Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
Tidak ada yang lebih berarti dari keluarga, itu yang sering orang orang katakan jika mereka memiliki kehidupan keluarga yang sempurna.
Ruslan tengah berjoget ria bersama dengan wanita seksi juga cantik disekelilingnya. Sudah lama kebiasaan tersebut terjadi dan itu sudah mendarah daging baginya.
Baginya kehidupan keluarga cemara yang dibicarakan orang orang hanyalah omong kosong belaka, dari semenjak kecil dia hidup dilingkungan yang hanya mementingkan bisnis juga keuntungan.
Bahkan orang tuanya rela menjadikan dirinya sebagai jaminan bisnis, tidak membiarkan dirinya memilih hidupnya sendiri. Ruslan yang didik seperti itu tidak pilihan selain mengikuti jejak kedua orangtuanya, dan menerapkannya pada keluarga yang ia bangun.
Tengah malam, bahkan sudah dini hari Ruslan pulang pada kediaman nya. Dia menatap rumah besar yang kosong itu.
"Tina, dimana kamu. Tina kamu sudah berjanji pada saya akan melakukan apapun jika saya tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada anakmu. Tina keluar kamu,"
Ruslan terus meracau, berbicara seorang diri ditengah keheningan malam. Dia baru berhenti ketika kesadaran nya sudah habis.
Esok paginya Ruslan terbangun, jalannya masih sempoyongan akibat mabuk semalam. Dia membersihkan diri untuk segera berangkat kekantor.
"Bos, perusahaan pesaing mengadakan pesta nanti malam." Ucap sekertaris Ruslan ketika dirinya baru saja sampai.
Ruslan menatap undangan yang berada ditangannya, entah dari mana undangan tersebut didapat oleh sekertaris nya itu.
Ruslan tersenyum miring, otak kotornya telah tersusun rencana untuk mengacaukan pesta tersebut. Dia tidak akan tinggal diam, melihat perusahaan pesaing yang makin hari makin berkembang, akan dipastikan pesta tersebut kacau.
"Ikut saya." Perintah Ruslan pada sekertaris nya.
*
Diana diam diam menyelinap masuk kedalam kamar Rania, dia menatap culas gaun yang tergantung rapi.
"Kamu ingin menjadi pusat perhatian, akan aku kabulkan permintaan mu itu Mbak." Diana mulai melakukan sesuatu pada gaun yang akan dipakai Rania malam itu.
Rania keluar dari kamar mandi, ia mulai memoles wajahnya lalu memakai gaun yang ia beli tadi pagi, tanpa memeriksanya terlebih dahulu.
Danu menatap ballroom yang mulai penuh, matanya awas menatap sekeliling mencari seseorang yang masih ia tunggu kehadirannya.
Dalam pintu masuk, mulai terlihat seseorang dengan balutan gaun merah yang mencolok. Terlihat jelas wajah anggun nan cantik dalam polesan makeup tipis.
Danu tersenyum cerah, ia langsung menghampiri orang yang selama ini ditunggu olehnya.
"Baju yang cantik, sangat pas digunakan oleh Nona." Puji Danu saat sampai dihadapan Rania.
Rania tersenyum tipis, "Saya anggap itu sebagai pujian, terima kasih."
Danu mulai berjalan dibelakang Rania, namun matanya menangkap sesuatu yang salah pada baju yang gadis itu gunakan.
Danu membuka jas yang ia gunakan, lalu memakainya pada Rania. "Tetap seperti ini." Bisik Danu pada telinga gadis itu.
Keduanya masuk ke aula utama, kedua manusia yang berjalan saling beriringan itu menjadi pusat perhatian. Para tamu undangan mulai bertanya tanya, siapakah pasangan muda mudi yang tampak sangat serasi itu.
"Selamat malam para hadirin yang terhormat." Ucap MC mulai membuka acara. "Kami berharap para hadirin sekalian menikmati setiap jamuan sederhana dari kami."
Acara mulai berjalan sesuai yang direncanakan, tanpa disadari siapapun, dari banyaknya orang orang yang berkumpul, terdapat beberapa orang yang tengah memantau acara tersebut.
Hingga pada acara inti, dimana pemimpin perusahaan akan memperkenalkan dirinya. MC mulai memanggil, dari keramaian mulai maju seseorang keatas panggung.
Dia pria tinggi, namun wajahnya tidak dapat terlihat karena tertutupi topeng yang membalut wajah pria tersebut.
Ruslan tersenyum miring ditempat nya, dia memang sengaja masuk diam diam pada pesta tersebut untuk mengetahui siapa pesaing nya. Namun ternyata, pria tersebut takut walau hanya sebatas menunjukkan wajahnya.
"Para hadirin yang terhormat, terima kasih atas waktu yang anda luangkan untuk bisa hadir pada pesta kali ini. Saya hanya akan berbicara singkat saja, sebelum itu ijinkan saya memperkenalkan diri..." Belum sempat Pria yang berada diatas panggung menyelesaikan ucapannya, tiba tiba saja terdengar suara ledakan keras yang membuat semua orang panik.
Semua orang yang ada didalam gedung tersebut berpencar tak karuan. Petugas keamanan langsung berdatangan, mereka berusaha mengeluarkan semua orang yang ada didalam sana.
Walau belum pasti suara tersebut berasal dari mana, namun berhasil membuat pesta yang Danu adakan tersebut berantakan.
Tapi bukan itu yang membuat Danu terlihat khawatir, semenjak semua orang berlarian, dia tidak dapat menemukan keberadaan Rania.
"Apa anda melihat wanita yang menggunakan gaun merah dengan jas di bahunya?" Tanya Danu pada petugas keamanan.
Petugas tersebut menggelengkan kepalanya, dia juga sudah bertanya pada beberapa orang, namun sama sekali tidak ada yang melihat keberadaan Rania disana.
Yang maju keatas panggung memang bukan dirinya, Danu sengaja ingin menyembunyikan identitasnya sampai akhir, karena tahu pasti Ruslan akan menaruh mata mata disana.
Dia juga mempunyai firasat bahwa yang melakukan kekacauan tersebut adalah ayahnya, hidup lama bersama pria itu dapat memahami sedikit cara berfikir nya.
Disisi lain Rania tengah berada didalam kamar mandi, ia membuka jas yang menutupi bagian belakang tubuhnya, lalu melihat pantulan dirinya dalam cermin.
Ternyata ada bagian yang robek pada gaun tersebut, pantas saja pria itu memberikan jas padanya. Pasti itu ulah adik tirinya, ia yakin Diana melakukan hal tersebut saat dirinya berada didalam kamar mandi.
Rania membuka alat bantu dengar nya, kadang dunia terlalu berisik untuk dirinya, dan ia membutuhkan ketenangan sesaat. Rania sedikit lama berdiam diri didalam toilet hingga akhirnya dia keluar dan mendapati ruangan acara yang telah kosong.
Danu telah mencari keseluruh gedung, ia juga mencari didalam toilet wanita namun masih belum menemukan keberadaan Rania. Gadis itu tidak dapat dihubungi olehnya.
Danu mulai berusaha berfikir tenang, ia tidak boleh panik ketika mendapati semua masalah. Dia kembali masuk kedalam ballroom dan mendapati gadis yang dicarinya tengah berdiri kebingungan.
Tanpa aba aba lagi Danu memeluk Rania dengan erat. Rania yang mendapatkan perlakuan tersebut tentu saja terkejut.
"Kamu dari mana saja?" Tanya Danu yang sudah melerai pelukannya.
Rania membuka dompetnya, lalu mengambil alat bantu pendengar dan memakainya. "Ada apa, kemana semua orang?" Tanya Rania.
Danu baru tahu kalau Rania memiliki masalah dengan pendengarannya. Gadis itu kemudian memberikan sapu tangan, menyuruh Danu untuk menyeka keringat pada wajahnya.
"Semua orang telah pulang?"
"Pulang?, memang acaranya sudah selesai." Perasaan nya, dia hanya pergi sebentar kekamar mandi, kenapa cepat sekali selesai nya.
"Mari saya antar pulang, saya akan jelaskan diperjalanan."
Rania mengekor dibelakang. Ia masih bertanya tanya dalam benaknya, apa yang ia lewatkan saat berada dalam kamar mandi. Kenapa pria yang ada dihadapannya tampak sangat khawatir saat bertemu dengannya.
BERSAMBUNG......