Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Kisah Putra Iblis : Pelukan Kegelapan

Prolog

Tahun kedelapan...

Singgasanaku dibuat dari indung mutiara yang dibentuk menyerupai jalinan akar pohon. Lantainya dari batu putih sampai ke pelataran. Tidak ada pilar atau ruangan-ruangan lain. Hanya ada pohon tunggal yang kokoh melengkapi singgasanaku.

Pohon itu memancarkan pendar adikodrati yang setiap tahun, setiap waktu kehilangan kecemerlangannya. Kuntum bunga yang tersisa berkedip lemah, yang lainnya telah layu dan padam. Setiap bunga mewakili satu jiwa seseorang di luar sana. Satu bunga adalah jiwa seseorang yang mengakui keberadaanku.

Ketika semua bunga kehilangan pendarnya, maka pohonku akan padam dan bersamanya aku akan sirna karena dilupakan.

Aku menyebutnya rumah, yang lain mengatakan ini penjara yang mana hal itu benar. Penjara ibu, tidak berada dimanapun dalam bentang peta manusia. Penjara ibu berada di ambang fana dan keabadian yang mengabaikan waktu. Seperti penjaraku yang hanya memiliki siang abadi. Semua ibu memiliki penjara bagi putra iblisnya. Walau demikian ibu mempersembahkan singgasana yang dibuat seperti tempat tinggal para dewa. Setitik oase di tengah samudera awan, mungkin karena ibu berharap putranya adalah dewa dan bukannya iblis.

Olehkarena itu dulu ibu memberiku nasihat mulia agar dikelahiranku dilalui dengan hal-hal baik mungkin dengan mengumpulkan seribu kebaikan aku bisa jadi dewa seperti yang ibu inginkan.

Saat kelahiranku delapan tahun lalu, ibu berkata, "Putraku, kau tidak memerlukan pedang yang tajam, jika di tempatmu terlalu banyak orang yang menorehkan luka, harus ada yang menyembuhkan luka."

Aku sudah mengikuti nasihat ibu namun dikemudian hari aku malah melukai orang-orangku dan membuat kekacauan di alam manusia. Jadi tidaklah benar kalau aku menyalahkan ibu yang mengunciku disini hingga eksistensiku perlahan memudar.

Ya, pohonku kini makin redup. Ibu berdiri di bawah naungannya dan tidak lebih dekat ke singgasanaku. Ibu merasakan keberjarakan ini dengan kebekuan hatiku. Wajah ibu menyiratkan bahwa ibu menanggung kepedihan atas apa yang telah kami lalui dimasa lalu.

Ibu berparas lembut, muda dan sangat menyayangiku, aku tidak percaya dulu aku nyaris melahap jiwanya. Walau begitu aku tahu tujuan ibu menyambangiku. Ibu tidak pernah takut kepadaku, sebaliknya ibu menginginkan kebangkitanku kembali.

Setelah kebungkamanku yang panjang, akhirnya aku berkata. "Aku tidak akan mencampuri manusia lagi."

Kesedihan, kehampaan dan kenangan yang bukan milikku mendera batinku.

"Setelah apa yang kulakukan pada ibu, ibu masih ingin mempertahankan hidupku? Tidak ibu, aku tidak berhak mendapatkan itu, aku pantas membeku selamanya disini."

Aku teringat awal-awal kesunyian rumahku. Tidak terdengar lagi denting lembut genta angin setiap kali pohonku berbunga dan merekah atau bagaimana jiwaku menghangat setelahnya.

"Kau putraku, aku tidak ingin kehilanganmu."

"Ibu."

Ibu menatap mataku, menyelami kedalamannya untuk segala hal yang ingin kubagi dengan ibu. "Benar," aku berkata. "Mereka sudah mulai melupakanku, aku tidak sekuat dulu. Secemerlang pada saat kelahiranku, aku sudah meredup."

"Tapi aku tidak akan pernah membiarkannya padam." ucap ibu sendu.

"Putraku," ibu mengambil jeda sangat panjang, aku mengira ibu hanya ingin meratapiku, tapi kemudian ibu kembali buka suara. "Rasanya aku tahu bagaimana cara menyelamatkan pohonmu tanpa melukaiku atau siapapun."

"Benarkah?"

Ibu mengangguk. "Ceritakan sesuatu," pinta ibu. "Katakan semua apa yang telah membuatmu berakhir seperti ini."

"Untuk apa?"

"Putraku terkasih, aku penjual kisah, aku akan membantu menuliskan kisahmu. Membuatmu mendapatkan eksistensimu. Semua yang membaca kisahmu akan menyimpan semua tentangmu dihati mereka suka ataupun tidak. Bukankah dengan begitu bungamu akan mekar?"

Di tahun kedelapan ini aku teringat akan janji yang belum kutepati bertahun-tahun yang lalu. Ada banyak yang bertanya mengenai siapa diriku yang sesungguhnya. Tentu saja dulu aku tidak berani mengatakan asal usul dan jati diriku.

Dulu aku berkata akan membongkar identitasku kalau aku meninggalkan daratan merah hanya karena dulu aku teramat tidak ingin mereka meninggalkanku begitu tahu aku bukan manusia.

Kini haruskah kuceritakan diriku demi keberlangsungan hidupku?

Baiklah aku akan mencobanya. Akan kuceritakan tentang diriku sebelum aku benar-benar hilang dan dilupakan...

Terpopuler

Comments

F.T Zira

F.T Zira

salam perkenalan..
masih nyimak

2024-12-25

0

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

hadir, slm perkenalan 🌹

2024-12-25

1

Aulia Nur

Aulia Nur

makasih kak ♥️

2024-12-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!