NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Prinsip Arlen

"Miranda cukup!" Arlen menepis tangan Miranda yang sejak tadi terus berusaha menggerayangi dada bahkan nyaris menyentuh area yang paling bahaya dari tubuh Arlen. Ia bangkit berdiri diikuti dengan tatapan kesal Miranda.

"Kenapa sih kamu selalu menghindariku?" tanya Miranda.

Arlen memijat pelipisnya, sudah dua minggu berlalu sejak pernikahannya dengan Kalila, sejak itu juga, Miranda selalu berusaha mencuri kesempatan untuk memancing hasrat Arlen setiap ada kesempatan mereka sedang berdua. Apalagi setelah kepulangannya dari perjalanan pekerjaannya.

"Bukan menghindar, tapi kamu tau kan aku punya prinsip no sex before marriage."

"Ga bisa memangnya kamu ubah prinsipmu untuk yang satu ini?"

Arlen menggeleng.

"Coba kamu pikir, sudah dua minggu pernikahan kalian, apa kamu bisa menjamin pelakor itu ga akan bikin kamu jadi nyaman bersamanya."

"Pelakor?"

"Iya, pelakor. Bagiku Kalila itu pelakor, dia mencurimu dariku dengan dalih persahabatan palsu."

"Dia ga mencuriku dari siapa pun." Arlen kembali duduk, namun di atas sofa yang berseberangan dengan Miranda.

"Pernikahan ini hanya satu tahun, bersabarlah."

"Aku punya ide, kita ga perlu menunggu sampai satu tahun, sayang."

"Bagaimana?"

"Cukup kamu tidur denganku, lebih bagus kalau aku sampai mengandung."

"Miranda!" Arlen membentaknya karena tak sampai dia berpikir seperti itu.

"Itu cara yang paling tepat, Ar!" Balas Miranda juga dengan bentakan. "Jika aku mengandung anakmu, Mama Erina pasti akan merestui kita menikah, kan?"

Arlen menggeleng, tapi juga tidak menepis ide gila yang diucapkan Miranda.

Melihat Arlen tidak membantah idenya, Miranda merasa Arlen memberikan lampu kuning untuknya bisa bergerak perlahan. Wanita itu berdiri, mengibaskan rambut bergelombangnya ke belakang sembari membusungkan dadanya dengan belahan yang jelas tercetak di sana, di atas gaun santin tipis yang dikenakannya. Ia melangkah mendekati Arlen.

"Stop, Mir! Jangan melangkah satu langkah lagi. Aku bisa saja khilaf."

"Bagus!"

"Miranda aku serius!"

"Aku juga!"

"Kamu pikir dengan ide itu Mama akan merestui kita? Kamu salah! Justru Mama akan menarik semua apa yang aku punya saat ini. Pekerjaan, jabatan, bahkan semua akses keuangan. Apa kamu bersedia memulai kembali semuanya bersamaku dari nol? Kalau kamu bersedia. Oke, ayo kita lakukan idemu sekarang."

Langkah Miranda berhenti. Ia mendengkus, wajahnya terlihat frustasi.

"Lalu harus bagaimana, Ar?"

"Bersabarlah. Selama ini kita bertahan, kamu juga menghargai prinsipku. Kenapa sekarang begini?"

"Karena aku...aku takut kamu terbawa perasaan pada pelakor itu. Dan aku juga...ingin kita punya sesuatu kegiatan yang baru, bukan hanya sekadar mengobrol, belanja, makan, nonton. Aku ingin kamu ga telalu menjaga jarak denganku, aku mau kamu... menyentuhku."

"Kamu mau aku menyentuhmu seperti laki-laki bajingan?"

"Bukan seperti itu, Ar. Aku hanya takut kamu tergoda olehnya."

"Karena itu kamu selalu berusaha menggodaku?"

Miranda mengangguk.

Arlen membuang napas kasar dan lelah.

"Apa pengendalian diriku kurang cukup membuktikan bahwa aku memegang teguh prinsipku?"

"Masalahnya, kalian sudah menikah!" ujar Miranda dengan nada tinggi. "Bagaimana jika pelakor itu berhasil menggodamu?! Jika kamu tergoda dan melakukannya bersama dia, kamu ga akan melanggar prinsip apa pun!"

Arlen mengusap wajahnya dengan perasaan gusar. Dia bangkit berdiri dengan emosi yang ditahannya.

"Aku ga akan tergoda olehnya, bersabarlah. Kumohon. Aku hanya ingin melakukan hal itu dengan benar, dengan cinta, bukan karena paksaan, tekanan apa lagi hanya karena sebuah ide."

Tapi sepertinya Miranda tidak mengerti, dia terlanjur kesal. Jadi, dia kembali duduk, melipat kedua tangannya dengan wajah yang tidak menghadap Arlen.

"Kalau kamu masih terus berpikir seperti ini, mungkin ada baiknya kita ga bertemu dulu dalam beberapa hari."

"Apa?" Barulah wajah wanita itu kembali menghadap Arlen dengan ekspresi terkejut.

"Aku memintamu untuk bersabar. Tunggu aku. Kita akan tetap berhubungan, namun ada baiknya kita ga bertemu dulu untuk menenangkan ide-ide gila yang ada di dalam kepalamu."

Miranda jelas tidak setuju dengan keputusan Arlen, jelas dia masih ingin mengusahakan lagi untuk menggoda kekasihnya itu. Tapi rupanya, Arlen tidak semudah pria-pria lain.

"Istirahatlah, sudah malam. Aku akan menghubungimu besok. Aku pulang dulu."

"Pulang?" Miranda mendengkus. "Pulang ke tempat dimana pelakor itu menunggumu."

Arlen memakai kembali jasnya seraya menatap dingin pada Miranda yang terus-terusan menyebut Kalila sebagai pelakor. Entah kenapa, ada setitik ketidakterimaan dalam hatinya ketika bibir Miranda menyebut Kalila sebagai pelakor.

"Ga bisa kah kamu percaya padaku?"

"Oke, aku percaya padamu, tapi ga dengan pelakor itu."

Arlen membuang napasnya, dia benar-benar lelah meladeni sikap Miranda yang terus-terusan tidak percaya.

"Dengar, sejauh ini, Lila ga pernah memakai pakaian tipis apa lagi sampai seterbuka yang kamu pakai sekarang. Dia selalu memakai pakaian longgar, selalu menjaga jarak, dan kami nyaris jarang berbicara."

"Sekarang kamu mulai membelanya."

"Aku ga membelanya, Miranda." ujar Arlen dengan nada yang sangat gemas. "Aku hanya ingin kamu merasa tenang, karena Lila ga berusaha menggodaku seperti yang ada dalam pikiranmu. Jadi, kumohon jangan ketakutan seperti itu. Oke?"

Karena tidak ada jawaban. Arlen hanya bisa menenangkan kekasihnya dengan satu kalimat, "Aku mencintaimu." dan setelah itu, dia melangkah keluar dari tempat tinggal Miranda dengan otaknya yang sudah sangat mumet.

    *

Arlen tidak membual atau sedang membela Kalila ketika dia mengatakan Kalila tidak pernah memakai pakaian yang menggoda iman, selalu menjaga jarak dan mereka jarang berbicara. Karena kenyataannya memang seperti itu.

Seperti malam ini, tepat ketika Arlen baru saja sampai, dia melihat Kalila ada di dapur sedang mencuci peralatan masak. Arlen melihat Kalila dari atas hingga bawah, tidak ada bagian yang terbuka seperti yang kerap dikenakan Miranda.

Jika diingat-ingat, Kalila selalu memakai kaos yang longgar, atau malah hoodie, dan selalu mengenakan celana panjang. Selalu.

Dan penampilannya tidak berubah, sejak dulu ketika mereka masih terikat persahabatan yang erat, bahkan sekarang ketika status persahabatan itu telah runtuh.

"Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?" Pertanyaan Kalila membuat Arlen tersadar, dia telah keperegok memandangi Kalila.

"Aku hanya sedang berpikir, kenapa Mama menyukaimu dari pada Miranda. Padahal kekasihku jauh lebih cantik, lebih seksi, dan lebih cocok bersanding dengaku. Dia juga mencintaiku bukan karena uangku." Arlen memberikan alasan yang sengaja dilebih-lebihkan.

Kalila berlalu dihadapan Arlen sambil membawa piring ke atas meja makan. "Entah lah, tanya saja ke Mama Erina. Jangan tanya aku."

Arlen tanpa sadar mengikuti langkah Kalila ke meja makan, dimana ada beberapa piring lauk pauk yang tersaji di sana. Tidak dalam porsi banyak, tapi cukup untuk mereka makan.

Melihat lauk pauk rumahan yang selama dua minggu ini selalu tersaji di atas meja makannya, perut Arlen selalu berbunyi di luar kendalinya.

Biasanya, dia selalu gengsi untuk ikut makan bersama Kalila, dan lebih memilih masuk ke dalam kamar, dan kemudian jika Kalila sudah masuk ke dalam kamar, diam-diam Arlen akan kembali keluar untuk mengambil sepiring nasi beserta lauk yang masih ada. Dan selalu masih ada. Seolah memang disiapkan untuknya.

"Apa kekasihmu yang cantik, seksi dan mencintaimu itu ga tau kalo kamu punya gerd dan ga bisa skip makan?" tanya Kalila dengan nada datar, tapi cukup menohok untuk Arlen.

Seingatnya, Miranda memang tidak pernah bertanya apakah Arlen sudah makan atau belum. Bahkan Arlen ragu kalau Miranda tahu tentang gerd yang dideritanya.

"Apa kamu juga ga ajak dia makan?"

"Miranda ga makan malam." jawab Arlen.

"Lalu kamu juga ga makan malam gitu?" Sinis tatapan Kalila diberikan untuk Arlen. "Cinta macam apa yang ga memperdulikan kesehatan."

"Jangan mengomentari Miranda." ucap Arlen dengan nada peringatan.

"Aku ga mengomentari siapa-siapa. Tapi kalau memang kalian saling mencintai, baik dirimu atau kekasihmu, kalian harusnya saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan." Kalila memang mengatakannya dengan nada menyebalkan, tapi Arlen tidak bisa menyangkalnya.

Setiap kali gerd nya kambuh, Miranda tidak pernah tahu, atau lebih tepatnya dia tidak pernah memberitahukan Miranda, malah yang dia hubungi adalah Kalila. Dan Kalila selalu-pasti-akan datang dan merawatnya.

Bahkan dengan alasan apa pun, Kalila tetap membuatkannya bubur.

"Makan lah, jangan sampai gerd mu kambuh, aku malas membuatkan bubur lagi."

"Kenapa kamu selalu masak lauk-lauk sederhana begini? Padahal uang yang diberikan Mama dan uang yang kuberikan sangat banyak." kata Arlen berkomentar seraya ikut duduk pada salah satu kursi makan di sana.

Kalila meletakkan sendoknya setelah suapan terakhirnya.

"Aku ga menggunakan uang Mama Erina atau pun uangmu. Jadi makan saja apa yang ada, kalau ga suka, kamu bisa beli sendiri atau masak sendiri." jawab Kalila seraya berdiri dan membawa serta piring kosongnya ke dapur.

Lalu dia menggunakan uang siapa untuk belanja? Uangnya?

.

.

.

Bersambung.

1
Kiky Mungil
Yuk bisa yuk kasih like, komen, dan ratingnya untuk author biar tetep semangat update walaupun hidup lagi lelah lelahnya 😁

terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️

Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Ana Natalia
mengapa selagi seru2nya membaca terputus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!