Di hari pernikahannya Ayla memilih pergi dan tak ingin menikahi laki-laki yang dia cintai.
Tapi dia tak menyangka,akhirnya tunangannya malah memilih menikahi kakaknya sendiri.
Sejak saat itu, Ayla pikir kisah cintanya sudah berakhir. Dan berusaha menghapus semua rasa cintanya pada lelaki itu.
Tapi, ternyata laki-laki yang sudah menjadi kakak iparnya itu tidak berhenti mengejarnya.
Bagaimana bisa dia kembali mencintai pria yang sudah memilih wanita lain, bahkan sudah menjadi kakak iparnya itu.
Bisakah Ayla benar-benar terlepas dari kakak iparnya. Ataukah dia akan memilih mengembangkan sisa-sisa cintanya pada kakak iparnya?
Baca kisah mereka, dalam novel.
"Di Kejar Kakak Ipar"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss HF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerangan
Setelah marah pada Ayra, Juan mendapat kabar kalau Ayla sedang menikmati liburannya. Melihat Ayla yang bahagia membuat Juan juga sangat senang. Dan amarahnya mereda.
"Tuan, izinkan saya membalut luka anda." Ucap Miko yang kemudian membersihkan luka Juan dan menutupinya, sambil Juan tersenyum menatap video Ayla.
Ayra yang baru saja mendapatkan uang dari Juan, langsung menelepon teman-temannya untuk berpesta ria ke sebuah klub malam langganannya.
"Uuuuu..., " Teriak Ayra dan kedua sahabatnya, sambil beradu gelas dengan bahagia.
Dan mereka minun, sampai kelelahan.
"Apa kamu tau, aku kaget banget. Waktu dengar kamu dan Tuan Juan menikah." Ucap sahabat Ayra yang bernama Lizzy.
"Hahahahhaa.. Kemana aja kamu?? Apa yang akan menjadi milik Ayla, haruslah menjadi milik Ayra." Ucap Della, memukul pelan lengan Lizzy.
"Apa Gea gak bisa datang?" Tanya Ayra.
"Mana bisa anak itu datang tepat waktu. Dia sibuk jagain anaknya. Kalau kita suruh cepat, dia selalu bilang, anak itu butuh perhatian langsung dari seorang ibu." Ucap Lizzy
"Hahahahahahaha... " Dan mereka terbahak bersama.
"Dia itu kolot, padahal suaminya juga sudah menyiapkan pengasuh buat dia." Ucap Della.
"Masalahnya, suaminya itu pekerjakan pengasuh bukan untuk anak-anak mereka tapi untuk dirinya sendiri." Imbuh Lizzy lagi dan mereka tertawa terbahak-bahak.
"Tapi, ngomong-ngomong bagaimana pernikahanmu dengan Tuan Juan?" Della mengganti topik.
"Kamu pikir dia akan di sini, kalo dia bahagia bersama suaminya?" Ucap Lizzy tertawa menutup mulutnya.
"Si@lan kamu." Hardik Ayra lanjut meminum minumannya.
"Bagaimana dengan adik kita tercinta?" Tanya Della lagi.
"Dia sibuk pergi liburan, untuk menghapus Juan dari pikirannya, dia gak mau menyakiti perasaan kakaknya ini." Ucap Ayra memegang dadanya dan memiringkan wajahnya seolah-olah merasa sedih mencemooh perasaan Ayla.
"Bisa-bisanya dia sebodoh itu." Ucap Della menggeleng.
Ketika pintu terbuka mereka sudah akan bahagia mengira kalau laki-laki yang mereka pesan sudah tiba.
"Aku datang, maaf terlambat." Ucap Gea membuka pintu dan di sambut senyum palsu oleh sahabat-sahabatnya itu.
"Tapi, aku harus cepat pulang. Pagi-pagi sekali aku harus bantu anak pertamaku ikut lomba." Ucap Gea duduk dan hanya membuka sekaleng soda.
"Betul kan, aku bilang. Hidupnya di penuhi dengan anak-anaknya. Padahal mereka juga bukan anak-anak kandungmu." Ucap Lizzy mencibir.
"Yah, justru karena mereka bukan anak kandungku. Aku harus membuat mereka bahagia. Merasa di cintai." Ucap Gea mencomot buah yang ada di depannya.
"Suami kalian bagaimana? Masih suka bermain colok flasdisk sana sini?" Sindir Gea tenang membalas cibiran sahabat-sahabatnya.
"Hahahahahahhaa... " Ayra lalu tertawa.
"Ini yang kusuka dari kalian, saling menghina didepan secara langsung." Ayra lalu melihat ke arah pintu.
Laki-laki yang nmakan menemani mereka akhirnya datang, dan tandanya Gea harus pulang.
Di antara ke empat sahabat, hanya Gea yang tidak hidup sembarangan. Gea menjadi sahabat mereka karena paksaan dari orang tua Gea yang saat itu juga membutuhkan koneksi untuk kemajuan bisnis mereka.
Bisa di bilang, Gea yang paling bawah urutan harta dan tahtanya di antara mereka.
Setelah ketiga sahabat itu menikmati malamnya, Della memiliki ide untuk mengajak Juan makan malam, dan mereka juga akan membawa pasangan masing-masing.
"Apa kalian gila? Juan? Dia tak akan mau." Ucap Ayra kesal.
"Tapi, tunggu. Aku punya ide." ucap Ayra.
Beberapa hari setelah perkumpulan itu, Ayra mengunjungi keluarganya. Bersamaan dengan Juan dia sengaja pergi sarapan ke rumah Theodore.
Tentu saja Ayla yang paling bahagia melihat kakaknya itu berkunjung.
Selama beberapa hari itu juga, Juan menahan dirinya untuk menghubungi Ayla. Tapi, begitu dia melihat Ayla, perasaannya kembali sulit dia bendung.
"Juan, aku meminta pelayan memasak makanan kesukaanmu." Ucap Anna pada menantunya.
"Terima kasih tante, maksudku mama mertua." Ucap Juan menatap Ayla yang duduk besebrangan darinya.
Teddy pun, sangat mengerti pandangan Juan. Tapi dia tak mau terlalu ikut campur dalam urusan asmara anak-anaknya. Dan percaya mereka akan menyelesaikannya sendiri.
"La, kakak bisa bicara sama kamu sebentar gak? Sebelum kamu berangkat kerja?" Ayla mengangguk senang.
Entah apa yang dibicarakan Ayra dan Ayla tidak ada yang mendengarnya.
"Jangan lupa yah." Ucap Ayra lagi.
Juan hendak berangkat, dan Ayla pun akan di antarkan supir.
"Kenapa kamu gak bareng aja sama Juan?" Tanya Ayra.
"Ngg... Nggak usah kak." Ucap Ayla hendak membuka pintu mobil.
"Apa kamu masih canggung dengan kakak iparmu sendiri?" Tnya Ayra dengan wajah pura-pura sedih.
"Lagipula, biar gak usah repot, supir keluar dan harus mengantarmu lagi. Lagian kakak bakalan di sini dulu. Nanti sore baru pulang." Ucap Ayra sambil menarik Ayla dan mendorong Ayla masuk ke dalam mobil Juan.
Ayla hanya tersenyum canggung. Lalu Ayra mendekati sisi mobil, tempat Juan duduk.
"Selamat jalan, suamiku." Ucap Ayra seperti hendak mencium pipi Juan.
"Kurang baik apa aku sebagai istri, membiarkan suamiku pergi dengan wanita yang dia cintai." Bisik Ayra dan mengeluarkan bunyi seolah-olah mencium Juan.
Tapi Juan sama sekali tak bereaksi, sementara Ayla tertunduk malu dan perasaannya tak karuan.
"Hentikan Ayla." Batin Ayla menyuruh dirinya sendiri agar tidak melirik Juan.
"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Juan basa basi.
"Baik, semuanya baik-baik saja." Jawab Ayla, yang kemudian sengaja memainkan ponselnya.
"Ahh... Kenapa aroma tubuhnya harus sewangi ini?" Batin Ayla.
Juan sendiri, tak kalah berusaha menahan dirinya. Bukan untuk Ayra, tapi untuk Ayla agar tak merasa bersalah pada kakaknya sendiri.
Ketika tiba di depan kantor Ayla, Juan tiba-tiba menarik leher Ayla dan menyatukan bibir mereka.
Perlahan Juan semakin panas dan memperdalam ciuman mereka. Ayla yang mengingat masa-masa mereka pacaran dan Juan yang mengantarnya ke kantornya.
Ayla yang menikmati ciuman Juan pun mulai membalas ciuman Juan. Perlahan tubuh mereka semakin mendekatkan diri satu sama lain. Melumat bibir satu sama lain. Jantung Ayla berdegup kencang, menikmati setiap sentuhan Juan.
Beberapa tak bertemu Juan, membuatnya sangat rindu. Tapi, seperti tak ada jalan lain untuk menghentikan perasaannya pada Juan.
Tiba-tiba Juan menghentikan ciumannya, ketika merasakan air mata Ayla jatuh mengenai bibir mereka.
Juan menatap Ayla dengan perasaan bersalah.
Ayla masih menutup matanya, memegang erat jas Juan, berharap perasaannya tidak salah. Tapi berapa kali pun dia memikirkannya. Dia tak mengerti dengan semuanya.
"Katakan padaku, bahwa aku tidak melukai siapapun karena melakukan ini." Pinta Ayla pelan.
Juan lalu memeluk Ayla.
"Kamu tidak menya... "
"Maafkan aku, Juan. Aku tidak bisa menghentikan perasaanku padamu. Setelah melewati semua itu, aku berjanji tak mau kehilanganmu. Tapi, aku rela menyerahkan mu pada kak Ayra." Ucap Ayla memotong ucapan Juan.
"Karena itu, jelaskan semuanya padaku. Perasaanmu, dan semua keputusan yang kamu buat." Ucap Ayla menatap Juan dalam.
Tapi, sebelum Juan sempat menjelaskan. Tembakan mengenai kaca mobil mereka.
"Bersambung...
...****************...