Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Dia Masih Lucu Seperti Dulu
"Aku pergi dulu ya, Nirma. Benji sudah menjemputku" ucap Laura yang menuruni anak tangga. Sudah cantik dengan gaun hitam yang melekat di tubuhnya.
Nirma yang sedang mengelap meja, langsung menoleh pada Laura. Dia menghela nafas pelan. "Yaudah, hati-hati di jalan ya"
"Iya, Nirma"
Laura berjalan keluar Rumah, tersenyum kala melihat mobil Benji yang sudah terparkir di depan gerbang Rumahnya. Laura segera menghampiri.
"Hay, maaf menunggu ya"
Benji yang berdiri di dekat mobilnya itu, hanya tersenyum. Lalu, dia membukakan pintu mobil untuknya.
"Silahkan masuk Tuan Putri, kau cantik sekali malam ini"
"Haha, pastinya dong. Laura Jovanka tidak boleh tampil sederhana saat ada yang mengajak dinner"
Benji hanya terkekeh pelan dengan ucapan Laura yang selalu percaya diri seperti ini. Setelah memastikan gadis itu duduk dengan nyaman, Benji segera menutup pintu mobil. Berlari mengitari mobil dan segera masuk ke dalam mobilnya.
"Jadi, kita akan makan malam dimana?" tanya Laura. sambil menoleh pada Benji, mobil mulai melaju.
"Aku sudah pesan Restoran, semoga kamu suka"
"Aku bisa makan dimana saja kok. Lagian Nirma sering membawa aku makan di pinggir jalan bahkan, saat kita masih sekolah"
Benji tersenyum, dia melirik gadis disampingnya. Wajah yang cantik dan anggun, memang paling cocok sebagai seorang Desainer terkenal sekarang. Bahkan dia yang sering menjadi model untuk desainnya sendiri. Karena wajahnya yang begitu cantik dengan bentuk tubuh yang tinggi semampai. Rasanya semua pria akan tertarik hanya dengan melihatnya sekali saja.
"Baguslah, jadi aku tidak merasa tidak enak karena hanya membawa kamu ke Restoran biasa dan bukan Restoran berbintang"
"Apasih, lagian aku sudah bosan makan di Restoran berbintang. Makanannya terkadang lebih enak makanan di tempat-tempat sederhana seperti itu. Tapi, jangan sampai Daddy dan Mommy tahu tentang ini. Karena mereka akan menganggap aku mulai merendahkan standarku sendiri. Padahal karena mereka belum pernah saja makan di tempat seperti itu. Ya 'kan?"
Benji tersenyum saja, dia mengacak rambut Laura dengan gemas. Ketika gadis itu mulai bercerita maka selalu terlihat menggemaskan.
"Ish, apaan sih? Rambut aku rusak nanti" ucap Laura dengan wajah yang cemberut, tangannya merapikan kembali rambutnya. Meski begitu, ada debaran aneh dalam dirinya. Membuat dia tersenyum sendiri.
"Kamu menggemaskan"
Laura terdiam dengan wajah yang memanas, sudah dipastikan pipinya memerah sekarang. Sebuah kalimat yang keluar dari mulut Benji, terkadang sering membuatnya berdebar seperti ini.
Sampai di Restoran, Benji menggandeng tangan Laura dan membawanya masuk ke dalam. Duduk di meja dekat jendela yang sudah dia pesan sebelumnya. Laura menatap keluar jendela, pemandangan aktivitas malam hari di jalanan yang masih penuh di akhir pekan ini. Bahkan masih banyak orang-orang yang lalu lalang. Lampu jalanan dan juga dari ruko-ruko pinggir jalan menyala terang ditengah kegelapan malam.
"Suka gak? Disini makanannya juga enak"
Laura menoleh pada Benji, dia mengangguk dengan tersenyum penuh semangat. "Aku suka, tempatnya juga bagus. Oh ya, apa kamu sudah pesan makanannya?"
"Sudah, tunggu saja sebentar lagi. Sudah pasti kamu akan suka dengan makanannya"
Laura mengangguk, dia tersenyum pada Benji. Senyuman yang cantik sampai membuat Benji hanya mampu menatapnya dengan tubuh membeku. Seolah tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Laura.
*
Nirmala duduk di atas karpet depan meja, di atas meja ada sebuah laptop yang menyala. Dia sedang menonton drama kesukaannya. Satu toples kacang menjadi temannya menonton sekarang.
Sejenak dia hanya larut pada adegan penuh haru dalam drama yang sedang ditotonnya. Sampai seorang pelayan datang menghampirinya.
"Nona, itu ada Tuan Galen"
"Hah?!"
Nirmala langsung berdiri dengan kaget atas ucapan pelayan itu. Melihat seorang yang berdiri di belakang pelayan itu. Pria bertubuh tinggi tegap dengan balutan kemeja berwarna gelap di tubuhnya. Lengan kemeja yang di gulung sampai siku, jam tangan mewah terlihat melingkar di pergelangan tangan yang kekar.
Sejenak Nirmala malah terpesona dengan penampilan pria blasteran Inggris itu.
"Dimana Laura?"
Nirmala langsung mengerjap pelan, dia menggelengkan kepalanya saat dia malah terpesona dengan ketampanan Galen. Sekarang Nirmala berubah panik, bagaimana dia akan menjelaskan pada Galen, jika Laura pergi. Bukan masalah perginya, tapi gadis itu pergi dengan pria lain.
"Em... Tuan sudah kembali ternyata, apa Nona Muda tidak tahu tentang kepulangan Tuan Galen ini?"
Galen beralih duduk di sofa tunggal disana, melihat laptop yang menyala dan juga satu toples kacang yang berada di dekat laptop. Galen menoleh dan menatap pada saudara angkat kekasihnya ini yang masih saja berdiri ditempatnya.
"Jadi, dimana Laura?"
Tangan Nirmala meremas celana panjang yang dia gunakan. Dia bingung harus mengatakan apa sekarang. Nirmala jadi panik sendiri sekarang.
"Em.. Nona Muda sedang ada urusan, dia pergi keluar"
Galen menatap Nirmala dengan mata tajamnya. Membuat gadis itu hanya menunduk diam. Jantungnya sudah berdebar sekarang.
"Em.. Saya ambilkan dulu anda minum, Tuan"
Nirmala sudah ingin melangkah melewati Galen, namun tiba-tiba tangannya di tarik hingga tubuh mungilnya terjatuh. Bukan terjatuh ke atas lantai atau sofa, tapi ... Aaa ... Dia terjatuh di atas pangkuan Galen sekarang. Bahkan kepalanya beradaa di atas dadanya sekarang. Menempel pada dada bidang pria itu, sampai dia bisa mendengarkan detak jantung pria itu.
Nirmala mendongak dan seketika tatapannya beradu dengan sepasang mata tajam dengan bola mata coklat itu. Jantung Nirmala langsung berdetak kencang sekarang.
"Kau lemah sekali, padahal aku hanya menarikmu sedikit saja. Kenapa kau sampai terjatuh. Ah, maklum saja karena tubuhmu sangat mungil"
Mata Nirmala berkedip kaget, lalu dia segera bangun dari atas tubuh pria itu. Sedikit merapikan rambutnya, padahal sebenarnya rambutnya tidak papa. Dia hanya gugup saja.
"Maaf Tuan, saya permisi dulu"
Nirmala segera berlalu dari sana. Memegang dadanya yang masih berdebar sampai sekarang.
"Duh Nirma, kenapa bisa jatuh begitu sih. Memalukan sekali" Nirmala terus mengutuki dirinya sendiri. Memegang pipinya yang terasa panas sekarang.
Sementara di ruang tengah, Galen hanya tersenyum tipis. Melihat tingkah gadis itu, membuatnya sedikit merasa lucu.
"Dia masih saja lucu seperti dulu"
Bayangan ketika masa kecil, dimana Laura membawa seorang gadis dengan pakaian sekolah dasar yang berantakan. Rambutnya yang sebagian juga keluar dari ikatan. Hal itu membuat Galen merasa lucu.
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪