Cerita ini untuk fatcat dengan happy ending
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Meyra baru saja mendapatkan notifikasi dari Sera bahwa Nathan sudah ada di ruang kesehatan kampus. Ia buru-buru pergi untuk menghampiri cowok itu, ingin melihat kondisinya sekarang.
Disana sudah ada Sera dan juga seorang petugas yang sepertinya habis mengobati luka Nathan. Sedangkan cowok itu sudah berbaring dengan beberapa kain kasa dan plester.
"Kalo begitu permisi" pamitnya usai melakukan tugasnya untuk mengobati.
"Iya terima kasih" ucap Meyra dan Sera berbarengan.
"Athan" gadis imut itu mendekat ke arah Nathan, kemudian menggenggam tangannya.
"Gak ke kelas ?" tanya Nathan dengan suaranya yang kini terdengar lemah.
"Gak mau" Meyra menggelengkan kepalanya kuat.
"Lo kan mau ada kelas Mey. Ayo masuk kelas dulu, abis itu kesini lagi." Sera berusaha membujuk sahabatnya agar tidak meninggalkan kelas.
"Gak mau Sera, aku mau disini aja nemenin Athan. Aku tadi juga udah bilang kok ke Sinta buat izinin ke dosennya." tolak Meyra dengan tekad yang kuat, membuat Sera pasrah dan hanya menggelengkan kepalanya. Sinta sendiri adalah teman se per-jurusan Meyra.
"Meyra" ujar Nathan lirih. Dasarnya Meyra keras kepala jadi ia tetap dengan pilihannya untuk tidak masuk kelas dan menemani Nathan. Gadis manis nan imut itu menggelengkan kepalanya dan melayangkan tatapan memelas pada Nathan agar cowok itu tidak memaksanya untuk masuk kelas dan meninggalkannya.
"Ya udah deh gue masuk kelas dulu, entar kalo udah selesai gue samperin ke sini." akhirnya Sera memutuskan untuk pergi, karena sahabatnya itu tetap kekeuh dengan pendiriannya sekalipun Nathan coba untuk membujuk.
"Oke Sera"
"Makasih"
Sera mengangguk mengiyakan ucapan keduanya, setelah itu ia benar-benar pergi meninggalkan Meyra dan Nathan.
Meyra duduk di sebuah kursi yang ada di sebelah Nathan. Tangannya perlahan menuju ke arah pipi cowok itu dan kemudian mengusapnya lembut.
"Maafin aku Athan, karena aku kamu jadi begini." air mata sudah menggenang di pelupuk mata Meyra, lalu turun membasahi kedua pipinya. Tangannya masih berada di pipi Nathan, tak berhenti untuk mengelusnya.
"Jangan duduk dulu, kamu tiduran aja." kata Meyra saat Nathan menggerakkan badannya ingin mengubah posisinya menjadi duduk.
"Gak apa-apa kok." Nathan tetap ingin mengubah posisinya dibantu Meyra.
"Bukan salah kamu Meyra" Nathan menghapus jejak air mata di pipi gadis imut itu.
"T-tapi..." Nathan menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan sangkalan yang akan diucapkan Meyra. Langsung saja Nathan memeluknya dan gadis itu menyambut pelukannya dengan hangat.
Keduanya tenggelam dalam perasaan masing-masing. Mendengar detak jantung satu sama lain yang saling bersahutan.
"Meyra, sepertinya aku mulai menyukai kamu." bisik Nathan membuat Meyra terkejut dan merinding seketika. Terkejut karena perlakuannya yang tiba-tiba dan terkejut karena perkataan cowok itu barusan.
"Kamu serius ?" Meyra melepaskan pelukan keduanya dan langsung menatap mata Nathan, mencari pembenaran dari ucapan cowok itu.
Nathan tidak menjawab dengan kata-kata, tapi segera menganggukkan kepalanya lalu mengecup pipi Meyra agak lama. Membuat gadis itu merasakan sebuah sengatan dalam dirinya. Matanya mengerjap beberapa kali mencoba mencerna apa yang terjadi barusan.
Dilihatnya Nathan yang tersenyum tulus setelah tanpa aba-aba mencium pipinya. Lihat betapa tidak adilnya, Nathan masih terlihat tampan walau ada beberapa luka yang menghiasi wajahnya saat ini. Lalu tanpa bisa dicegah, Meyra spontan berteriak.
"Jangan teriak" Nathan membekap mulut Meyra dengan satu telapak tangannya. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, menurut dengan perintah Nathan.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas dibenak Meyra. Mumpung tangan Nathan masih membekap mulutnya, ia manfaatkan dengan memegang telapak tangan cowok itu. Meyra menutup matanya dan mencium telapak tangan Nathan. Cowok itu seketika merasa salah tingkah, kemudian melepaskan telapak tangannya yang tadi digunakan untuk membekap mulut Meyra.
Gadis imut itu kini menatapnya dengan senyuman yang seolah sedang menggoda dirinya. Nathan akhirnya memalingkan mukanya karena tidak kuat, sontak tawa Meyra pecah seketika. Nathan kembali memfokuskan pandangannya pada Meyra yang makin memesona saat tertawa. Tak sadar dirinya ikut tersenyum menikmati raut bahagia yang terpancar dari gadis manis nan imut itu.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
"Meyra nya ada ?" Gale bertanya pada seseorang yang satu fakultas dan satu kelas dengan Meyra. Ia berencana ingin mengajak gadis itu agar pulang bersamanya.
"Dari awal kelas sampe kelas berakhir Meyra gak ada, dia izin." jelasnya
"Oke makasih infonya" Gale segera melangkahkan kakinya untuk pergi menuju ke fakultas lain, diikuti Vardhan, Felix, dan juga Caden.
"Sera" panggilnya
Sera yang merasa namanya dipanggil segera menolehkan kepalanya melihat ke arah orang yang memanggilnya tadi. Dan ternyata yang dilihat adalah Gale dan teman-temannya. Sera lantas memutar bola matanya malas.
"Meyra kemana, kenapa gak masuk kelas ?" Gale menghampiri gadis itu, sahabatnya Meyra. Hanya dia yang bisa ditanyai saat ini.
"Mana gue tau, gue bukan emaknya kali. Dah ya gue duluan, sibuk." Sera melangkahkan kakinya pergi enggan menjawab pertanyaan Gale walaupun sebenarnya dia tau kemana Meyra. Sahabatnya itu tadi bilang padanya lewat chat untuk pulang duluan mengantar Nathan karena tidak memungkinkan bagi cowok itu untuk mengikuti kelas. Jadi lebih baik untuk Nathan pulang.
"Tunggu, jawab dulu pertanyaan gue !" Gale menggapai pergelangan tangan Sera dan kemudian menggenggamnya, mencegah gadis itu untuk pergi. Sedangkan ketiga teman Gale hanya memperhatikan, tanpa ada niatan untuk ikut dalam obrolan keduanya.
"Lepas !" Sera menghempaskan cekalan tangan Gale dan cowok itu akhirnya melepaskannya.
"Sekalipun gue tau Meyra kemana, gue gak akan kasih tau ke lo."
"Gue tau gue salah karena udah nyakitin lo, gue minta maaf Sera. Sekarang please kasih tau gue dimana Meyra ?"
"Gak"
"Kenapa Sera, apa jangan-jangan karena lo belum move on dari gue ? Makanya lo gak suka kalo gue deket sama Meyra." Sera sontak tertawa mendengar perkataan Gale yang begitu percaya diri.
"Lawak banget deh lo. Cowok bukan lo doang kali di dunia ini. Modelan kayak lo juga banyak dimana-mana. Dan kenapa gue gak suka lo deket sama sahabat gue, karena lo cuma obsesi ke dia. Lo maksain perasaan lo ke Meyra dengan menjerat dia agar bisa jadi milik lo seorang. Lo egois." Selepas Sera mengeluarkan unek-uneknya, ia langsung saja beranjak pergi dari sana. Untung saja Gale juga tidak menahannya lagi.
Cowok itu termenung sebentar mendengar penjelasan dari Sera barusan. Dalam hatinya terbesit rasa tidak terima saat gadis itu ternyata sudah tidak memiliki lagi perasaan untuknya.
"Arghh sial" Gale mengacak rambutnya kesal.
"Kenapa lo gak hubungin Meyra aja Gal, tanya dimana dia sekarang ?" Caden mencoba memberi temannya itu sebuah saran.
"Gak bakal dijawab sama dia."
"Kenapa gitu ? Sebenarnya hubungan lo sama dia kayak gimana sih kalo boleh tau ?" tanya Felix penasaran yang diangguki Vardhan juga Caden.
Gale menatap ketiga temannya itu yang kini tengah menanti sebuah jawaban dari dirinya.