abella dan sembilan teman dekatnya memutuskan untuk menghabiskan liburan musim dingin di sebuah kastil tua yang terletak jauh di pegunungan. Kastil itu, meskipun indah, menyimpan sejarah kelam yang terlupakan oleh waktu. Dengan dinding batu yang dingin dan jendela-jendela besar yang hanya menyaring sedikit cahaya, suasana kastil itu terasa suram, bahkan saat siang hari.
Malam pertama mereka di kastil terasa normal, penuh tawa dan cerita di sekitar api unggun. Namun, saat tengah malam tiba, suasana berubah. Isabella merasa ada yang aneh, seolah-olah sesuatu atau seseorang mengawasi mereka dari kegelapan. Ia berusaha mengabaikannya, namun semakin malam, perasaan itu semakin kuat. Ketika mereka semua terlelap, terdengar suara-suara aneh dari lorong-lorong kastil yang kosong. Pintu-pintu yang terbuka sendiri, lampu-lampu yang padam tiba-tiba menyala, dan bayangan gelap yang melintas dengan cepat membuat mereka semakin gelisah.
Keesokan harinya, salah satu teman mereka, Elisa, ditemukan t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Malam yang Gak Ada Habisnya
Zoe mondar-mandir di dalam pos kecil itu, sementara Isabella duduk dengan tangan gemetar sambil terus ngeliatin foto di tangannya. Di foto itu, wajah mereka berdua kayak ngeliatin balik, kayak hidup. Tapi tanda silang merah yang ada di wajah teman-teman mereka bikin semuanya terasa makin suram.
"Ini nggak masuk akal, Bella!" Zoe berhenti dan nunjuk foto itu. "Gimana bisa ada foto kita di kastil? Siapa yang ngambil? Dan kenapa semua teman kita udah disilang?!"
Isabella nggak langsung jawab. Matanya masih terfokus ke tulisan kecil di sudut foto. "Hanya mereka yang tahu rahasia yang akan bertahan." Kalimat itu terus terngiang-ngiang di otaknya, kayak alarm yang nggak bisa dimatikan.
"Ada yang lebih besar dari ini, Zo," kata Isabella pelan. "Gue nggak tahu siapa mereka atau apa yang mereka mau, tapi jelas kita udah kejebak di permainan mereka."
Zoe berhenti. Wajahnya pucat, matanya mulai berair. "Permainan? Lo pikir ini semua cuma permainan buat mereka? Teman-teman kita udah mati, Bella! Kita nggak bisa terus kayak gini."
"Makanya kita harus ngerti, Zo!" Isabella berdiri, suaranya meninggi. "Mereka nggak bakal berhenti sampai kita ngerti apa yang mereka mau. Atau mungkin..."
Zoe ngelotot. "Atau apa?!"
"Atau mungkin kita bagian dari ini semua," bisik Isabella, matanya kosong.
Zoe terdiam. Dia mau menyangkal, tapi di lubuk hatinya, ada sesuatu yang juga bilang kalau ini semua lebih rumit dari yang mereka kira.
---
Munculnya Petunjuk Baru
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar lagi di luar. Isabella langsung megang tangan Zoe dan narik dia ke sudut ruangan.
"Dia balik lagi," bisik Zoe.
"Diem dulu," jawab Isabella, matanya nyari sesuatu yang bisa mereka pakai buat bertahan.
Tapi anehnya, suara langkah itu berhenti di depan pintu. Nggak ada suara ketukan, nggak ada suara kapak, cuma hening.
"Lo pikir dia masih di sana?" Zoe nanya, suaranya pelan banget.
Isabella nggak jawab. Dia ngendap-ngendap ke jendela dan ngintip lewat celah kecil. Tapi yang dia liat bikin dia bingung.
Nggak ada siapa-siapa di luar.
"Dia hilang?" Zoe ikut ngintip, tapi dia juga nggak nemuin apa-apa.
"Atau dia nyiapin sesuatu," Isabella mencoba mikir keras. "Kita nggak bisa diem di sini selamanya, Zo. Kita harus keluar dan cari jalan keluar."
"Lo serius?!" Zoe langsung panik. "Kita bakal ketemu dia lagi di luar sana! Lo tau kan gimana—"
Sebelum Zoe selesai ngomong, sesuatu jatuh dari langit-langit pos. Suara itu bikin mereka berdua langsung melompat mundur.
"Itu apaan?!" Zoe berteriak sambil menunjuk ke lantai.
Isabella mendekat dengan hati-hati. Di lantai ada gulungan kertas tua yang kelihatannya udah usang banget. Dia ngebukanya pelan-pelan.
Tulisan di kertas itu bikin mereka berdua makin bingung.
"Di dalam kastil, semua jawabannya ada. Tapi jika kau mencari, kau mungkin tak akan pernah keluar."
---
Kembali ke Awal
"Kastil?! Serius?! Kita harus balik ke tempat itu?!" Zoe hampir nangis lagi.
"Lo pikir gue mau?" Isabella balas sambil ngelempar gulungan itu ke meja. "Tapi kertas ini bilang jawabannya ada di sana. Kalau kita nggak balik, kita nggak bakal tahu apa yang sebenernya terjadi."
"Atau kita bakal mati," Zoe nyela.
Isabella diem sebentar. Dia tahu Zoe punya poin, tapi di sisi lain, rasa penasarannya terlalu besar buat diabaikan. "Lo mau ngelakuin ini atau nggak, Zo? Kalau lo mau kabur, silakan. Tapi gue nggak bisa diem dan nggak ngelakuin apa-apa."
Zoe ngehela nafas panjang. "Gue benci lo, tau nggak?" katanya akhirnya. Tapi dia juga ngambil jaketnya dan berdiri di samping Isabella.
"Thank you," kata Isabella sambil mencoba senyum kecil.
Mereka berdua akhirnya keluar dari pos, menuju hutan yang gelap. Langkah mereka pelan, tapi hati mereka penuh ketakutan.
---
Bayangan di Balik Pohon
Sepanjang jalan, mereka terus waspada. Setiap suara ranting patah atau daun jatuh bikin mereka langsung berhenti dan nengok ke belakang. Tapi anehnya, nggak ada apa-apa.
"Hutan ini nggak biasa, Bella," Zoe akhirnya ngomong. "Gue nggak ngerti kenapa, tapi ini nggak kayak hutan yang gue kenal."
Isabella mengangguk, tapi nggak ngomong. Dia juga ngerasa ada yang aneh, kayak ada sesuatu yang terus ngikutin mereka dari bayangan.
Setelah beberapa jam jalan, akhirnya mereka sampai di kastil. Bangunan tua itu masih berdiri kokoh, tapi sekarang terasa lebih menyeramkan daripada sebelumnya.
"Kita beneran mau masuk lagi ke sini?" Zoe berbisik.
"Lo sendiri tahu kita nggak punya pilihan," jawab Isabella.
Mereka masuk pelan-pelan, suara langkah kaki mereka bergema di lorong yang gelap. Tapi baru beberapa meter, mereka ngeliat sesuatu yang bikin mereka langsung berhenti.
Di tengah lorong, ada tubuh salah satu teman mereka yang tergeletak. Darahnya masih segar, dan di sebelah tubuh itu ada tulisan di lantai yang dibuat dari darah:
"Kalian selanjutnya."
Zoe langsung mundur, tangannya nutup mulut. "Bella... kita harus keluar dari sini sekarang."
Tapi sebelum Isabella bisa jawab, suara langkah kaki berat terdengar lagi, kali ini dari arah belakang mereka.
Mereka langsung berbalik, tapi nggak ada siapa-siapa.
"Bella, gue takut..." Zoe mulai nangis lagi.
Isabella mencoba tenang, tapi matanya terus memandang ke lorong yang gelap. Dia tahu mereka nggak sendirian di sini.
Dan sekarang, dia cuma bisa berharap mereka bisa bertahan malam ini.