Aurora Steffani Leandra, gadis polos berusia 18 tahun yang dalam sekejap nasibnya berubah.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiba-tiba Aurora dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Siapakah pria yang akan menikah dengan Aurora?.
Dan kenapa Aurora harus menikah dengan pria tersebut?.
Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Bel istirahat sudah berbunyi, semua murid di kelas Aurora, langsung ramai karena belum menyelesaikan soal yang pak Agus berikan.
"Baiklah anak-anak sekarang kumpulkan semua jawaban kalian" perintah pak Agus.
"Yahhh" keluh semua murid.
Dengan terpaksa semua murid langsung mengumpulkan jawaban dari soal-soal yang diberikan pak Agus.
Walaupun mereka belum menyelesaikan semuanya tapi mau bagaimana lagi, waktu sudah habis. Mau tidak mau mereka semua harus menyerahkannya.
"Baiklah, kalian sudah boleh beristirahat" ucap pak Agus yang langsung pergi keluar.
Semua murid langsung pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka setelah tadi harus berfikir dengan keras.
"Kamu tadi selesai semua Ra?" tanya Risa.
"Selesai, kamu gimana udah juga kan?" tanya Aurora.
"Mana ada udah, yang ada masih banyak nih yang belum aku kerjain. Masih ada sekitar 5 soal lagi".
"Udahlah, aku pasrah aja. Lagian pak Agus kejam banget si kasih soal banyak waktunya cuma sedikit" gerutu Risa.
"Yaudah, kalau gitu lebih baik sekarang kita ke kantin ya. Aku kasihan lihat wajah kamu yang kusut kaya gitu" ucap Aurora.
"Ihh kamu ngejek aku ya" cemberut Risa.
"Hehehe, aku bercanda. Yaudah yuk ke kantin, aku lapar nih" ajak Aurora.
"Yaudah ayo, aku juga mau makan banyak. Daripada pusing mikirin pelajaran tadi" ucap Risa.
Aurora dan Risa langsung berjalan keluar dari kelas menuju kantin. Sampai di kantin ternyata sudah penuh dengan murid-murid yang sedang beristirahat.
"Yahh penuh lagi, kita mau makan dimana Ra?" tanya Risa.
"Iya lagi, apa kita bungkus terus makan di kelas aja?" usul Aurora.
"Jangan, yang ada nanti kita dimarahin guru kalau sampai ketahuan makan di kelas" ucap Risa.
"Terus sekarang gimana?" tanya Aurora.
"Ya mau gak mau kita harus menunggu ada yang selesai makan" ucap Risa.
"Yaudah deh, kita pesan dulu aja kali ya" ucap Aurora.
"Boleh deh" ucap Risa.
Saat Aurora dan Risa sedang memesan makanan, tiba-tiba Jeni dan teman-temannya datang.
Kedatangan Jeni membuat seluruh isi kantin menjadi heboh.
"Hufttt kebiasaan deh, perusuh datang" bisik Risa.
"Shutt gak boleh bilang kaya gitu. Gimana kalau ada yang mendengar, kita akan terkena masalah nantinya" bisik Aurora.
"Astaga, aku lupa. Emang ya mulut aku rasanya gatal kalau gak mengomentari mereka" ucap Risa.
"Udah, kita gak usah lihatin mereka" ucap Aurora.
"Iya Ra, aku juga gak mau kena masalah sama mereka. Bukannya takut ya, tapi malas aja kalau harus berurusan dengan mereka" ucap Risa.
Karena kantin penuh, Jeni langsung mengusir seorang murid yang sedang duduk.
"Heh Lo cupu, minggir gue mau duduk" ucap Jeni.
"Tapi Jen, kan gue dulu yang duduk disini" ucap murid tersebut.
"Lo berani sama kita" ucap Lisa.
"Bu-bukan gitu, tapi gue belum selesai makan" ucap murid tersebut.
"Gue gak mau tahu, sekarang Lo pergi atau Lo mau gue kasih pelajaran" ucap Jeni dengan sombong.
"Oke oke gue pergi, jangan melakukan apapun ke gue" ucap murid tersebut yang memilih mengalah daripada dirinya terkena masalah.
"Nah gitu dong, dari tadi kek" ucap Sasya.
Jeni langsung duduk setelah mengusir murid tadi.
"Lo semua mau makan apa?" tanya Lisa.
"Emm gue mau bakso aja, jangan lupa gak pakai mie ya" ucap Jeni.
"Kalau gue samain aja" ucap Sasya.
"Yee, kalau Lo mah pesen sendiri. Enak aja nyuruh-nyuruh gue" ucap Lisa.
"Yaampun, kan sekalian Lis" gerutu Sasya.
"Enggak ada sekalian, gue pesen makanan Lo pesen minumannya" ucap Lisa.
"Yaudah iya iya" ucap Sasya.
Sedangkan di mansion keluarga Robertson, kedua orang tua Aurora sedang berbicara dengan Edgar.
"Ada apa kalian kesini?" tanya Edgar.
"Tu-tuan, maksud kedatangan saya kemari karena ingin membicarakan mengenai uang yang pernah saya pinjam" ucap Aditya.
"Cepat katakan, tidak perlu berbasa basi. sebenarnya ada apa?".
"Aku tidak punya banyak waktu" ucap Edgar dengan nada dingin.
"Begini tuan, kita berdua kesini ingin mengatakan bahwa saya ingin meminta waktu lagi untuk mengembalikan pinjaman yang pernah tuan berikan" ucap Aditya dengan takut.
"Jadi kau tidak mau membayar hutangmu padaku" ucap Edgar.
"Bukan, bukan seperti itu tuan. Saya akan mengembalikan pinjaman tersebut, tapi tidak sesuai dengan waktu yang telah kita sepakati".
"Usaha milikku sedang mengalami penurunan. Jadi belum ada yang yang masuk sampai saat ini. Karena itu kita berdua datang kesini untuk meminta kelonggaran waktu" ucap Aditya.
"Aku bukan orang yang baik kau tau itu kan, aku juga tidak suka dengan orang yang ingkar janji. Walaupun uang yang kau pinjam itu tidak berarti untukku, tapi bukan itu masalahnya".
"Yang aku permasalahkan adalah kepercayaan yang sudah aku berikan padamu. Kita kan sudah sepakat kalau kau akan mengembalikan uang tersebut dalam waktu 6 bulan".
"Tapi kenapa sekarang kau ingin mengingkari kesepakatan kita" ucap Edgar.
"Tuan, aku mohon berikan kami kelonggaran. Suamiku benar-benar belum memiliki uang untuk melunasi hutang kami pada anda tuan" ucap Agatha ikut mencoba berbicara pada Edgar.
"Tunggu, aku dengar kau memiliki seorang putri kan" ucap Edgar.
"Iya, anda benar tuan. Tapi kenapa ya?" tanya Aditya.
"Aku menginginkan putrimu, kalau kau mau memberikan putrimu kepadaku. Aku akan menganggap hutangmu lunas" ucap Edgar.
"Tidak, jangan libatkan putriku. Ini masalah diantara kita berdua, jangan seret putriku dalam masalah ini. Kasihan putriku, dia masih sangat kecil tuan" ucap Aditya.
"Bukankah putrimu sudah berusia 18 tahun, dia bukan anak kecil lagi tuan Aditya" ucap Edgar.
"Tetap saja, bagiku putriku masih anak kecil. Apalagi dia adalah gadis yang sangat polos. Baiklah, aku akan membayar hutang sesuai dengan perjanjian kita".
"Tapi jangan ganggu putriku, aku mohon" ucap Aditya.
"Iya tuan, suamiku benar. Jangan libatkan putriku dalam masalah hutang piutang ini" ucap Agatha yang tidak ingin putri satu-satunya ikut menanggung hutang kedua orang tuanya.
"Baiklah, terserah kau saja. Aku hanya memberi solusi pada kalian. Tapi ingat kalau sampai besok kalian belum bisa membayar hutang-hutang itu, aku akan membawa putri kalian" ancam Edgar.
"Jangan tuan".
"Aku janji besok saat waktunya tiba uangnya sudah ada. Kalau begitu kita berdua permisi dulu" ucap Aditya.
"Terserah kalian".
"Lebih baik sekarang kalian cepat pergi dari sini. Mengganggu waktuku saja" ucap Edgar.
Aditya langsung mengajak Agatha untuk pergi, dia tidak ingin membuat tuan Edgar semakin marah padanya.
Keluar dari mansion keluarga Robertson, kini kedua orang tua Aurora sudah berada didalam mobil.
"Bagaimana ini pah, aku tidak mau Aurora sampai berurusan atau bahkan dibawa oleh tuan Edgar".
"Apa yang harus kita lakukan untuk mendapat uang sebanyak itu dalam waktu dekat" ucap Agatha.
"Tenang mah, aku tidak akan membiarkan putri kita ikut terlibat. Sekarang aku sudah memutuskan untuk menjual semua property kita termasuk rumah dan mobil ini untuk membayar semua hutang-hutang kita".
"Bagaimana apa kamu setuju?" tanya Aditya pada istrinya.
"Mamah setuju aja pah, asalkan Aurora tetap bersama kita" ucap Agatha.
"Baiklah, ayo sekarang lebih baik kita ke restoran lebih dulu. Kita akan mulai mencari orang yang mau membeli restoran kita" ucap Aditya.
"Iya pah" ucap Agatha.