Seorang Ceo muda karismatik, Stevano Dean Anggara patah hati karena pujaan hatinya sewaktu SMA menikah dengan pria lain.
Kesedihan yang mendalam membuatnya menjadi sosok yang mudah marah dan sering melampiaskan kekesalan pada sekretaris pribadinya yang baru, Yuna.
Yuna menggantikan kakaknya untuk menjadi sekretaris Vano karena kakaknya yang terluka.
Berbagai macam perlakuan tidak menyenangkan dari bos nya di tambah kata-**** ***** sering Yuna dapatkan dari Vano.
Selain itu situasi yang membuat dirinya harus menikah dengan Vano menjadi mimpi terburuk nya.
Akankah Vano dan Yuna bisa menerima pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Loh kok ada di sini?"
"Iya kak, Riana nyusul aku, katanya kangen. Ih sweet banget emang dia." Vano menatap Riana yang diam saja tidak menyapa dirinya seperti biasa. Ia paham gadis itu masih kesal padanya.
"Oh iyah kak, kakak yang sabar yah. Move on kak!" goda Vani pada kakaknya.
"Diam kamu! ponakan kakak mana?"
"Ada sama mertua ku, aku tinggal di sana."
"Kebangetan kamu dek, nanti mereka nangis nyariin kamu."
"Nggak lah, orang ada Devan ini. Riana nggak nyaman kalau nginep di rumah mertua ku."
"Alah bilang aja kamu males nginep di sana. Iya kan?:
"Hehehe iyah juga sih."
"Na diem aja, sariawan kamu!" Riana hanya melengos. Vano yang melihat respon sang adik pun hanya menghela nafas.
Sementara Riana sudah bertekad akan melakukan rencana nya malam ini. Pokoknya tidak boleh gagal.
***
Vano tidak bisa tidur, ia membayangkan apa yang terjadi pada Juwita dan Rayyan malam ini sampai membuatnya begitu marah.
"Sial!"
Pria itu turun ke bawah pergi ke Bar dan duduk di sana, tidak minum hanya ada keramaian agar dia tidak semakin sakit memikirkan Juwita.
Tes.
Vano menengah wajahnya, ia sudah mencoba untuk ikhlas. Tapi memang tidak mudah!
Bruk.
Ada yang duduk di samping Vano, Vano tersenyum karena itu adik angkatnya. "Kenapa? gak bisa tidur juga?"
Riana memegang dua minuman yang satu nya sudah ia campur dengan sesuatu, malam ini ia ingin Vano jadi miliknya selamanya.
"Kamu masih marah sama kakak?"
"Kakak tanya?"
"Maaf Na."
"Sakit hatiku kak. Kakak yang bikin aku ngerasain apa itu patah hati untuk pertama kali nya!"
"Maaf."
"Kenapa sih kak? Apa aku kurang cantik?"
"Bukan Na, tapi emang kakak nggak ada rasa sedikit pun sama kamu."
Jleb.
Tidak bisakah Vano berbohong sedikit agar ia senang? itupun tidak bisa di lakukan pria itu. Riana hendak meminum cocktail miliknya namun gelasnya langsung di rebut.
"Heh, anak kecil gak boleh minum ini!"
"Apa sih kak! kembalikan! aku sakit hati! aku mau lupain masalah aku!" Vano menegaknya sampai habis, ia tidak suka punya adik pemabuk.
"Kakak minta maaf Na, kamu cantik. Banyak pria yang menunggumu di luar sana. Kamu cuman belum mengenal mereka saja." Riana menunduk, selama ini ia memang tidak pernah mau di ajak berkenalan dengan lawan jenis, dunia nya hanya berpusat pada kakak angkatnya. Ia sudah mendapatkan semua perhatian dan kasih sayang Vano, ia tidak butuh dari lelaki lain. Ia sudah mendapatkan semuanya dari kakak nya. Jadi apa salahnya jika ia berharap pada Vano?
"Kakak sendiri minum!"
"Kakak kan satu tahun lebih tua dari kamu. Jadi boleh hehee." Jangan lupakan kalau Vano tidak kuat minum alkohol. Pria itu akan langsung mabuk dengan beberapa teguk saja.
"Ck tidak adil!" Riana mengambil gelas satu nya lagi, namun seperti tadi langsung di rebut dan di minum oleh sang kakak. Kali ini Riana tersenyum smirk karena umpannya di makan.
"Anak nakal, sana kembali ke kamarmu saja!"
"Nggak!"
"Kembali dan tidur Riana! Nurut sama kakak!"
"Nggak mau! Apa sih kak! Ngatur mulu jadi orang!" Vano tak menjawab lagi pemuda itu mulai meracau. Riana yang melihat itu kehilangan karena obatnya sudah mulai bereaksi.
"Kakak ngantuk, kamu duduk aja Na! awas kalau kakak tau kamu minum! kartu kamu kakak bekukan!" ancam Vano tidak main-main. setelah nya melangkah menuju kamarnya dengan langkah sempoyongan. Riana tersenyum lebar mengikuti kakaknya dari belakang.
"Ah... panas sekali, apa hotel ini tidak ada AC nya?" gerutu Vano kesal sambil berusaha membuka ikatan dasi di leher.
"Apa yang terjadi denganku?" Vano tidak mengerti kenapa tubuhnya terasa sangat panas dan pusat tubuhnya terasa sakit. Ia harus sampai ke kamar, ia butuh air dingin.
Ceklek...
Vano sampai di kamarnya dan langsung melucuti semua kain di tubuhnya, pria itu melangkah menuju kamar mandi dan berendam di bathtub dengan air dingin. Riana sendiri duduk manis di atas ranjang, dan hanya memakai kain tipis untuk menutupi tubuhnya.
"Sial!" Vano sudah kedinginan namun rasa sakit di pusat tubuhnya tidak menghilang sama sekali, ia butuh pelampiasan. Tapi bagaimana caranya?
"Aarrrgh! Apa yang terjadi sebenarnya! kenapa tubuhku seperti ini!" Vano meninju tembok sampai tangan nya sakit, dan tetap tidak ada yang berubah. Ia bangun menyambar handuk dan keluar dari kamar mandi, netra Vano di buat tidak percaya dengan pemandangan di atas kasurnya. Adiknya! Adik angkatnya!
"Riana! Apa yang kau lakukan? kenapa pakai baju seperti itu?" marah Vano, ia tidak pernah mengajari kedua adiknya berpakaian seperti yang tengah gadis itu lakukan.
"Kenapa kak? bukankah aku cantik?" Riana melakukan berbagai pose yang menggoda dan itu sukses membuat Vano gila! sampai Vano memukuli kepalanya sendiri.
"Berhenti dek! keluar dari kamar kakak sekarang!"
"Kak..." Bukannya menurut Riana malah mendekati nya! mendekatinya yang sedang tegang-tegangnya ini. "Kak, aku bisa bantu kakak."
"Bantu apa hah! jangan bilang? Ini kelakuan kamu, Riana!" Riana melengos, rasanya tidak sanggup menatap mata kakaknya yang memandang dirinya dengan penuh kekecewaan.
"Ayo kakak! aku bisa bantu kakak." Riana berusaha memeluk Vano.
"Lepas! ini tidak benar. Kita kakak adik Na!" Riana memeluk Vano dari belakang dan menggerayangi tubuh tegap kakak tercintanya meski dirinya juga dikuasai rasa takut sampai tangannya gemetar.
"Lepas! kakak bilang lepas Riana! gila kamu ya!" sentak Vano, pria itu membalikan tubuhnya lalu mencengkram pundak adiknya.
"Gak kak! Kakak punya aku. Ayo kak."
"Ayo! Ayo! Apa! Otakmu ini! Apa yang kamu pikirkan hah!"
Tak!
Vano menyentil kening Riana keras-keras karena kesal. Vano berbalik, meski ia sedang mati-matian menahan dirinya ia masih waras untuk tidak melampiaskan nya pada adik angkatnya, bisa-bisa ia di gosok oleh Ayahnya nanti. Apalagi mengingat ibunya sangat menyanyangi gadis itu.
"Kak... hiks, kenapa ka? kenapa? aku cinta sama kakak!" Riana mengejar Vano yang berjalan sempoyongan dengan mudah, menghadang Vano dan meraih tengkuknya berusaha menyatukan bibir mereka, namun Vano terus mengelak hingga ciuman Riana meleset ke rahang nya.
"Kamu gila Na!" umpat Vano frustasi.
"Karena kakak! kak! terima aku kak! ayo aku bisa tolong kakak."
Vano mengangkat Riana menjatuhkan gadis itu kr ranjang, Riana tersenyum kegirangan mengira rencananya berjalan lancar, namun yang terjadi selanjutnya membuat ia menganga. Kakak nya malah menggulung tubuhnya dengan selimut lalu dengan cepat kabur keluar kamar hotel dan menguncinya dari luar.
"Kak! kakak! buka kak ! buka pintu nya! kak!" Riana dengan kepayahan bangkit dan menggedor-gedor pintu. Vano mengusap rambutnya hingga berantakan, sekarang ia bingung bagaimana meredakan panas dalam tubuhnya yang masih membara.
"Aargghh! Apa yang ada di pikiran gadis itu. Berani sekali mengerjaiku sampai seperti ini. Keterlaluan!" Vano tak menyangka Riana nekat demi mendapatkan dirinya.
Yuna yang baru saja jalan-jalan di sekitar hotel menatap aneh pada tuannya yang uring-uringan di depan pintu.
"Dasar pria aneh! apa tidak malu!" Yuna tak habis pikir, entah apalagi drama yang anak kecil itu lakukan dengan hanya memakai handuk saja di depan pintu kamar.
"Tuan!" Yuna berjalan mendekat.
Tap.
Tap.
Tap.
"Tuan apa yang Tuan lakukan? Anda mau viral ya? Seorang Ceo Anggara Company berkeliaran di hotel cuman pakai handuk! Malu tuan! masuk tuan! dasar! jangan bikin malu deh!" Vano sudah menahan diri habis-habiskan dan rasanya ia tidak kuat lagi,.entah berapa dosis yang di masukan Riana ke dalam minumannya sampai ia jadi begini. Pusat tubuhnya, demi Tuhan!
"Tuan malah diam saja! anda keturunan jin hotel apa bagaimana?" Yuna mulai dongkol karna Vano malah menatap nya macam singa kelaparan, apaan coba maksudnya! Yuna meneliti penampilannya sendiri. Rapih dan tidak ada yang aneh.
"..."
"Halo tuan! Tuan! Ck dasar!" Yuna mendekat lagi dan memegang lengan berotot pria yang selalu ia anggap anak kecil itu dan berusaha menyadarkannya. Siapa tau kan memang kerasukan jin penunggu hotel. Niatnya akan ia bacakan ayat kursi kalau pria itu masih bertingkah aneh.
"Tuan! Ah sudahlah, tidur tuan! sudah malam!" Yuna tidak peduli hal apa yang sedang Vano lakukan, ia sudah sangat mengantuk. Yuna masuk ke dalam kamar tanpa menduga pria berbadan atletis itu mengikuti di belakangnya.
"Loh Tuan! Kenapa masuk kamar saya? kamar Tuan kan ada di sebelah!" Yuna panik apalagi Vano tetap dalam mode diamnya pria itu kelihatan mengerikan sekarang.
Vano semakin mendekati Yuna, obat itu sudah mengendalikan pikirannya, yang ada di otaknya sekarang bagaimana caranya ia terlepas dari perasaan menyiksa ini.
Drap
Drop
Drap
Yuna melangkah mundur dengan perasaan takut dan sedikit gugup.
"Tuan jangan macam-macam ya! Pergi dari kamar saya!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...