6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 2 - Sekretaris Pribadi
"Datanglah besok pagi ke kantorku, jam 8 pagi tepat," ucap Adrian, lalu meletakkan sebuah kartu nama di atas meja makan.
Ansara tak sempat menjawab apa-apa karena masih terkejut dan merasa kesal dengan tawaran yang diberikan oleh Adrian.
'Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretaris.' kalimat ini terekam jelas di dalam benak Ansara, bagaimana bisa Adrian yang selama ini dia kenal santun kini bicara dengan begitu sombongnya.
Memang Ansara adalah gadis miskin, tapi perlukah ditekankan seperti itu?
"Cih! sombong sekali dia!" kesal Ansara, baru bisa bicara setelah Adrian keluar dari cafe.
"Ansara, ada apa?" tanya salah satu rekan kerja, Mayang namanya. Seseorang yang juga jadi sahabatnya semenjak bekerja di sini.
Tadi Mayang sempat melihat saat Ansara menjatuhkan sebuah gelas, namun Mayang urung untuk langsung mendekat karena di pun masih melayani para pelanggan. Sampai jam 10 malam bisa dipastikan cafe ini tidak akan sepi.
"Tidak ada apa-apa May," jawab Ansara dengan kesal, juga langsung mengambil kartu nama milik Adrian di atas meja.
Adrian Abraham, CEO Abraham Kingdom.
Deg! Membaca kartu nama itu Ansara kembali dibuat tercengang. "Pe-perusahaan Abraham Kingdom," ucap Ansara dengan gagap.
"Kenapa dengan perusahaan Abraham Kingdom?" tanya Mayang makin bingung, kata Ansara tidak ada apa-apa yang terjadi, tapi kini dilihatnya jelas Ansara yang nampak syok dengan mata mendelik.
Seolah Ansara baru saja mendapatkan kabar buruk.
"Ti-tidak ada apa-apa, nanti saja kita bahas. Se-sekarang aku bereskan meja dulu," jawab Ansara yang bicara makin gelagapan.
Mayang tak mampu bertanya lagi, diapun segera kembali melanjutkan pekerjaan yang masih banyak.
Sepanjang bekerja Ansara jadi terus memikirkan tentang Adrian, di saat dia belum jadi apa-apa ternyata kini Adrian telah jadi seorang CEO di usia muda.
Perusahaan raksasa itu ternyata adalah milik keluarga Adrian. Nama Abraham yang tersemat di nama Adrian seperti sudah menjelaskan semuanya.
Betapa kasta mereka kini telah sangat jauh berbeda.
Ansara jadi terkenang kisah masa lalu, dulu Adrian hidup bersama ibu dan ayah angkatnya. Kehidupan Adrian begitu sulit karena yang menanggung semua beban keluarga adalah ibunya, sementara sang ayah angkat adalah pria yang tak bertanggung jawab.
Di ujung pendidikan SMA mereka mendadak seorang pria asing sering muncul di dalam hidup Adrian, bahkan saat kelulusan pria itu pun datang. Seseorang yang mengaku sebagai ayah kandung Adrian.
Dan ternyata ayah kandung Adrian bukanlah orang sembarangan.
Siapa yang tak mengetahui tentang perusahaan Abraham Kingdom, siapapun pasti ingin bekerja di perusahaan besar tersebut.
Namun satu hal yang Ansara sesalkan, benarkah semua kekayaan itu membuat Adrian jadi berubah?
Jadi manusia paling sombong yang pernah Ansara tahu. Sebab dipertemuan pertama mereka setelah sekian lama, ternyata Adrian pun merendahkannya.
"Katakan sekarang, ada apa dengan perusahaan Abraham Kingdom?" tanya Mayang, saat ini cafe sudah tutup. Mereka sedang bersiap-siap untuk pulang.
Ansara tak langsung menjawab, pikirannya juga kalut. Dia sangat ingin menerima tawaran Adrian, tapi di sisi lain Ansara juga merasa terluka dengan tawaran tersebut.
"Jawab Ans," tuntut Mayang, sebab mereka tak memiliki banyak waktu untuk bicara. Sebentar lagi pulang ke rumah masing-masing.
Besok pun saat bertemu sudah kembali di hadapkan dengan pekerjaan.
"Salah satu temanku ada yang bekerja di sana," jawab Ansara lirih.
"Pria terakhir yang kamu temui tadi? Temanmu yang paling tampan?"
Ansara mengangguk.
"Lalu?" tanya Mayang makin menuntut.
"Katanya, hidup miskin tidak enak kan? Karena itu jadilah sekretarisku."
"Apa? Dia bicara seperti itu? padahal wajahnya terlihat benar, tapi bisa-bisanya bicara sekasar itu!"
Ansara mengangguk lagi, "Dia CEO Abraham Kingdom," ucapnya seraya menyerahkan sebuah kartu nama berwarna hitam pada Mayang.
"Apa?! Dia CEOnya?!" tanya Mayang dengan tercengang, makin mendelik saat melihat kartu nama tersebut. Sebab dari nama yang tertera di sana seperti menjelaskan bahwa perusahaan besar itu pun milik teman Ansara ini.
"Astaga, ja-Jadi perusahaan itu milik keluarganya? Dan dia jadi CEO? Astaga, kalau begitu wajar saja dia sombong," kata Mayang.
Dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Abraham sangat wajar jika orang-orang di dalamnya memiliki sikap sombong, sebab harta mereka memang tak akan habis sampai 20 keturunan.
Lain dengan mereka yang hanya jadi pelayan di sebuah cafe.
"Jadi bagaimana Ans? Kamu terima tawarannya atau tidak?" tanya Mayang setelah cukup tenang dari semua rasa terkejutnya.
Ansara menghela nafas kasar, "Entahlah, sepertinya tidak," jawab Ansara lesu. Selain benci dengan sikap sombong Adrian sekarang, Ansara juga mulai ingin melupakan pria tersebut.
Pria yang pernah dia cintai dengan begitu dalam, namun ternyata kini telah memiliki seorang anak.
Hati Ansara berkecamuk.
"Bodoh! Ini perusahaan Abraham Kingdom Ans! Abraham Kingdom! Kapan lagi kamu bisa masuk ke perusahaan besar itu! disana gajimu bisa jadi 3 kali lipat dari bekerja di sini! Apalagi jadi sekretaris!" kata Mayang menggebu-gebu.
"Tapi May, tawarannya seperti merendahkanku. Selain miskin, tapi pendidikan ku juga hanya sebatas lulusan SMA, memangnya layak jadi sekretaris? Dan lihat tubuh ku? tidak proporsional, mana cocok jadi sekretaris. Aku yakin Adrian hanya menghinaku."
"Ans, abaikan tentang hinaannya. Dia itu CEO dan juga pemilik perusahaannya, aku yakin dia bisa menerima siapapun yang bekerja di sana dengan sesuka hati, termasuk kamu," kata Mayang.
Namun pembicaraan mereka memang tak bisa berlangsung lama, sebab malam jadi semakin larut.
Sekitar jam 10 lewat 20 menit Ansara masih berada di jalanan mengemudi motor matic miliknya. Malam ini gerimis turun menambah hawa dingin yang menerpa gadis cantik tersebut.
Ansara lupa membawa mantel, jadi dia hanya menggunakan jaket untuk jadi penghangat dan pelindung tubuh.
Tiba di rumah Ansara langsung di sambut oleh sang ibu.
"Akhirnya kamu pulang juga Ans, hari ini gajian kan? Ibu minta uang untuk membayar listrik."
"Iya Bu," jawab Ansara dengan patuh, selama ini Ansara memang selalu memberikan setengah gajinya untuk sang ibu.
3 hari setelah kelulusan SMA ayah Ansara meninggal dunia dan karena itulah hidupnya jadi jungkir balik begini. Semua cita-cita runtuh dan harus hidup dengan bekerja keras.
Kakak-kakak Ansara telah menikah dan lebih memilih untuk pergi meninggalkannya dan sang ibu berdua.
Ansara sudah bertekad bahwa dia akan terus menjaga sang ibu.
"Terima kasih Nak, sekarang istirahat lah."
"Iya Bu, ibu juga harus segera tidur," jawab Ansara.
Masuk ke dalam kamarnya Ansara mulai melepas jaket yang sedikit lembab. Duduk di tepi ranjang dan melihat kartu nama milik Adrian yang di bawa pulang.
Bertanya-tanya di dalam hati benarkah ini satu-satunya jalan untuk merubah hidupnya dan sang ibu.
Benarkah dengan jalan ini Ansara akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik?
Benarkah Adrian bersungguh-sungguh menawarkan pekerjaan itu?
Ansara tidur dengan banyak pertanyaan di dalam kepalanya. Berterbangan tak mampu dia singkirkan.
Saat pagi menjelang semua kegelisahan Ansara buyar, pada akhirnya Ansara benar-benar memutuskan untuk mendatangi perusahaan Abraham Kingdom.
"Abaikan saja Adrian, aku hanya perlu bekerja secara profesional," ucap Ansara, dengan keyakinan dan harapan tinggi dia akhirnya memasuki perusahaan besar tersebut.
Lengkap dengan pakaian hitam putih yang dia kenakan, khas orang-orang sedang mencari pekerjaan.
Ansara juga menggunakan heelsnya yang paling tinggi, demi mendompleng tinggi badan yang hanya 150 cm.
"Permisi Kak, saya Ansara. Saya datang ke sini atas undangan pak Adrian," ucap Ansara pada bagian resepsionis, dia juga menyerahkan kartu nama milik Adrian yang dia punya.
"Boleh lihat kartu identitasnya?"
"Ini."
"Baiklah, mari saya antar. Tuan Adrian memang sudah menunggu Anda."
Deg! Ansara jadi gugup, di sini Adrian dipanggil dengan sebutan Tuan. Sepanjang perjalanan hendak menemui Adrian, Ansara dibuat terkagum-kagum dengan seisi perusahaan ini.
Perusahaan yang nampak mewah dengan orang-orang yang terlihat berkelas di dalamnya.
"Silahkan masuk Nona, ini adalah ruangan tuan Adrian."
"Terima kasih," jawab Ansara.
Dan di sinilah kini Ansara berdiri, di depan meja kerja Adrian Abraham yang duduk di kursi CEO.
Pertemuan kedua setelah 6 tahun berlalu akhirnya terjadi juga. Tanpa Ansara sadari, Adrian tersenyum kecil sekali. Adrian sempat berpikir bahwa Ansara tidak akan datang.
"Selamat pagi Tuan, saya datang untuk menagih janji Anda," ucap Ansara.
Sebuah kalimat yang membuat Adrian makin merasa lucu, apalagi ketika mendengar Ansara memanggilnya Tuan. Agar tidak tersenyum lebar, Adrian sampai mengigit bibir bawahnya kuat.
"Mulai besok kamu sudah bisa bekerja di sini, tapi bukan jadi sekretaris biasa, melainkan sekretaris pribadi ku," ucap Adrian.
Jadi adik ipar aja serakah sama warisan😏
Kerja yg rajin dan jujur gitu loh biar gak iri terus sama kehidupan dan perusahaan milik Gio😏
Gio lebih pinter dari km dan juga Hendra 😏
jangan sampai mau jadi sekutu om2 lucnat
yg berkepentingan siapa
seenaknya jidat ngatur2 orang
anak bukan