Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Namira segera menyudahi kesedihannya, dan mulai mengemasi semua baju-bajunya dan juga baju Sean, sejenak ada hati rindu terhadap orang tua dan juga sahabatnya yang baru saja pergi menghadap Sang Kuasa, untuk sekarang Namira tidak mempunyai upaya meminta kepada seseorang agar mengasihi dirinya.
Kalau memang kehadirannya tidak di terima maka perempuan hamil itu akan berpindah tempat sekarang juga, tanpa harus mengemis ataupun menarik simpati agar orang lain peduli terhadap dirinya.
"Baiklah aku terima semua ujian yang sekarang tengah aku hadapi, anakku yang kuat ya Nak, tetap bertahan di perut ibu meskipun dunia begitu keras menghakimi dirimu yang masih di dalam kandungan," ucap Namira sambil mengelus seraya mengajak bayinya itu berbicara.
Pukul sudah menginjak jam sepuluh siang, Sean pun sudah tiba dari sekolah, dengan di antar ibu dari temannya, sejenak Sean merasa bingung dengan dua koper yang sekarang ada di dalam kamar kost nya itu.
"Assalamualaikum Tante," ucap Sean.
"Walaikumsalam, anak pintar sudah pulang," sahut Namira.
"Tante, koper ini mau di bawa kemana?" tanya anak itu dengan heran.
"Sayang, koper ini punya Tante dan juga Sean, mulai sekarang kita akan pindah dari tempat ini," ucap Namira memberi tahu.
"Loh, kenapa harus pindah Tante?" telisik Sean.
"Begini Sayang, kost ini mau di renovasi jadi sebagian warga yang ada di sini harus mengungsi dulu," terang Namira yang tidak ingin anak sekecil Sean tahu dengan urusan orang dewasa.
"Oh begitu, tapi jangan jauh-jauh ya, karena Sean ingin ke makam ibu setiap hari," pinta anak itu yang membuat hati Namira menjadi bingung sendiri, pasalnya dia sudah meminta bantuan kepada temannya untuk mencarikan kost terdekat namun kata mereka untuk saat ini tidak ada kost yang kosong.
'Ya Allah ini bagaimana saya, sudah mencari info tentang kost terdekat namun apalah daya untuk saat ini masih belum ada tempat yang kosong, apa mungkin mereka sengaja menutupi semua dariku, ah sudahlah, aku tidak mau bersuudzon,' batin Namira.
"Sayang, untuk saat ini kamu ikut dengan Tante Namira ya, di kampung halaman Tante di Jawa Timur sana, soalnya habis ini Tante melahirkan jadi Tante perlu saudara untuk membantu Tante merawat dedek bayi," terang Namira.
"Oh begitu, ya sudah terserah Tante saja yang terpenting Sean ikut dimanapun Tante berada," sahut anak itu yang akhirnya mau mengerti dengan keadaan Namira.
Namira pun kini sudah bersiap dan berpakaian rapih begitu juga dengan Sean, sebelum memutuskan untuk meninggalkan kota ini, Namira dan juga Sean menyempatkan diri untuk mendatangi makam kedua orang tuanya dan juga makam Loly untuk yang terakhir kalinya.
Di hadapan pusara bapak dan ibunya Namira menyelipkan sebuah doa, selesai berdoa Namira pun langsung menaburkan bunga diatas pusara kedua orangtuanya.
"Ibu, Bapak, tenang ya di surga, mungkin setelah ini Namira akan meninggalkan kota ini untuk sementara waktu, maafkan Namira ya, mungkin setelah ini Mira sudah tidak pernah mengunjungi tempatmu ini, tapi tenang saja doaku selalu menyertaimu Ibu, Bapak," ucap Namira setelah itu meninggalkan makam kedua orang tuanya.
"Sayang, ayo sekarang kita ke makam ibumu," ajak Namira yang di angguki oleh Sean.
Saat ini keduanya sedang berjalan menuju makam Loly, kedua orang itu, mulai menitihkan air mata karena harus meninggalkan kota ini di saat jasad Loly baru satu hari di kubur.
Kali ini di hadapan makam temannya itu Namira sudah tidak kuasa lagi menahan Isak tangisnya, tidak tahu kenapa di dalam hatinya merasa kecewa, hancur, karena harus meninggalkan tempat ini secara tiba-tiba.
"Loly, maaf ya mungkin hari ini terakhir aku mengunjungi makam mu, maafkan aku yang harus membawa anakmu jauh dari sisimu," ucap Namira sambil meneteskan air matanya.
"Ibu, Sean datang lagi, tidur yang nyenyak ya, semoga suatu hari nanti Sean dan Tante bisa berkunjung kembali ke sini," ucap anak itu seakan mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi.
"Sean mari Sayang, kita lanjutkan perjalanan, karena sebentar lagi turun hujan," ajak Namira sambil menggandeng tangan Sean.
Namira pun mulai menaiki taksi yang sedari tadi sudah menunggunya di depan makam, melihat sesekali kota ini yang sedari kecil sudah dia huni dan sekarang harus meninggalkan dengan deraian air mata yang membasahi pipi.
"Selamat tinggal kota Jakarta, mungkin suatu saat nanti aku akan kembali lagi ke sini," harapan Namira.
*******
Bandara Juanda Surabaya, saat ini keduanya tengah ada di sebuah kota pesisir yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, di sinilah kampung halaman kedua orang tua Namira, semoga di tempat baru ini Namira bisa hidup dengan damai tanpa adanya penolakan lagi dari warga.
"Sayang, selamat datang ya di rumah Tante," ucap Namira kepada Sean.
"Wah rumah Tante cukup besar dan tidak sempit seperti kost Sean," sahut anak itu yang merasa senang tinggal di rumah lama Namira.
"Ini rumah Sayang, jadi tempatnya sedikit luas kalau kost memang ukurannya segitu Sayang, baiklah, Tante senang dengernya," ungkap Namira yang melihat Sean seperti bahagia tinggal di kampung halamannya.
Pintu rumah sudah terbuka, di sini Namira mulai meletakkan koper di kamar, beruntung rumah ini tidak terlalu kotor karena ada saudara dari ibu Namira yang selalu membersihkan rumah ini satu Minggu sekali.
Suasana rumah yang begitu asri dan langsung membentang ke laut membuat mata sejuk memandang, sesekali perempuan hamil itu mulai membuka jendelanya merasa semilirnya angin laut yang terasa begitu sejuk.
"Tante, enak ya tinggal di sini bisa jalan-jalan setiap hari ke panti," ucap bocah itu yang sejenak mulai melupakan kesedihannya.
"Kamu suka sayang?" tanya Namira berulang kali.
"Suka banget Tante," sahut anak tersebut, sambil merentangkan tubuhnya di kursi panjang ruang tamu.
Melihat tanggapan Sean yang begitu bahagia Namira pun menjadi tenang dan langsung memasukkan pakainya di dalam lemari, sejenak perempuan itu mulai memegang tas merah jambu milik temannya itu, hanya barang ini yang satu-satunya Namira bawa untuk menjadi kenang-kenangan.
"Tas ini, oh ya bukannya di tas ini ada sejumlah uang dan aku belum melihatnya," ucap Namira yang baru sadar kalau di tas temannya itu ada segepok uang.
Namira pun langsung membukanya dan ketika dia mulai membuka isi amplop tersebut netranya langsung membulat dengan sempurna, bagaimana mungkin tumpukan uang kertas itu begitu banyak di dalam amplop tersebut.
"Astaga! Loly, ini uang banyak benar, kau dapat dari mana, apa kau sudah ada firasat akan meninggalkan anakmu, sehingga kau menyempatkan diri untuk meninggalkan uang dengan jumlah yang cukup banyak kepada anakmu," gumam Namira yang merasa tidak percaya.
"Uang ini akan ku jaga untuk pendidikan Sean, aku berjanji akan merawat anak itu dengan baik hingga menjadi orang sukses," kata Namira menyemangati dirinya sendiri.
Selesai memasukkan semua baju-baju ke almari, tiba-tiba saja Namira merasakan basah di bagian pantatnya, sejenak Namira mulai memegang, dan benar seperti tembusan air kencing.
"Astaga! Ini apa!" pekik Namira yang merasa kebingungan.
Namira datang lagi, tetap semangat membaca ya?🙏🙏🙏🥰🥰🥰
jauhkan jauhkan
ngesak bgt thor hasrat Sean dan Nara utk bertemu dgn ayah biologis mereka.
masih penasaran nih....