Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 : Kebahagiaan
Di sebuah butik mewah yang dipenuhi dengan gaun-gaun indah berkilau, suasana terasa penuh harapan dan kegembiraan. Shereny berdiri di depan cermin besar, mencoba gaun putih yang anggun. Gaun tersebut memiliki detail renda yang halus dan potongan yang sempurna, membuatnya terlihat seperti seorang putri. Di sampingnya, Elvano mengenakan jas mahal, mengamati dengan seksama.
Elvano dengan aura percaya diri dan ketegasan yang terlihat, memberikan pendapatnya. "Gaun itu sangat cocok untukmu," katanya sambil tersenyum, matanya bersinar dengan kekaguman. "Kau akan terlihat menakjubkan di hari istimewa itu." Shereny tersenyum malu, merasakan campuran antara kebahagiaan dan ketegangan. Dia tahu bahwa pernikahan ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang status dan harapan yang lebih besar.
Mereka berpindah dari satu gaun ke gaun lainnya, setiap pilihan membawa mereka lebih dekat ke momen yang akan mengubah hidup mereka, ada saat-saat ketika dia membayangkan dirinya mengenakan gaun itu di altar, berdampingan dengan Elvano yang kini menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Saat mereka memilih gaun, suasana di butik dipenuhi dengan tawa dan percakapan ringan. Elvano sesekali memberikan saran, dan Shereny dengan antusias mencoba setiap gaun yang dia pilih. Momen-momen kecil ini, meskipun sederhana, menjadi kenangan berharga bagi mereka berdua, menandai perjalanan yang tidak terduga dalam hidup mereka.
...****************...
Dalam sebuah percakapan yang penuh canda, Shereny sedang berbincang dengan sahabatnya, Kayyisa. Kayyisa, dengan nada menggoda, meledek Shereny karena rencananya untuk menikah dengan Elvano, seorang CEO yang kaya raya dan tampan.
Kayyisa mungkin merasa bahwa hubungan Shereny dengan Elvano adalah sesuatu yang luar biasa, dan ledekan tersebut bisa jadi merupakan cara untuk menunjukkan rasa iri Kayyisa atau sekadar bercanda tentang kehidupan glamor yang akan dijalani Shereny.
"Eh, Ren! Jadi beneran mau nikah sama Elvano?Gila sih, selamat ya! Gimana? Manjur kan solusiku saat aku saranin kamu jadi baby sitter Arga? Hahaha" Ucap Kayyisa sambil menyenggol pundak Shereny. Shereny tertawa kecil dan memegang bahu Kayyisa "Pastinya, sahabatku dapat skeretaris kepercayaan Elvano. Luar biasa, sangat di luar nalar jalan cerita kita." Kayyisa merasakan sudut-sudut wajahnya memerah, menandakan bahwa dia tersipu malu. Dia memainkan ujung rambutnya, gerakan yang menambah kesan manis dan lugu. Pakaian yang dikenakannya sederhana namun elegan, memancarkan pesona tanpa berlebihan. "Alfaro ganteng banget, Ren. Aku benar-benar dibuat jatuh cinta dengan segala yang ada pada diri Alfaro. Wajahnya, cara dia berpikir, semua tingkahnya, senyumnya, matanya. Aku hampir nyaris pingsan kalau liat dia senyum." Ujar Kayyisa sambil membayangkan wajah Alfaro.
Shereny tersenyum bahagia melihat Kayyisa yang akhirnya menemukan dambaan hatinya. Sebelumnya, Kayyisa tidak ingin menjalin hubungan bahkan tak ingin menikah. Pengalaman masa lalu yang menyakitkan jelas terlihat dalam setiap langkahnya. Dia tidak pernah benar-benar bisa melupakan hubungan yang toxic yang telah menguras emosinya. Setiap kali dia melihat pasangan lain, hatinya terasa nyeri. Kenangan akan kata-kata menyakitkan dan perilaku manipulatif mantan pasangan seperti bayangan kelam yang mengikuti langkahnya.
Sikapnya menunjukkan ketidakpercayaan terhadap cinta. Saat orang lain berbicara tentang hubungan, dia cenderung menarik diri, menghindari diskusi tentang cinta dan komitmen. Dalam matanya, terpantul rasa takut akan pengulangan kesakitan yang telah dialaminya. Dia lebih suka menghabiskan waktu sendiri, mengeksplorasi hobi dan minat yang memberinya kebahagiaan tanpa melibatkan orang lain.
Kini, karena sikap baik Alfaro, membuatnya yakin bahwa ia mampu membangkitkan rasa cinta kembali dan memulai lembaran cinta yang baru. Namun bagaimana dengan Shereny dan Elvano setelah menikah?
...****************...
Di sebuah pagi yang cerah, sepasang suami istri baru saja menyelesaikan sarapan mereka di teras rumah. Cahaya matahari menyinari wajah mereka, menciptakan suasana hangat yang penuh kebahagiaan. Mereka saling bertukar senyum, mata mereka berbinar dengan cinta yang tak terhingga.
Setelah mengucapkan janji suci, kehidupan baru mereka dimulai dengan penuh semangat. Kegiatan sehari-hari menjadi lebih berarti; memasak bersama di dapur, tertawa saat salah satu dari mereka menjatuhkan bahan masakan, dan berbagi cerita di malam hari saat mereka duduk berdua di sofa. Setiap momen terasa berharga, seolah waktu berhenti saat mereka bersama.
Liburan akhir pekan mereka selalu diisi dengan petualangan baru. Dari menjelajahi tempat-tempat baru hingga menghabiskan waktu di alam terbuka, kebersamaan itu semakin memperkuat ikatan mereka. Satu sama lain, mereka saling mendukung dalam setiap impian dan cita-cita, membangun masa depan yang cerah bersama.
Malam hari di rumah mereka yang sederhana namun hangat, suara tawa dan percakapan penuh kasih menghiasi suasana. Mereka sering berbagi kisah lucu dari hari mereka, saling merangkul dengan penuh kasih saat berbicara tentang rencana masa depan. Cinta mereka tumbuh semakin dalam, seiring perjalanan hidup yang mereka lalui bersama.
Shereny yang sibuk menggendong bayinya yang terus menangis "Pah! Kenapa si kecil ini nggak mau diem? Aku udah coba ganti popok, dia masih teriak!"
Elvano menjawab dari dapur sambil mengaduk makanan "Mungkin dia mau makan? Atau mungkin dia cuma pengen perhatian lebih? Kayak Arga yang selalu minta main!"
Arga masuk ke ruangan dengan sepeda "Mama, aku mau pergi ke luar! Ayo, kita balapan!"
Shereny terduduk dan menghela nafas "Pah, lihat pah. Aku baru saja membersihkan lantai itu pah." Ucap Shereny dengan lelah. "Aku kan udah bilang, kita nggak bisa mengurus rumah sebesar ini sendirian. Kita butuh ART."
"ART?" Elvano menggaruk dagunya yang tidak gatal lalu meminum kopinya. Setelah menaruh cangkirnya ia menatap Shereny "Aku takut, karena anak kita masih bayi. Dan Arga? Dia tidak akan mau dekat kalau orangnya tidak asik. Dia bisa dekat dengan kamu karena kamu asik." Shereny melirik ke arah Elvano dengan kesal. Elvano yang paham dengan sinyal itu, langsung tersenyum meringis "Oke-oke, aku akan coba minta Alfaro untuk mencarinya ya."
"Kalau bisa yang sudah agak tua. Nanti kalau yang muda, kamu kegoda lagi." Ujar Shereny sambil menaruh Fiona di ayunan. Elvano menyipitkan matanya sambil menghela nafas. "Arga! Mamw cantik tidak?" Tanya Elvano. Arga menjawab dengan semangat "Mama adalah wanita paling cantik sedunia! Jika papa menyakiti mama, Arga akan mengeluarkan kekuatan super untuk menyerang papa!" Shereny tertawa kecil dan mengusap rambut Arga.
"Lihat, dia akan menyerangku bila aku menyakitimu sayang. Lagipula kamu sudah lebih dari cantik. Wajah seperti kamu, tidak akan ada yang bisa menyamakan." Puji Elvano.
Shereny tersenyum manis dengan pujian dan godaan suaminya itu.

(Shereny Claudine)