Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Tangga Lain
Sejak Rangga, Hasbi, Bara, Fandi dan Bintang mondok di rumah Bu Fastaqima, kelima murid tersebut belajar menjadi lebih mudah, bagaimana tidak? Jarak rumah Bu Fastaqima ke sekolah hanya 1 kilometer. Sedangkan jika dibandingkan berangkat dari masing-masing rumah mereka ke sekolah bisa 2 sampai 3 kilometer.
Dan hari ini adalah hari Minggu, libur telah tiba. Pagi telah menampakkan sinarnya, masih sinar putih, karena matahari belum muncul. Baru selesai solat subuh Berjama'ah dari masjid mereka.
Mereka kembali ke rumah Bu Fastaqima bersama-sama. Sebagaimana kebanyakan kegiatan di pondok pesantren, mondok di rumah Bu Fastaqima pun juga begitu. Seusai solat Berjama'ah dimasjid, santrinya wajib tidak boleh tidur lagi sehabis subuh. Harus membaca Alquran selayaknya kalau ngaji seperti biasa.
Hanya saja bedanya kalau sehabis subuh yang ngaji sekarang ya hanya santri yang mondok saja.
Seusai ngaji Binnadhor subuh, tiba waktunya kultum subuh dan di isi oleh Bu Fastaqima langsung.
"Assalamualaikum wr wb...." sapa Bu Fastaqima dengan suara yang terdengar lantang karena menggunakan mikrofon.
"Waalaikumsalam wr wb...." jawab semuanya. Kelima murid itu maksudnya.
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa mewujudkan cita-cita TPQ ini, yang awalnya hanya sebuah lembaga tempat mengaji, tapi kini bisa menjadi sebuah lembaga pendok pesantren. Walaupun muridnya masih banyak enam orang. Tapi bagi saya itu tak masalah. Saya akan bimbing kalian ke enam orang menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara.
Bukan hanya itu, kalian dengan mondok disini tidak akan ada rasa malas malasan lagi, karena kalian akan diajarkan banyak hal, salah satu nya adalah tentang tata Krama."
Panjang lebar Bu Fastaqima ceramah di subuh itu, ""Kultum subuh ini memang pengantar untuk tidur ya rasanya..." ucap Bintang dalam hati, dimana dia kini sambil mendengarkan kultum Bu Fastaqima tapi dengan sayup sayup matanya hampir tertutup. Kantuk berat.
Kalau teman-teman nya yang lain tidak, mereka memang rajin. Terutama Bara, tampak seperti tak ada kantuk sedikitpun sehabis solat subuh, bergegas cekatan untuk menerima kultum subuh, wes pokoknya rajin lah.
"Bara" panggil Bu Fastaqima tiba-tiba memotong kultum nya.
"Iya Bu..." jawab Bara.
"Cubit Bintang! Udah mau keluar matahari gini masak masih ngantuk." ucap Bu Fastaqima sambil geleng-geleng kepala.
"Siap Bu" Bara tak tunggu lama langsung dia cubit Bintang dibagian lengannya. Seketika semua temannya pun tertawa terbahak-bahak.
...****************...
Saat Matahari mulai berada di tengah-tengah kepala jika berada dibawah sinarnya. Tepat saat itu juga ke enam murid itu kini sedang bersantai di pondok rumah Bu Fastaqima. Tiduran. Menatap langit-langit, sambil berbincang-bincang. Mengisi waktu luang, itu adalah hari ke sepuluh mereka mondok disana.
"Tak terasa ya kita mondok nya udah mau dapat 10 hari." ucap Fandi, membuka percakapan di siang bolong.
"Iya betul...." sahut mereka bareng-bareng.
Mereka ini tiduran sambil berbantalkan kedua tangan mereka masing-masing. Seusai solat dhuhur, jadi kini memang waktunya bersantai. Me time banget.
"Kita loh mondok masih SD loh, hebat kita ini." ucap Rangga.
"Iya.... tapi kita sepertinya murid pilihan beneran, karena kita jauh lebih mudah sekolah nya. Berangkat dan pulang dari sekolah dekat, sedangkan teman-teman yang lain nggak." ucap Bintang
"Ya betul itu.... Tapi...." kini Bara yang bicara, dia menghentikan kata-kata nya saat tanpa mereka sadari tatapannya menatap ke arah yang berbeda bukan di langit-langit lagi.
"Tapi apa?" tanya Bintang, karena Bara tak kunjung melanjutkan tapi nya, Bintang pun menoleh pada Bara dan di lihatnya Bara sedang melihat ke arah tembok dekat turunan tangga.
Dimana bersamaan dengan itu pula Bintang pun ikut tercengang melihat apa yang Bara lihat, bukan hanya Bara dan Bintang saja. Keempat teman yang lainnya juga turut tercengang melihat nya.
Karena bersamaan dengan itu mereka melihat ada pantulan sinar yang tak menyilaukan mata, namun menarik perhatian, dan yang membuat tercengang, dibalik pantulan sinar itu, memperlihatkan ada tangga lain di dekat tangga yang arah turun ke lantai bawah. Tangga lain itu bukan mengarah turun ke bawah, tapi.....
Tangga lain itu mengarah menjulang ke langit-langit atap rumah Bu Fastaqima. "Apa itu teman-teman! Yuk mendekat!" Ajak Bintang, seolah terhipnotis, Bintang mengajak dengan tubuhnya sudah berjalan lebih dulu ke arah tangga itu.
"Iya, apa ini? Sejak kapan ada tangga lain di rumah Bu Fastaqima? Kan cuma satu tangga buat turun ke bawah." ucap Hasbi kemudian.
Mereka pun berpikir terus sambil menatap tangga yang menjulang tinggi ke langit-langit itu. Saat mereka melihat tangga dengan mengikuti arah kemana ujung tangga itu, kelima murid itu pun mendongakkan kepalanya namun tetap tercengang. Karena yang mereka lihat, tangga nya...
"Tak berujung?" pekik Bara.
"Iya... Gak ada ujung nya" ucap Fandi.
Bintang pun mengawali, "Ayo daripada penasaran kita naik." ajaknya.
Rangga, Fandi, Hasbi, dan Bara pun mengikuti jejak Bintang, naik tangga lain itu yang mengarah ke langit-langit atas entah kemana.
Saat mereka mulai menaiki tangga, betapa terkagum-kagum nya mereka saat itu juga. Karena kini mereka melihat kanan kiri mereka seketika berubah menjadi rindang, banyak pepohonan yang membuat sejuk di pandang mata.
Kelima murid itu masih tercengang bahkan semakin tercengang, hingga tak ada satu pun dari mereka yang berkata-kata. Dari tangga lain dirumah Bu Fastaqima itu, mengarah ke arah langit yang memang benar-benar tak berujung.
Mereka naikin anak tangga demi anak tangga, satu persatu, malah semakin naik ke atas, semakin bagus pemandangan. Sesampainya mereka di tangga kesepuluh, mereka semakin merasa kalau mereka sudah pindah alam.
Kenapa tidak, sekarang yang mereka lihat adalah bagaikan taman yang indah, saat menoleh di kanan ada gemericik air terjun, indah sekali. Lengkap dengan tetumbuhan di samping kanan kiri air terjunnya.
Saat mereka menoleh ke kiri taman yang begitu indah, dedaunan, pohon, dan bahkan ada kursi untuk bersantai. Ini baru naik ke anak tangga kesepuluh.
Dan dari mereka tak satupun yang bergeming, hanya terus mengikuti arah anak tangga, saking tercengang nya mereka dengan semua pemandangan yang ada.
.
.
.
lanjutannya nanti ya 🥰
ternyata Hanya ilusi
sekalian Megawati ruangan
yo wes buk gk jadi aku jadi jomblo ae