Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 14" Jelaskan!
Aku sedang sibuk membersihkan wc di rumah sakit, Ellena menghampiri ku, ternyata dia sedang mengantar abang nya untuk kontrol .
" Mas tunggu!" Ellena menghentikan langkah ku yg membawa ember berisi pewangi.
" Iya, ada apa?" dengan terpaksa aku menoleh, dan membalikan badan , aku sebenar nya malas untuk bertemu dengan nya karna bukan tanpa alasan tapi karna aku nggak tau harus bilang apa lagi pada nya soal aku yg tak mampu memperjuangkan cinta ini.
" Aku butuh penjelasan mu, soal sikap mu yg akhir - akhir ini dingin dan tidak peduli pada ku!" Ellena penuh penekanan.
" Maaf kan aku, aku kek gini karna aku sadar, kalo aku nggak pantes buat mu" Aku menunduk sambil mengingat kata - kata kak Adi. Jujur aku ingin sekali memulai hubungan ini dengan Ellena tapi aku tak bisa karna ada kak Adi.
" Tapi aku bisa liat mas, dari mata mu, kalo kamu bohong!! Pekik Ellena menyembunyikan air mata nya, sesungguh nya dia ingin memeluk tubuh ku tapi dia menghargai keputusan ku.
" Maaf....... Aku harus pergi!" aku melangkah meninggalkan nya, tiba- tiba tangan ku di tarik dengan kuat oleh Ellena.
" Aku cinta ama kamu mas, aku sayang,beri aku kesempatan buat memiliki mu sekali aja!" Ellena memeluk ku dari belakang, air mata nya sudah tak bisa di tahan lagi, butiran bening itu tumpah membasahi pipi nya.
" Maaf, aku nggak bisa.......maaf bukan niat ku untuk membuat mu menangis tapi sulit bagi kita untuk bersama!" Aku melepaskan pelan pelukan nya, air mata ku tak bisa di bendung lagi.melihat wanita yg aku cintai menangis.
" Enak ya, berduaan kek gini!!" Kak Adi menghampiri kami, dia bersedekap dada mendekati. Rupanya dia sedang mengawasi ku .
"Aku permisi!" Aku melangkah meninggalkan mereka, Ellena tak bisa mencegah ku lagi, karna ada kak Adi. Dia paham sekarang mengapa aku selalu menghindar dari nya.
" Aku permisi juga!" Ellena meninggalkan Kak Adi dengan cepat tetapi tangan nya di tarik hingga tubuh nya mendekat ke dada kak Adi.
" Gua cinta ama elu, gua nggak mau elu deket ama dia!!" Kak Adi mendekap erat tubuh Ellena hingga tiada celah untuk nya bisa kabur.
" Plakkkk" Aku nggak cinta ama kamu ya Di!!" pekik Ellena menampar keras pipi kak Adi lalu menghempaskan tangan kakak. Sorot mata nya tajam .
" Gua nggak akan ngebiarin elu deket ama dia!!!" kak Adi menarik tangan Ellena, membuat nya makin kesal, karna genggaman tangan itu sangat keras.
" Aku nggak akan pernah sudi!!" Ellena menginjak kaki kak Adi sampai membuat nya kesakitan lalu dengan berlari menuju ke tempat abang nya lagi.
" Awas ya elu, gua nggak akan tinggal diem!!akkhhhhh!! " teriak kak Adi sambil menahan sakit nya, heels itu sukses membuat kaki nya kesakitan .
Aku membersihkan wc dekat gudang, Gilang mendekati aku, sambil membawa dua botol minuman teh dan roti gulung.
" Makan dulu!" Gilang membuat aku teralihkan sambil menyodorkan roti itu, aku pun segera mencuci tangan dan mendekati nya.
" Thank ya , aku terima" Aku menerima nya sambil berjalan mendekati kursi yg ada di pinggir.
"Kasian banget sih, muka elu sampe lebam gini" Gilang melihat wajah ku sambil bergidik karna luka ku sangat parah.
" Mungkin ini udah takdir ku" aku memakan roti itu sambil menghela nafas berat, bibir ini bergetar hebat.
" Elu harus banyak sabar , gua percaya kok, suatu hari semua luka elu akan menjadi penyesalan terberat buat keluarga elu yg jahat itu!" Gilang mengelus punggung ku.
Aku hanya tersenyum meringis sambil makan , perut ku sudah lapar karana aku belum sempat membuka bekal makan dari papah .