Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Saat melewati food court, Ricko merasa seperti melihat Intan sedang duduk dengan seorang laki - laki. Ricko pun mengajak Rossa masuk ke food court juga untuk memastikan apakah itu benar Intan.
‘Siapa laki-laki itu? Apa pacarnya?’ batin Ricko menerka-nerka.
"Mau pesan apa, Sayang?" tanya Rossa membuyarkan pikiran Ricko.
"Kopi seperti biasa," jawab Ricko.
Setelah itu Rossa pergi untuk memesan makanan dan minuman.
Ricko menyaksikan Intan yang tertawa lepas dengan laki-laki itu. Saat bersama Ricko, Intan belum pernah tertawa lepas seperti itu. Ricko tidak bisa mendengar pembicaraan mereka karena jarak mereka yang terlalu jauh dan suasana mal yang berisik.
Tidak berapa lama kemudian Intan dan laki-laki itu berdiri lalu pergi meninggalkan food court. Kebetulan juga Rossa datang dan duduk di depan Ricko.
“Kamu lihat apa, Sayang?” tanya Rossa lalu menoleh ke mana arah mata Ricko melihat.
“Ah …, nggak. Cuma melihat suasana mal saja,” jawab Ricko berbohong lalu mengalihkan pandangannya pada Rossa.
"Berapa lama kamu di Singapura?" tanya Ricko mengalihkan pembicaraan.
"Sekitar tiga bulan. Kamu jangan nakal ya saat aku tinggal?" balas Rossa genit sambil mencubit hidung Ricko.
Ricko hanya tertawa. Nyatanya sekarang dia malah sudah menikah dengan wanita lain.
Setelah menikmati makanan dan minumannya, Rossa melanjutkan aktivitas belanjanya dan Ricko mengikutinya. Hingga tidak terasa hari sudah malam. Ricko pun melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Akhirnya Ricko mengajak Rossa pulang.
*
Sesampainya di rumah, Ricko memasukkan mobilnya ke dalam garasi dan melihat motornya sudah terparkir di sana. Ia mengira Intan sudah pulang sore tadi setelah melihatnya pergi dari food court.
Setelah itu Ricko masuk ke dalam rumah dengan santai. Karena lampu di dalam rumah pada mati, ia mengira Intan sudah tidur di dalam kamarnya. Ia pun bergegas naik ke lantai atas untuk segera mandi dan berganti pakaian setelah menyalakan beberapa lampu di lantai bawah.
Usai mandi dan berganti pakaian, Ricko kembali turun untuk membuat kopi di dapur.
Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Ricko pun beranjak bangkit untuk melihat dari gorden jendela ruang tamu. Di sana ia melihat Intan turun dari motor seorang laki-laki.
Ricko pun membelalakkan matanya. Tiba-tiba ia merasa geram dan kesal. Tadinya ia mengira Intan sudah tidur di dalam kamar. Namun, nyatanya Intan masih keluyuran di luar rumah.
Intan masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi. Jantungnya pun tiba-tiba deg-degan saat melihat mobil Ricko sudah terparkir di sana.
Saat berada di ambang pintu antara garasi dan ruang tengah, Intan celingak-celinguk terlebih dahulu untuk memastikan situasi aman sampai menuju kamarnya.
Setelah itu Intan masuk ke dalam rumah dengan berusaha sebisa mungkin tanpa menimbulkan suara. Ia mengendap-endap seperti maling. Saat akan membuka pintu kamarnya, tiba-tiba ia mendengar suara dari ruang tengah yang membuat jantungnya berdebar-debar hebat.
"Dari mana saja kamu?" seru Ricko dengan bersedekap tangan di dada.
Intan pun berbalik badan dan melihat Ricko sedang menatap dirinya dengan galak.
"Kerja kelompok dan jalan sama teman, Mas ...," jawab Intan jujur dengan sedikit ketakutan. Ia sadar kalau sudah pulang terlalu malam. Biasanya ia tidak pernah melakukan ini saat tinggal dengan orang tuanya.
Sebelum sempat Ricko bertanya lagi, Intan bergegas membuka pintu kamarnya lalu masuk dan menutup pintunya kembali dengan segera.
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Intan mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi karena dari tadi ia belum mandi. Ia berendam air hangat di dalam bathtub.
"Segarnya ...," gumam Intan sambil bersandar pada pinggiran bathtub.