Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSMSC Chapter 12
" Assalamualaikum Ayah, Ibu, hallo Ner?"
" Laah Nayaka kapan datengnya. Eeh hampir lupa. Waalikumsalam."
" Waalaikumsalam, masuk Ka."
Akhza, Airin dan Nero sedikit terkejut dengan Nayaka yang datang bersama dengan Neel. Mereka semua tahu bahwa Nayaka juga dekat degan keluarga mereka. Tapi ini masih jam 6 pagi, terlalu pagi untuk bertemu.
" Sarapan dulu Ka?"
" Udah Bu, baru aja makan buryam bareng Neel."
" Yah, Bu, aku ke kamar dulu ya. Ada yang mau diomongin sama nih bocah."
Nayakan hanya nyengir saja, dia tidak berkata apa-apa. Nayaka mengikuti Neel ke kamar sambil sedikit menundukkan kepala kepada Akhza dan Airin sebagai tanda hormatnya.
" Bang Nayaka tuh nggak jadi dokter kan ya?" tanya Nero tiba-tiba.
" Iya, dia agak aneh sendiri, tapi ya nggak aneh sih kan dia sekarang jadi CEO Linford Transportation, warisan sang nenek. Ya sama kayak Abang mu, dia juga jadi dokter sendiri padahal di keluarga kita nggak ada yang jadi dokter. Abang mu malah lebih aneh Ner?"
" Bener juga, dan sekarang Ayah yang maksa aku buat nerusin jejak Ayah. Huhuhu sungguh anak bungsu yang tertindas."
Pletak
Akhza menepuk kepala putra bungsunya. Anak itu memang kadang sedikit bersikap dramatis. Entah mengapa malah mirip seperti saudara kembarnya yakni Abra.
" Kalau bukan kamu lalu siapa lagi Nero. Abangmu kagak mau, Veer anaknya Tante Ana lebih milih bikin EO, terus sepupumu yang satu Bhumi lebih suka jadi arsitek, ya udah to kamu aja. Besok kalau anakmu nggak mau ya kamu tinggal limpahin ke anak-anak sepupumu. Tawarin aja siapa yang mau buat nerusin JD Coal."
Nero langsung memberengut, dia tahu betul bahwa sepupunya di generasinya tidak ada yang menginginkan posisi sebagai CEO JD Coal, dan hanya dia saja yang mau melakukannya. Namun dia berjanji, jika punya anak nanti dia tidak akan memaksa anaknya.
Nero bahkan berpikir untuk mengumpulkan seluruh keluarga dan melakukan voting untuk posisi itu.
Sungguh aneh bukan keluarga ini. Jika biasanya orang berlomba-lomba dalam mendapat kekuasaan. Tapi keluarga Abinawa ini tidak, yang ada mereka malah tidak ingin atau bisa dikatakan mereka menginginkan pekerjaan yang mereka pilih sendiri.
Airin, ratu di rumah itu hanya tersenyum simpul. Keluarga suaminya itu memang sedikit aneh, aneh dalam artian keluarga tersebut tidak meributkan tentang posisi dan kekuasaan. Mereka hanya saling menyayangi satu sama lain, dan siapa yang akan mewarisi harta dan kekayaan, sama sekali bukan jadi hal yang penting.
Cekleeek
Braak
" Lo nggak mandi dulu Neel?"
Neel menggeleng, dia mengambil baju ganti dan menggantinya dengan cepat. Di rumah sakit tadi dia sudah mandi jadi sampai rumah ia tidak perlu mandi lagi.
" Dah sekarang apa yang mau lo omongin soal Neha?"
Bukannya bicara, Nayaka malah mengambil ponsel dan memberikannya kepada Neel. Tentu saja Neel tidak tahu apa maksud dari temannya itu. Dan Nayaka hanya menggerakkan tangannya sebagai kode bagi Neel untuk melihat ke arah ponsel.
Apa sih yang mau ditunjukin sama anak ini?
Begitulah isi kepala Neel. Katanya ingin membicarakan Neha, tapi malah hanya menyodorkan ponsel.
Dengan sedikit enggan Neel akhirnya melihat ponsel milik Nayaka. Di sana dia melihat sebuah foto. Itu adalah foto dimitri, tapi wanita yang bersama Dimitri bukanlah Neha.
" Ka, ini maksudnya apa?"
" Pria bajingan itu, dia kayaknya selingkuh Neel. Tadi pagi, anak buah gue nganterin bajingan itu pulang dari rumah jalanggnya."
" Apa? Lo yakin Ka? Lo nggak salah kan? Lo nggak lagi ngarang kan? Arghhhh! Bajingan, bangsaaat!!!!"
Neel berteriak frustasi sambil mengacak rambut dan wajahnya dengan kasar. Dia sungguh sama sekali tidak menyangka bahwa dibalik senyum tawa kebahagiaan Neha ada sesuatu yang begitu mengerikan.
Suami berselingkuh, itu adalah hal yang sama sekali tidak bisa dibayangkan oleh Neel. Entah bagaimana nanti Neha jika tahu tentang perbuatan suaminya.
" Terus lo udah ngasih tahu Neha belum?"
" Belum lah gila, gue belum bisa ngasih tahu apa-apa ke Mbak Neha. Gue lagi ngumpulin bukti. Setelah gue dapet tuh semua bukti, gue bakalan bilang ke Mbak Neha."
Neel mendengus kesal. Rasanya dia langsung ingin segera memberitahu kepada wanita itu tentang perbuatan suaminya.
Rasanya saat ini kepala Neel sedang buntu. Dia tidak tahu harus melakukan apa.
Haaah
Hembusan nafas yang panjang dan menyesakkan. Neel merasa dadanya begitu sesak. Belum juga Neha tahu tentang perselingkuhan Dimitri tapi hati Neel sudah merasa sakit yang begitu luar biasa.
Benar kata Nayaka, hal ini membuatnya meragu. Ya dia ragu atas apa yang akan dilakukannya nanti. Apakah dirinya akan jadi keluar dari rumah sakit, akankah benar akan jadi kembali melanjutkan pendidikannya di luar negeri, atau tetap tinggal untuk menjadi penopang Neha?
Tapi, aku siapa? Aku hanyalah orang lain? Apa hak ku untuk ikut campur?
Kepala Neel berdenyut, telinganya berdengung dan matanya berembun. Sungguh saat ini dia merasa sangat bingung.
" Gimana Neel, apa lo tetep mau pergi juga."
" Entahlah Ka, gue nggak ngerti. Tapi Ka, menurut gue lebih lo bilang ke Neha. Menurut gue, dia berhak tahu meskipun buktinya sangat sedikit."
" Apa iya begitu Neel?"
Neel mengangguk. Menurutnya, Neha berhak tahu lebih cepat. Jika terlalu lama pasti akan lebih menyakitkan. Dan Neel, dia tidak ada hak untuk ikut campur. Jika itu Nayaka yang memberi tahu, maka tentu Neha akan lebih tenang.
" Ya udah, gue ke rumah Mbak Neha dulu kalau gitu. Thanks Neel, dan gue beneran berharap bahwa lo nggak pergi. Lo deket sama Mbak Neha, dan gue tahu lo cinta sama dia."
" Gue nggak tahu Ka, gue bakalan pergi atau nggak. Sekarang yang penting adalah lo cepetan ngasih tahu Neha."
Nayaka sebenarnya juga tidak ada hak melarang Neel untuk pergi. Dia tahu selama ini temannya itu sudah cukup menahan hatinya. Rasanya Nayaka akan menjadi orang yang sangat jahat jika menahan Neel untuk kepentingan sang kakak perempuan.
Lagi pula belum tentu juga Neha mau bicara perihal masalahnya kepada Neel.
" Sorry Neel, gue udah egois. Gue ... gue tahu gimana perasaan lo tapi gue malah nahan lo kayak gini. Kalau emang lo mau pergi, maka pergilah Neel. Pergi dan lakuin apa yang lo mau. Lo nggak perlu mikirin Mbak Neha ataupun bajingan itu, bener bahwa lo nggak ada hubungannya sama mereka. Sekali lagi sorry Neel, gue udah egois, semoga lo dapet bahagia. Gue tulus ngomong gini ke lo."
Neel tidak bereaksi apapun, tidak mengangguk, tidak tersenyum, tidak mengiyakan juga tidak menolak. Ia hanya diam, bahkan sampai Nayaka pergi dari rumah pun Neel tetap diam.
" Haah, apa yang udah gue lakuin ke temen gue sih. Dia selama ini udah kesiksa gitu, ya kali gue minta dia buat berkorban lagi. Lo bego sumpah Nayaka. Lo bego banget," rutuk Nayaka pada dirinya sendiri.
TBC