Rini terpaksa harus menikah dengan seorang pria koma demi menyelamatkan anaknya yang di sekap oleh ibu tirinya, namun siapa sangka jika pria tersebut adalah seorang yang dulu menghamilinya. Bagaimana kisah Rini selanjutnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Gala dan Rakyat Jelata
"Ada kabar gembira Tuan," ucap Reynold menghampiri Carlen
"Katakan saja,"
"Akhirnya dokter Hanggarini akan membuka praktik juga, dan kabar gembiranya dia juga mengundang anda untuk acara pembukaan tempat praktiknya," jawab Reynold
"Syukurlah, Akhirnya sebentar lagi aku bisa berjalan lagi!" sahut Carlen
"Tuan, ada telpon dari sekolah Gala," ucap Reynold memberikan ponselnya kepada Carlen
Pria itu langsung mengambil ponselnya dan mendengarkan ucapan penelpon.
Wajahnya seketika memerah dan tangannya bergetar.
"Ada apa Tuan?" tanya Reynold
"Gala jatuh dari tangga, sekarang dia sedang di bawa ke rumah sakit," jawabnya gusar
"Kalau begitu kita kesana sekarang," Reynold langsung memutar kursi roda Carlen menuju ke rumah sakit tempat Gala di rawat.
#Rumah sakit Harapan Sehat
Rini tampak berlari menuju ke ruang IGD untuk menemui Gala. Wanita itu terlihat begitu panik begitu mengetahui kondisi sang anak sambung.
Maudy langsung menyambutnya saat melihat kedatangannya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Rini dengan nafas tersengal-sengal
"Dia masih kritis dan masih menunggu transfusi darah, kebetulan stok darah di rumah sakit habis jadi aku harus mencari di tempat lain," jawab Maudy dengan wajah gusar
"Apa golongan darahnya?" tanya Rini
"A+,"
"Golongan darah ku juga A+, aku bisa mendonorkan darah ku untuknya!" seru Rini
Wanita itu segera masuk ke ruang UGD dan menemui dokter. Ia pun segera menyampaikan keinginannya untuk menjadi pendonor untuk putranya itu.
Tidak lama dokter membawa Rini dan Gala ke ruangan khusus untuk melakukan transfusi darah.
Maudy begitu bahagia saat mengetahui kondisi cucunya seketika membaik setelah mendapatkan transfusi darah dari menantunya.
Wanita itupun tak berhenti berterimakasih kepada Rini karena sudah menyelamatkan cucu semata wayangnya.
"Terimakasih banyak ya Ririn, kalau gak ada kamu aku gal tahu Bagaimana nasib Gala. Kami berhutang nyawa padamu, sekali lagi terimakasih," ucap Maudy
"Iya sama-sama Ibu," jawab Rini dengan santai
"Oh iya satu lagi, namaku Rini ya bukan Ririn, ingat itu, aku akan marah jika ibu masih memanggil ku Ririn lagi!" imbuhnya membuat Maudy langsung tertawa kecil
Tidak lama Carlen pun datang bersama dengan Reynold. Pria itu langsung menghampiri Gala yang masih tak sadarkan diri di brangkarnya.
"Bagaimana kondisi Gala Bu?" tanyanya panik
"Sekarang ia sudah melewati masa kritisnya berkat Rini. Untung ada Rini yang mendonorkan darahnya sehingga Gala bisa selamat," jawab Maudy
"Apa, Rini mendonorkan darahnya untuk Gala??" tanyanya dengan wajah tak percaya
"Hmm," jawab Maudy mengangguk
Bukannya senang dan berterimakasih karena Rini sudah menyelamatkan putranya, Carlen justru marah dan memarahi istrinya itu.
"Bukankah sudah ku bilang padamu, jangan pernah mendekati putraku. Apa kau pikir dengan menjadi pahlawan kesiangan seperti sekarang aku akan merubah sikap ku padamu. Jangan bermimpi Rini, aku sama sekali tidak akan pernah menyukai mu," tandas Carlen
"Ok, sorry aku minta maaf, karena sudah lancang memberikan darah rakyat jelataku kepada putra mu. Kalau bisa diambil lagi darahnya nanti saya minta dokter untuk mengeluarkan darahku dari tubuh putramu," jawab Rini kemudian beranjak dari ranjang dan memilih pergi meninggalkan ruangan itu.
"Alen, kamu gak boleh berkata seperti itu pada Ririn, kalau bukan karena dia Gala bisa saja kehilangan nyawanya, kamu harusnya berterimakasih kepada Ririn bukan malah memarahinya. Ingat kamu sudah berhutang nyawa dua kali padanya !" seru Maudy membelanya
"Apa maksud Ibu!"
"Pertama Ririn sudah menyelamatkan Gala saat seorang pembunuh bayaran hendak membunuhnya, dia juga sudah membuatmu sadar dari koma. Dan hari ini dia juga menyelamatkan Gala dengan mendonorkan darahnya karena stok darah di rumah sakit habis. Bahkan ibu sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencari di bank darah namun belum ada kabar sampai sekarang. Kalau kita harus menunggu darah dari bank darah mungkin putramu sudah mati sekarang," jawab Maudy
Carlen pun terdiam, pria itu terlihat menyesali perbuatannya. Ia pun menyuruh Reynold untuk mengejar Rini, namun sayangnya pria itu sudah kehilangan jejaknya.
Malam harinya Carlen terlihat begitu cemas. Ia masih duduk di ruang tamu sambil terus menatap keluar pintu.
"Sudah jam segini, sepertinya Nyonya Rina tidak pulang malam ini," ucap Reynold
"Bagaimana kau bisa tahu?" sahut Carlen
"Itu karena biasanya dia selalu pulang tepat waktu Tuan,"
"Kalau begitu kita datangi saja tempat kerjanya, untuk memastikan apa dia sudah pulang atau belum?"
"Baik, Tuan,"
Reynold pun segera mendorong kursi roda Carlen keluar ruangan. Namun tiba-tiba Carlen meminta Reynold untuk memutar balik kursi rodanya.
"Sepertinya aku berubah pikiran. Aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi sebaiknya antar aku ke ruang kerja saja," tandasnya
"Baik, Tuan!" jawab Reynold
Sementara itu, Rini yang merasa sangat lelah segera masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya tanpa melihat apapun di sekitarnya.
Sementara itu mendengar ada seseorang yang masuk ke kamar atasannya membuat Reynold langsung keluar untuk melihat siapa yang datang.
Ia tersenyum saat melihat Rini meringkuk di ranjang.
Reynold pun segera kembali dan menemui Carlen di ruangannya.
"Tuan, Nyonya sudah pulang, tapi sepertinya dia sangat kelelahan hingga salah masuk kamar. Apa saya harus memindahkannya ke kamar tamu?" ucapnya
Carlen menarik nafas dalam-dalam.
"Biarkan saja, kali ini aku memaafkannya karena dia tidak sadar. Sepertinya aku juga sudah selesai mengerjakan pekerjaan ku. Kamu boleh istirahat, karena aku juga ingin tidur," sahut Carlen
"Baik Tuan, selamat malam dan selamat beristirahat," jawab Reynold kemudian pamit pergi
Melihat sang asisten sudah pergi, Carlen segera menuju ke ruang tidur. Ia tersenyum saat melihat Rini yang tidur menganga di ranjangnya.
"Dasar udik, bisa-bisanya kamu salah kamar, apa kamu sengaja agar bisa tidur denganku!" gerutunya
"Berisik!" seru Rini tiba-tiba melempar bantal kearah Carlen.
Seketika wajah Carlen berubah merah. Pria itu tampak begitu kesal saat Rini melempar bantal kearahnya.
"Sial, kenapa dia selalu membuat ku kesal!" teriaknya kemudian melempar kembali bantal itu kearahnya
"Rasakan itu!" pekiknya
Karena kesal dengan kelakuan sang istri Carlen pun memilih tidur di kursi roda.
Pagi menjelang, suara kicau burung membuat Rini segera terbangun. Ia tampak terkejut saat mendapati dirinya tidur di kamar suaminya. Ia semakin panik saat melihat Carlen masih tertidur di kursi rodanya.
"Astoge, kenapa aku bisa salah kamar. Pantas saja pangeran tidur tidak mau tidur di ranjang. Dia pasti ill feel tidur dengan rakyat jelata seperti ku, aku harus buru-buru pergi sebelum ia bangun. Aku males mendengar omelannnya!"
Rini segera turun dari ranjangnya. Sebelum pergi ia mengambil selimut dari ranjangnya dan menyelimuti Carlen yang tampak kedinginan.
"Biar keliatan romantis kaya drakor, kali aja si pangeran tidur lumer hatinya dan gak jadi marah," tandasnya kemudian berlari pergi.
Sementara itu Carlen tampak tersenyum mendapati perlakuan manis sang istri.