Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menyusul Kirana
Sepulang dari kantor, Bryan langsung ke rumahnya dan bersiap untuk pergi ke kampung Kirana. Dia merasa senang ketika Kirana memberikan alamat rumahnya.
"Papi mau kemana?" tanya Missel ketika tahu Bryan membawa beberapa kaos di masukkan ke dalam tas kecil.
"Papi mau kerja di luar kota. Missel di sini aja ya sama mbak Mimin dulu." jawab Bryan.
Dia tidak jujur pada Missel, karena nanti di pastikan ikut dengannya menyusul Kirana. Misinya akan gagal kalau Missel ikut.
"Keluar kota? Mau apa?" tanya Missel lagi.
"Kan tadi papi bilang, mau kerja sayang." jawab Bryan.
"Papi ngga mau menyusul tante Kirana kan?" tanya Missel menyelidik.
"Eh, ya kan nanti tante Kirana pulang. Mungkin besok atau lusa tante Kirana pulang ke sini lagi." kata Bryan.
Dia takut juga Missel tahu tujuannya keluar kota. Sedangkan Missel hanya diam saja, dia duduk di ranjang papinya.
"Missel mau di bawakan oleh-oleh apa, papi pulang nanti?" tanya Bryan.
"Pengen tante Kirana cepat kesini, pi." jawab Missel dengan wajah sedih.
Bryan menghela nafas panjang, dia lalu memeluk Missel. Dan sepertinya dia harus mengikat Kirana agar Kirana tidak bisa dengan orang lain. Dan tadi dia mendengar Kirana mau di jodohkan dengan juragan empang?
Hati Bryan panas, dia akan segera membawa Kirana ke rumahnya lagi. Apa pun caranya, pikirnya. Apa lagi Missel merasa kehilangan dia.
"Nanti sepulang dari kerja di luar kota, papi akan suruh tante pulang kesini lagi." kata Bryan menenangkan anaknya.
"Benar pi?"
"Iya, papi janji." kata Bryan.
"Baiklah. Missel tunggu di rumah aja sama mbak Mimin. Tapi benar ya pi, tante Kiran di bawa sama papi." kata Missel.
"Iya. Ya sudah, papi mau berangkat dulu. Missel baik-baik di rumah."
Bryan pun bangkit dari duduknya dan mengambil tas kecil berisi baju. Meski dia tidak tahu, berapa hari di kampung Kirana. Dia hanya membawa sdua kaos saja.
Missel mengantar papinya turun dan keluar sampai di depan rumah.
"Pi, salam deh buat tante Kiran." kata Missel.
Seolah tahu papinya itu mau menemui Kirana, meski tadi mengatakan mau kerja di luar kota. Bryan hanya tersenyum lalu melambaikan tangannya pada anaknya.
Tidak tega sebenarnya meninggalkan Missel, tapi dia harus membawa Kirana secepatnya sebelum terlambat.
_
Malam hari Bryan sampai di kampung Kirana, dia terus menghubungi Kirana agar memberikan petunjuk jelas sehingga bisa sampai di depan rumahnya.
"Pokoknya ada banyak tanaman bunga di depan rumah saya tuan, dan cat warna kuning gading." kata Kirana dalam teleponnya.
Bryan melambatkan mobilnya, sepanjang jalan dia melihat kanan kiri untuk menemukan rumah Kirana. Dan sampai di depan rumah yang di cirikan Kirana, mobil Bryan berhenti. Dia memperhatikan rumah bercat kuning gading, banyak tanaman bunga tertata rapi dan terawat.
Dia pun mematikan mesin mobilnya, memarkir lebih dulu di samping jalan. Lalu turun dari mobilnya dan melangkah ke halaman rumah bercat kuning gading itu.
Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Kirana kembali.
"Halo, aku sudah di depan rumah bercat warna kuning." kata Bryan.
"Iya, sebentar saya keluar."
Klik
Sambungan telepon terputus, Bryan menarik nafas panjang dan memasukkan lagi ponselnya. Matanya berkeliling mengawasi lingkungan sekitar. Sangat sepi, di liriknya pergelangan tangan melihat jam menunjukkan pukul sebelas malam.
"Pantas saja sepi, ternyata hampir tengah malam." gumam Bryan.
Tak lama, pintu rumah terbuka. Tampak Kirana mengucek matanya dan melihat ke arah Bryan.
Bryan menoleh ke arah Kirana yang memakai baju tidur bergambar hello kitty. Sedikit terlihat lekukan tubuh Kirana di mata Bryan, karena baju tidurnya tampak tipis. Membuat Bryan tercekat dan susah menelan ludahnya.
Dia membuang wajahnya ke samping, menetralkan degup jantungnya yang berdetak kencang. Pertama dia baru bertemu Kirana lagi setelah satu minggu lebih, dan sekarang penampilan Kirana yang membuat hatinya bergetar.
"Kenapa malam-malam begini datang?" tanya Kirana sambil menguap.
"Aku di suruh Missel untuk menjemputmu." kata Bryan beralasan.
Bryan salah tingkah, dia lalu mendekat pada Kirana yang masih mengantuk. Duduk di kursi teras, masih menatap Kirana.
"Kirana! Sedang apa kamu di luar?!" teriak ayahnya Kirana.
Kirana pun masuk ke dalam rumah, dia memberitahu kalau bosnya ada di luar. Tak lama Kirana keluar lagi dengan ayahnya.
Dengan tatapan menyelidik, ayah Kirana bersedekap dan berdiri di depan Bryan. Bryan pun berdiri dan membungkuk pada ayah Kirana.
"Selamat malam pak." sapa Bryan.
"Malam, kamu bos Kirana?" tanya ayahnya datar dan menyelidik.
"Iya, nama saya Bryan." jawab Bryan sambil memperkenalkan diri dengan ramah.
"Mau apa datang ke rumahku malam-malam?" tanyanya lagi.
Bryan menatap Kirana, dia bingung mau menjawab apa. Kirana sendiri bingung, kenapa Bryan datang malam-malam begini. Apa tidak ada waktu lain selain malam?
"Emm, kebetulan saya belum tahu tempat penginapan di daerah sini. Jadi, saya ke rumah Kirana lebih dulu karena sudah malam." jawab Bryan.
"Penginapan agak jauh dari sini, tuan." kata Kirana melirik ke arah ayahnya.
Ayah Kirana pun diam, memang penginapan jauh dari rumahnya. Lagi pula Bryan tidak tahu jalan di daerah ini, pikir ayah Kirana.
"Ya sudah, bos kamu tidur di rumah saja. Tapi besok dia harus cari penginapan." kata ayah Kirana sambil melirik masam pada Bryan.
Bryan pun merasa lega, memang jika harus mencari penginapan malam begini akan susah, meski dia bisa menggunakan aplikasi GPS mencari penginapan.
"Ajak masuk bos kamu itu Kirana."
"Iya yah."
"Tidurnya di kursi tamu saja, di sana juga lumayan untuk tidur." katanya lagi.
Lalu ayah Kirana pun masuk, namun dia kembali lagi dan berpesan pada Bryan.
"Awas ya, jangan coba-coba kamu masuk ke dalam kamar Kirana dan memperkosanya. Dia sudah saya jodohkan dengan Doni." ancam ayah Kirana.
Membuat Kirana merasa tidak enak pada Bryan, namun Bryan tentu saja merasa kesal. Dia menatap Kirana yang malu atas ucapan ayahnya.
"Mending kamu aku perkosa, biar jangan di jodohkan sama siapa itu tadi?" gumam Bryan dengan sedikit berbisik pada Kirana.
Kirana pun kaget, tapi dia malu juga dengan ucapan Bryan. Tapi tanpa mereka tahu, ayah Kirana malam melotot pada Bryan dan marah.
"Apa kamu bilang? Anak saya masih suci jadi kamu datang ke rumahku untuk memperkosa anakku?!"
"Ayah, jangan di ambil hati. Dia cuma bercanda. Tuan, sebaiknya anda diam kalau mah tidur di rumahku." kata Kirana.
"Awas kamu!" ancam ayah Kirana.
"Sudah, ayah jangan khawatir. Bosku ini terhormat, ngga mungkin melakukan hal yang memalukan." kata Kirana lagi.
Lalu ayah Kirana benar-benar masuk ke dalam rumah tapi masih mengawasi Kirana.
Sedangkan Kirana dan Bryan diam, mereka saling menatap dan membuang muka ke samping. Lama mereka saling diam.
"Tuan masuk saja, pasti anda lelah kan?" tanya Kirana.
Bryan pun masuk ke dalam rumah kecil itu, dia melihat sekeliling rumah Kirana. Rumah itu hanya sebesar kamarnya saja lebih sedikit, namun begitu dia memang lelah dan ingin istirahat. Duduk di kursi panjang empuk menurut Kirana, tapi bagi Bryan itu kursi seperti kursi makannya. Bahkan lebih empuk kursi makan di rumahnya.
"Tuan tidur di sini, maaf kalau rumah saya tidak sebesar rumah tuan. Apa lagi kursi itu sangat tidak nyaman untuk tuan tiduri." kata Kirana.
"Tidak apa-apa, aku butuh istirahat. Tidak masalah dengan tempat tidurku ini. Lebih baik kamu masuk saja, kamu sendiri sudah ngantuk kan?" tanya Bryan.
Iya. Ya sudah, saya masuk kamar dulu tuan."
"Ya."
Kirana masuk ke kamarnya, sedangkan Bryan mencari posisi yang enak untuk tidur. Tapi berganti posisi, tetap saja tidak ada yang enak untuk tidur. Jadi dia memutuskan tidur sambil duduk dan kakinya menumpang di meja di depannya.
_
_
Promo novel lagi, yuk mampir kaka ke novel ini..😊😊😊
_
***************