Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 002
Satu minggu kemudian. Terdengar suara tembakan yang dilepaskan ke udara beberapa kali di tengah ramainya pengunjung sebuah klub malam.
“Lari, cepat!” teriak seseorang, meminta para pengunjung untuk segera pergi dari sana.
Raut wajah mereka berubah menjadi panik dan ketakutan. Mereka berhamburan keluar mencari perlindungan, seperti seekor semut.
“Segera temukan dia dan bawa ke hadapanku. Kalau tidak, nyawa kalian yang akan menjadi gantinya!” titah seorang pria pada anak buahnya.
“Kamu yakin ingin menghabisi mereka semua? Mereka tidak bersalah, Vin!” seru rekan Vincent mengingatkan.
Di dalam klub tidak hanya ada satu atau dua orang tapi banyak.
“Kalau bos sampai tahu, dia bisa murka. Dan lagi, aku takut ini akan menjadi boomerang untukmu suatu saat nanti.”
Pria dengan kulit sawo matang, tubuh kekar atletis dan kepala sedikit plontos itu adalah Vincent Orlando—asisten pribadi sekaligus anak buah kepercayaan Noah.
Vincent ditugaskan oleh Noah untuk mengawasi rekan bisnisnya yang terkenal licik dan memiliki usaha sebuah bar.
Namun, siapa yang menyangka jika rekan bisnis Noah itu hanya menjadikan usahanya sebagai kedok. Dibalik itu semua, dia memperjual belikan senjata ilegal untuk mengkhianati Noah.
“Kamu berniat mengaturku? Sudah bosan hidup?!” bentaknya. “Bukankah kalian tahu, kalau bos sedang berada di luar kota. Dia juga mempercayakan ini padaku. Jadi, berhentilah protes!” Vincent menyunggingkan senyuman.
Mereka seakan-akan lupa siapa Vincent dan apa gunanya pria itu ada di tempat ini. Sekali Vincent bicara, bisa membuat mereka mati kutu.
“Kenapa masih diam? Cepat cari!” bentak Vincent.
Mereka mengangguk. Mau tidak mau, segera menjalankan perintah sari Vincent sebelum nyawa mereka yang melayang.
“Dasar lembek!” umpatnya.
•••
Sementara itu, di sebuah kamar yang berada di klub tersebut. Nampak seorang gadis sedang duduk disisi ranjang. Mengenakan pakaian seksi dan sedikit terbuka.
Wajahnya pucat dan ketakutan. Sorot matanya menampakkan kekhawatiran.
“Aku dimana? Kenapa aku bisa berada di kamar ini?” gumam Aluna seraya menyentuh kepalanya yang terasa pusing.
Awalnya, Aluna diminta berganti pakaian dan didandani secantik mungkin oleh Maria. Tak lama setelah itu, ia di paksa meminum segelas teh hangat.
Aluna sudah berusaha menolak, tapi gadis itu bisa berbuat apa selain menuruti semua ucapan Maria.
Aluna bersyukur, selama ini Maria menjaganya dengan baik. Maria bahkan tidak menjadikannya wanita malam karena usianya masih dibawah standar pekerja se-ks di tempat itu.
Suara derap langkah kaki yang mendekat ke ruangan itu. Sontak membuat Aluna menelan ludahnya dengan susah payah.
“Kumohon, lindungi aku, Tuhan.” lirihnya mendongak ke atas. Memohon, supaya ia dilindungi.
Klek!
Pintu kamar yang berada tak jauh dari Aluna terbuka. Membuyarkan lamunan gadis itu. Perlahan, seorang pria paruh baya melangkah masuk dan berdiri tepat dihadapannya.
“Maria memang tidak pernah mengecewakan aku,” gumam pria itu.
Sorot mata tajamnya menatap gadis yang sedang sedang duduk di sisi ranjang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Aluna berdiri lalu beringsut mundur hingga tubuh mungilnya terpojok ke tembok.
Sungguh, Aluna benar-benar sangat ketakutan.
“Anda siapa, Tuan?” Aluna memberanikan diri untuk bertanya. “Apa yang anda lakukan di sini?”
Padahal, jauh di dalam lubuk gadis itu, jiwanya terintimidasi. Ia ingin segera kabur dan berlari keluar melihat tatapan pria yang tengah menatapnya dengan penuh nafsu.