah, juga beberapa peluh keringat yang berada disekitar wajahnya menghiasi wajah pemuda tersebut.
BEBERAPA JAM SEBELUMNYA.
Danu dan Herman setelah menyelesaikan perbincangan mereka, akhirnya memutuskan pulang. Namun tiba tiba saja, dering telepon terdengar dan itu berasal dari handphone nya Herman.
"Hallo" Ucap Herman pada seseorang disebrang.
"Tuan, Non Rania pingsan." Itu salah satu pelayan rumah Herman.
"Pingsan? bagaimana ceritanya mengapa Rania bisa pingsan."
"Saya tidak tahu Tuan, beliau diantar sopir dalam keadaan tak sadarkan diri. Katanya Non Rania habis dari pemakaman dan pingsan disana."
"Sudah panggil dokter?"
"Belum Tuan."
"Segera panggil dokter, tidak lama lagi saya akan sampai rumah."
"Baik Tuan." Setelah itu sambungan diputus.
"Danu, cepat antar saya kerumah. Rania tidak sadarkan diri."
Danu menambah kecepatan mobilnya, tapi tanpa disadari ada seseorang yang membuntuti mereka dari belakang.
Danu melirik kaca spion, berusaha memastikan apakah yang ada dibelakang itu benar benar membuntuti dirinya atau tidak. Tapi setelah dipastikan ternyata benar, tidak salah lagi pasti itu orang orang ayahnya.
"Om, pegangan." Peringat Danu pada Herman.
Herman menurut, ia berpegang erat. "Ada apa Danu?"
"Ada yang mengikuti kita, saya berusaha akan mengecoh mereka." Danu benar benar menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Dia menyalip sana sini dijalanan, yang padahal saat itu sedang ramai. Banyak klakson berbunyi karena membuat kendaraan lain terganggu.
Hingga akhirnya pada pertigaan dia dapat mengecoh mereka, mobil yang membuntuti nya tertinggal jauh, bahkan mungkin mereka terhalang oleh kendaraan lain.
Danu pikir dirinya sudah lolos, tapi ternyata perkiraan nya salah. Hilang satu tumbuh dua, kini ada dua mobil di belakang yang mengejarnya.
"Danu, mereka siapa?" Tanya Herman sedikit khawatir, masalahnya mereka berkendara sudah seperti menantang maut saja.
"Cerita nya panjang Om, sebaiknya Om berdoa saja supaya kita selamat."
"Tuhan, selamatkanlah kami. Jangan biarkan calon menantuku ini terluka." Doa Herman disela sela saling kejar kejaran.
Danu terkekeh mendengar doa tersebut, tidak disangka Herman benar benar serius menjadikannya sebagai calon menantu.
Aksi saling kejar kejaran terjadi, mobil Danu dipepet kanan dan kiri. Tidak bisa dihindarkan benturan terjadi, Danu mengeram mendadak mobilnya, sehingga dia terlepas dari kedua mobil yang menjepit nya tadi.
Danu menggunakan kesempatan tersebut, dia langsung memutar stir, berbalik arah dan meninggalkan kedua mobil itu.
Dirinya masuk salah satu gang sempit dan bersembunyi disana, ketika kedua mobil itu mengikuti berbalik arah, mereka tidak melihatnya. Bersyukur akhirnya mereka bisa bebas.
BERSAMBUNG......
Tolong dijawab