Singgasanaku dibuat dari indung mutiara yang dibentuk menyerupai jalinan akar pohon.
Aku menyebutnya rumah, yang lain mengatakan ini penjara. Walau demikian penjaraku dibuat seindah tempat tinggal para dewa, mungkin karena ibu berharap putranya adalah dewa dan bukannya iblis.
Tidak ada pilar atau ruangan-ruangan lain. Hanya ada pohon tunggal yang tumbuh kokoh di halaman singgasanaku. Pohon yang menjadi sumber kehidupanku, kini semakin kehilangan kecemerlangannya. Saat pohon itu meredup lalu padam, aku juga akan sirna.
Sebelum aku menghilang dan dilupakan, akan kuceritakan masa singkat petualanganku sebagai iblis yang menyamar jadi manusia atau barangkali iblis yang berusaha menjadi dewa hingga aku berakhir didalam penjara ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Author GG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sistem Baru
Aku memberinya saran untuk membenahi gilda. Phoenix menerima saranku. Mengawali dengan menghapus anggota hantu dan memasang sistem di gilda. Aula keanggotaan rupanya memiliki ruang rahasia dibalik rak yang mengayun ke dalam, Phoenix bahkan tak tahu menahu soal ini. Menuruni undakan dan memasuki ruang kendali bawah tanah. Ruang kendali didominasi roda-roda gigi, panel dan tuas yang memiliki fungsi beragam.
"Bagaimana cara menggunakannya?" Phoenix mengamati rangkaian mesin yang tampak macet dan aus dihadapannya. "Apakah semua gilda memiliki ini?"
"Aku belum pernah pergi ke gilda manapun," aku menjawab, Phoenix sepertinya sedang menatapku. Aku mencoba menarik tuas yang sedari tadi kuperhatikan.
"Kenapa tidak ada yang pernah memberitahuku soal ini? Wah mereka sungguh egois."
Maksud Phoenix mungkin para ketua gilda lain yang sering dia datangi. Jika aku tidak salah tebak, barangkali mereka tidak ingin ada gilda lain yang maju. Membiarkan yang lainnya terbelakang. Tapi seharusnya ini bukanlah rahasia, ini fasilitas yang diberikan oleh penguasa daratan merah.
Aku teringat perkataan Phoenix mengenai kelompok kriminal, mungkinkah mereka orang-orang yang sengaja di tugaskan untuk menghancurkan gilda gilda kecil agar tidak berpotensi jadi gilda besar di kemudian hari. Gilda menawarkan keamanan, perlindungan, bukankah dengan begitu pendapatan kas gilda akan bertambah karena jumlah anggota yang bergabung akan membludak?
Roda-roda gigi berderit dan sebagian berputar. "Kita butuh buku panduan." aku berkata. "Kau pasti memilikinya."
Phoenix memegang dagu tampak berpikir lalu bergerak kesana kemari untuk mencari sesuatu. Ruangan ini sangat berdebu, ketika Phoenix menemukan apa yang mungkin kami butuhkan dia menepuk-nepuknya, debu beterbangan di sekitarnya.
"Ukhh, Daru sepertinya ini yang kau cari."
Phoenix mengulurkan semacam kertas yang terlipat-lipat, aku langsung mengulurkan tangan untuk menerimanya. Kertas itu selebar lenganku ketika di rentangkan. Disana terdapat gambar cetak biru mesin di hadapanku dengan tulisan-tulisan yang menjelaskan nama dan fungsinya secara detail.
"Sempurna, ini memang yang kita butuhkan." Aku menyingsingkan lengan baju. "Mari kita lakukan, bolehkah aku?"
Aku meminta izin padanya, aku bisa saja menyerahkan ini pada Phoenix tapi tuas tuas sudah lama tidak difungsikan, aku khawatir otot Phoenix tidak akan sanggup menggerakkannya.
"Tentu saja," kata Phoenix.
Aku memulai dengan mengatur pintu gerbang. Tidak sabar kami langsung melakukan uji coba.
"Sekarang aku akan menguncimu di luar," kata Phoenix, dia terkesan sedang bersenang-senang ketika mendorongku ke luar. "Ingat ya, kau suami yang ketahuan selingkuh, kau harus tidur di luar. Kalau mau dimaapkan kau harus katakan sandinya dengan benar."
"Baik istriku," kuladeni perannya.
Gerbang perlahan menutup dan akhirnya benar-benar rapat. Aku mencoba untuk membukanya secara manual tapi pintunya sama sekali tidak bergerak.
Dari dalam, Phoenix berseru. "Katakan sandinya suamiku, atau kau akan tidur semalaman di luar sana."
Aku berdehem. "Aku mencintaimu."
Aku menunggu dan tidak lama kemudian gerbang bergeser perlahan kemudian menampakkan 'istriku' disisi yang lain.
"Wah kita berhasil. Aku nyaris saja memanggil tukang untuk membuat gembok dan palang pintu."
Aku melangkah mendekatinya. "Kau serius akan memasang sandi seperti itu?"
"Memangnya kenapa? Kaulah inspirasiku, sekarang bukan hanya ada seseorang yang bicara dengan pohon di rumahku tapi semua orang di gilda Phoenix akan menyatakan cinta pada gerbang rumahku."
Phoenix tidak serius melakukan itu, kami membuat pengaturan lainnya yang lebih elegan dan praktis. Kami membuat kartu identitas anggota sebagai kunci untuk memasuki gilda.
Begitu kartu identitas ditempelkan pada panel khusus, sistem akan membaca identitas anggota dan membukakan pintu. Dengan kata lain gilda adalah tempat paling aman di daratan merah, rumah perlindungan.
"Bagaimana kau tahu soal ini?" tanya Phoenix. Kami telah berada di ruang kendali lagi.
Kami ke bagian panel dan tuas hutan. Gilda Phoenix mememiliki hutan kecil di belakang komplek hunian di tepi danau lotus. Aku mengamati melalui peta gilda yang juga kutemukan di ruang kendali. Uji coba kami kembali berhasil, kali ini kami bisa memunculkan peti oranye di hutan milik kami, tentu saja peti tidak terisi begitu saja. Karena kami lah yang harus mengisinya.
Pada hari berikutnya kami mengajak anggota lain untuk bermain berburu peti di hutan pribadi dengan piti yang tidak seberapa, tapi hal ini lumayan untuk latihan menghadapi even perburuan besar di gilda kaya raya.
Gadis-gadis antusias untuk melakukan permainan ini, tapi tidak semua gadis cocok melakukannya, seperti anak perempuan yang selalu berpakaian merah muda peony. Faradisa lebih cocok menangkap kupu-kupu ditaman bunga ketimbang berlarian mengejar peti di hutan. Sedangkan Ka-Lam memilih menasehati Hyura atau mungkin membacakannya dongeng di paviliun lotus.
"Kubilang apa, penghuni gildaku memang aneh-aneh." Phoenix menggelengkan kepala. "Aku curiga Ka-Lam melakukan itu atas saranmu yang teramat bijak itu, Daru?"
"Tentu saja, bukankah dia berhasil, lihat," aku mengedik ketempat dimana Ka-Lam berada. "Hyura sekarang sudah jinak padanya."
"Yah, memang tidak masuk akal."
Pada hari-hari berikutnya aku mendekam di kamarku, menjelang sore akhirnya ada yang mengetuk pintuku. Kedengarannya tidak seperti Hyura, itu ketukan bukanya cakaran. Begitu kubuka ternyata yang datang Phoenix.
"Daru kemana saja kau dua harian ini, aku tidak melihatmu, biasanya pagi-pagi sekali kau sudah berkeliaran."
"Mau masuk?" Aku menawarkan.
"Tentu saja," Phoenix melangkah memasuki ruanganku. "Apa kau sakit?"
Dia mengamati wajahku mencari tanda-tanda.
"Tidak, aku baik-baik saja. Aku hanya sedang mengerjakan sesuatu."
"Mengerjakan apa?" Kini Phoenix mencari tanda-tanda sesuatu yang sedang kukerjakan di dalam sini. Dia menemukan setumpuk kertas kosong dan sebagian telah tercorat coret tinta hitam.
"Apakah kau berusaha membut puisi untuk merayu gadis-gadis?"
"Bisa dikatakan begitu." aku tersenyum jahil.
"Uh, aku menyesal menanyakannya." Ucap Phoenix, kemudian dia duduk di meja rendah bersama tumpukan kertasku.
"Daru, aku akan membuat panji-panji gilda kita, simbol gilda Phoenix, kedengarannya hebat."
"Buatlah," kataku.
"Daru apa warna kesukaanmu?"
"Warna merah cocok denganmu."
"Eh, apa?"
"Bukan apa-apa. Maksudku Phoenix seperti burung api, merah dan emas sangat cocok menurutku."
Phoenix mulai mengguratkan sesuatu disana, "Sepertinya aku harus membeli kanvas dan cat, nanti aku akan pergi beli dengan Manda."
"Oh iya Daru, aku kesini untuk menyerahkan ini padamu." Phoenix mengulurkan sesuatu yang sebesar buku saku. "Kau akan menjaga gilda bersamaku, kau punya wewenang sama denganku untuk mengijinkan atau mendepak siapa saja yang masuk. Kau adalah perwakilanku, administrator utama."
Tapi sampai akhir karirku di kemudian hari, aku tidak pernah mengusir atau membawa siapapun masuk ke gilda Phoenix. Begitu juga dengan Niken, akulah satu-satunya orang terakhir yang dia bawa. Phoenix juga telah memberi wewenang sama pada Niken. Selama beberapa waktu Phoenix memiliki dua administrator.
***
Pada tanggal 18 oktober, aku tidak menemui Phoenix. Aku memberinya kesempatan untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Gadis itu sedang merayakan hari ulang tahunnya, tapi hadiahku pasti sudah sampai padanya.
"Bagaimana, kau menyukai hadiahku?"
Dia sudah ada di pelataran kediamanku, mengadahkan tangan untuk menangkap daun ginkgo yang gugur. Daun ginkgo yang telah berguguran menyerupai karpet kuning di pelataranku.
"Kau memang ahlinya membuat gempar gilda, Daru."
Aku mengangkat alis. "Jadi kau mencariku untuk protes?"
"Sejujurnya aku sangat menyukainya, karena ulahmu semua menaruh perhatian dihari ulang tahunku. Sebelumnya tidak pernah ada yang peduli dengan ulang tahunku."
"Kau berhak mendapatkannya."
Phoenix tersenyum tulus. "Aku sangat berterimakasih."
Aku menghadiahi Phoenix sebuah lukisan. Potret dirinya dalam tinta hitam putih bertuliskan ucapan selamat ulang tahun dan namaku. Aku telah memilih media yang baik agar lukisannya awet. Aku sengaja memajangnya di papan pengumuman di pagi buta. Oleh karena itu anggota yang tidak tahu hari ulang tahun ketuanya kini jadi tahu. Karena itu Phoenix menyebutku biang kegemparan.
"Daru, kau pernah bilang akan mengajakku ke atap, sampai sekarang aku belum percaya apa yang kau katakan, bisakah aku melihatnya anggap saja hadiah tambahan untukku bagaimana?"
"Aku akan membawamu ke atap tapi tunggu sampai aku menyiapkan beberapa hal."
"Apakah itu?"
"Aku harus mempersiapkan langit agar mereka menampilkan pemandangan paling menakjubkan saat aku membawamu."
"Apakah itu bualan?"
"Tidak."
Seperti yang kuperkirakan, rintik hujan mulai turun. Kala sore awan mendung selalu menaungi gilda dan malamnya akan turun hujan. Kami cepat-cepat berteduh dan masuk ke dalam. Hujan melebat menitik dari kasau. Phoenix terjebak di sini bersamaku.
"Apa tidak akan ada yang mencarimu?"
"Kau tidak suka aku disini ya, Daru?"
"Bukan begitu, aku tidak ingin temanmu itu mengira aku menyekapmu disini. Dia seperti selalu ingin menampolku setiap kali melihatku denganmu."
"Abaikan saja dia, Manda memang begitu." Phoenix menyesap tehnya. "Dia hanya berusaha melindungi sahabatnya dari pria hidung belang. Atau dia merasa kau telah merebutku darinya."
masih nyimak