Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Kenapa? Kenapa? Kenapa?! Kesal sekali!!!" ucap Mary geram.
Tidak terhitung berapa kali dia mencoba untuk bercinta dengan Raja. Namun semuanya berakhir dengan kegagalan. Padahal dia sudah yakin menjadi prioritas utama Raja di istana ini.
"Nona, nanti pasti akan ada kesempatan lagi" kata pelayan mencoba menghiburnya.
"Tidak kusangka pria itu lebih mengutamakan masalah kerajaan daripada aku. Apa yang harus aku lakukan agar menang melawan urusan kerajaan?!" teriaknya geram.
"Saya yakin Raja akan segera datang Nona"
Marah, Mary melempar air teh di cangkirnya ke wajah pelayan.
"Apa kau lihat dia kembali?? Sialll. Kenapa aku mendapatkan pelayan bodoh sepertimu!!"
Tidak bisa melakukan apa-apa, Mary memilih untuk tidur. Keesokan harinya dia bangun pagi-pagi sekali. Dan bergegas pergi ke ruangan Raja. Dengan pakaian tidurnya yang sangat tipis juga terbuka. Lalu ... Mary harus menerima kekecewaan lagi..Karena Raja tidak ada di ruangannya.
"Kemana Raja pergi?" tanyanya pada prajurit yang menjaga ruangan Raja.
"Raja pergi mencari Jenderal Malone"
Lagi-lagi, masalah kerajaan. Kenapa pria itu begitu terobsesi pada kerajaannya, lalu mengabaikannya?
"Menyebalkan!!" umpatnya kesal.
"Bagaimana kalau Anda menyusulnya, Nona" kata pelayan Mary.
"Lalu, apa yang akan kulakukan saat menemukan Raja di kediaman pelayan dan prajurit itu? Kau pikir aku akan melakukannya disana dengan Raja?!"
Pelayan itu segera berlutut dan memohon ampun
"Maafkan saya Nona. Saya tidak berpikir jauh"
Mary menendang bahu pelayan sampai tersungkur di lantai.
"Diam!!" perintahnya lalu berjalan kembali ke kamarnya lagi. Saat melewati lorong istana, tiba-tiba ujung matanya melihat sosok Raja. Bersama seseorang di dekat pilar istana lantai bawah
Dia berusaha memperjelas penglihatannya, dan menemukan orang yang bersama Raja adalah wanita asing itu.
"Itu Ratu!!" seru pelayan bodoh yang ada di belakang Mary. Sungguh, dia ingin sekali memenggal kepala pelayan itu.
"Apa yang mereka lakukan disana?" tanya Mary sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. Tapi pelayan bodoh itu merubah posisinya untuk melihat lebih baik dan melapor padanya.
"Saya pikir, Raja mencium Ratu. Tapi ternyata, Raja mencekiknya!" bisik pelayan membuat Mary menyunggingkan senyum.
Percuma saja dia khawatir pria itu akan tertarik pada Ratu setelah tarian di aula kerajaan saat itu. Ternyata, Raja memang membenci wanita asing itu. Kini Mary merasa lebih tenang dari sebelumnya.
"Wanita itu, tidak akan memiliki kesempatan sama sekali" katanya lalu kembali ke kamar dengan perasaan senang. Diikuti pelayan bodohnya.
Keira melangkah mundur, menjauh dari pria yang memiliki tatapan kejam itu. Dia tidak terima dengan perlakuan Raja, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Selain kembali ke kamarnya.
"Ratu, kemana Anda pergi pagi-pagi sekali?" tanya Jane yang melihat Keira naik ke ranjangnya.
"Aku hanya menghirup udara segar" jawabnya.
"Apa Anda menjumpai Jenderal Malone lagi? Ratu, apa Anda tahu kalau hal itu tidak baik dilakukan? Anda adalah Ratu, istri Raja. Tidak boleh memperhatikan pria lain lebih baik daripada Raja"
"Raja sudah punya seseorang yang dicintainya. Kenapa aku tidak boleh?"
"Ratu!!"
"Aku tidak ingin lagi mati dalam keadaan perawan dan sendiri" gumamnya.
"Apa yang Anda katakan Ratu?" tanya Jane penasaran dengan ucapannya.
"Tidak. Karena ini terlalu pagi, aku akan tidur lagi" katanya lalu berbaring. Membuat rambutnya tersibak dan menampakkan garis merah di leher yang dilihat oleh Jane.
"Ratu, apa ini?"
Keira segera menutupi lehernya. Dia tidak menyangka bekas cengkeraman pria itu terlihat oleh Jane.
"Aku digigit nyamuk" alasannya.
Tapi Jane tidak percaya dan menghalau tangannya yang menutupi. Jelas sekali terlihat garis kemerahan dari leher bagian kiri ke kanan.
"Siapa yang melakukan ini Ratu? Apa wanita licik itu? Beraninya dia!! Saya pasti akan menghukumnya"
"Raja" ucap Keira menghentikan kemarahan Jane.
"Apa? Raja? Kenapa?"
"Entahlah. Kami bertemu di dekat kediaman para prajurit dan pelayan. Saat mengetahui aku datang kesana mencari Jenderal Malone. Tiba-tiba leherku dicekik kuat. Hampir saja aku kehabisan napas saat Raja melepaskan tangannya"
Wajah Jane berubah dari khawatir menjadi senang. Lalu duduk di dekatnya.
"Apa mungkin itu cemburu? Raja pasti cemburu mendengar Anda, Ratunya mencari Jenderal Malone. Dan bukan dia"
"Hahahaha" tawa Keira meremehkan pemikiran Jane. Sepuluh tahun dihabiskan Keira di istana dan tidak pernah sekalipun Raja menyatakan atau memperlihatkan cinta kepadanya. Bahkan untuk melihatnya, pria itu tidak memiliki waktu.
"Ratu, kenapa tertawa?"
"Hilangkan lah pemikiran seperti itu dari otakmu. Atau aku akan mengusirmu kembali ke Nemorosa"
"Ratu!!"
Keira memejamkan matanya tapi tidak bisa tertidur dengan mudah. Dia terbangun dan melihat halaman istana.
"Kemana kau pergi Jenderal?" tanyanya tidak mendapatkan jawaban.
Tiba-tiba Jane mengusulkan sesuatu yang lebih baik daripada menunggu Jenderal Malone dalam kesunyian. Mereka pergi ke perpustakaan. Membuat Keira bisa bertemu dengan Rupert. Memilih buku rekomendasi Rupert dan membacanya.
Melihat seorang pria begitu tekun pada pekerjaannya. Juga sadar kalau pria itu ternyata kuat mengangkat beberapa buku besar, membuat perasaan Keira membaik. Kini dia sudah melupakan perlakuan Raja padanya.
"Menghabiskan waktu di perpustakaan, melihat Rupert bekerja ternyata tidak buruk juga" kata Keira saat petang datang.
"Benar Ratu, Tuan Rupert sangat tampan. Tapi ... Anda tidak boleh mengabaikan tugas Anda sebagai Ratu. Malam ini, Anda diperintahkan untuk makan malam dengan Raja dan wanita licik itu"
Mendengarnya saja membuat semua kesenangan hilang begitu saja. Baru saja ingin menolak, Jane melanjutkan kata-katanya.
"Tidak boleh. Meski saya tahu Anda tidak mau bertemu Raja dan wanita licik itu. Tapi ini adalah apa yang harus Anda lakukan sebagai Ratu. Semoga saja Raja menyadari kesalahannya dan memperlakukan Anda dengan lebih baik" lanjut Jane.
Tidak mungkin. Pria itu tidak akan memperlakukan Keira dengan lebih baik lagi. Dia hanya akan makan di ruangan makan yang sama dengan Raja dan wanita licik itu. Tapi seolah makan sendirian di sebuah hutan gelap.
Bagaimanapun, dia tetap harus pergi. Kali ini, dia juga tidak berias berlebihan. Membiarkan rambut berwarna kuning keemasan ditata sederhana dan memakai gaun biru kesukaannya.
"Ayo berangkat!" ujarnya.
Pintu dibuka dan di depan Keira berdiri beberapa orang dengan tampilan yang luar biasa ... Kotor.
"Siapa kalian?" tanya Jane lalu mengambil posisi di depan Keira, seolah ingin melindungi.
Orang yang ada di barisan tengah melepas kain penutup wajahnya dan tersenyum ke arah Keira.
"Kau sangat cantik Keira"
Pria itu, memanggilnya apa? Apakah mereka saling kenal? Sepertinya tidak. Tapi kenapa pria itu begitu percaya diri memanggil seorang Ratu dengan nama begitu saja?
"Berani sekali!! Siapa kau?! Kenapa ada disini dengan pasukanmu??" tanya Jane lalu berdiri membentuk kuda-kuda yang rapuh.
"Kau belum berubah juga Jane, masih lemah saja" ujar pria itu lalu menyentuh lutut Jane yang akhirnya roboh ke lantai.
Bahkan pria itu tahu nama Jane. Siapa dia? Tunggu. Sepertinya Keira tahu siapa pria yang ada di depannya. Tapi pria itu dulu tidak setampan ini. Kenapa sekarang berubah drastis?
"Simon?" tanya Keira membuat pria itu membentuk senyum lebar di wajahnya.
"Apa kau merindukanku?"
Keira ikut tersenyum. Bahagia sekali rasanya bertemu dengan kawan kecil yang lama tidak dia temui sejak mengikuti wajib militer di istana.