Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Percaya tidak percaya.
Real n fiksi mix.
Ikuti alurnya dan percaya dengan authornya..!!
🌹🌹🌹
Mbak Niken mengusap kening suaminya. Beliau tau Bang Ribas masih setengah hati melepas putri dan adik bungsunya.
"Kenapa masih begini, Mas?? Dulu juga Mas menikahi Niken saat usia Niken masih sangat muda, tapi semua baik-baik saja..!!" Kata Mbak Niken.
"Perasaanku nggak enak, dek. Seperti ada yang janggal dari sikap Lira dan Shita. Mas tau mereka suka dengan Bayu dan Rilo tapi apa ya.. Mas nggak bisa menjabarkan nya, mereka seperti terhalang sesuatu." Jawab Bang Ribas.
"Itu perasaan Mas saja." Begitu lah Mbak Niken yang selalu menenangkan suaminya yang tengah resah.
Bang Ribas mengangguk, perlahan matanya terpejam. Mungkin lelah karena banyaknya pekerjaan di Batalyon.
...
Bang Rilo dan Bang Bayu juga merasakan hal yang sama. Memang sang istri sedikit aneh.
"Apa kau merasa ada sesuatu yang aneh dengan Lira atau Shita??" Tanya Bang Bayu.
"Apa??? Pikiran yang berubah-ubah???? Apa semua bukan karena mereka memang masih labil????" Jawab Bang Rilo.
"Aku rasa tidak, mereka bukan labil. Hanya kurang pengalaman saja." Kata Bang Bayu. "Hmm.. kau percaya ilmu hitam??"
"Aahh.. kau ini ngarang saja. Jaman sudah sebegini modern tapi kau masih saja percaya dengan hal mistis." Bang Rilo sengaja menghindar meskipun hal tersebut pernah terlintas dalam pikirannya. "Itu hanya pintarnya mulut besar si Priyadi."
"Iyaaa.. aku tau. Tapi ya nggak masuk akal aja. Kita sudah usaha mati-matian mengambil hati istri. Bahkan ibaratnya kita sudah berusaha menyentuh hatinya dengan segala cara namun mereka tetap membela Priyadi.
"Mungkin mereka di bawah ancaman." Kata Bang Rilo.
"Kemungkinannya kecil, dia pasti tau kalau Lira dan Shita adalah bagian dari keluarga besar mantan panglima." Jawab Bang Rilo.
Bang Bayu sampai memijat pelipisnya karena sudah pusing dengan banyaknya masalah, belum lagi kehamilan Shita yang membuatnya selalu cemas. Tak ada kata lagi, pikirannya pun sudah terlalu penuh.
Siapa sangka diamnya Bang Rilo ternyata memikirkan hal yang sama hanya saja ia lebih menahan diri agar tidak membuat situasi.
'Mau tidak percaya tapi Lira memang masih menolak ku.'
...
"Waaahh.. Om bawa apa?" Tanya Lira saat suaminya pulang membawakan bakso dan es kacang merah.
"Bakso. Mau atau tidak??"
"Mauuu..!!" Lira mengambil bakso tersebut dari tangan Bang Rilo.
Melihat tingkah Lira, Bang Rilo gemas. Ia ingin mengecup Lira tapi istrinya itu menghindar dan segera menjauh.
'Astagfirullah..!! Sabar Riilll.. sabaaarr..!!!'
Bang Rilo mengelus dada dan duduk pasrah membiarkan Lira sibuk dengan baksonya.
"Jangan terlalu pedas, dek..!!" Kata Bang Rilo.
"Iyaa." Hanya itu saja jawaban Lira kemudian menghidangkan semangkok bakso untuk Bang Rilo.
"Dek.. kalau saya pindah tugas, ikut ya..!!" Ajak Bang Rilo.
Lira mengangguk sambil menggigit bola daging yang ia sukai.
"Ikut karena kamu istri saya, bukan karena Priyadi." Imbuh Bang Rilo.
Lira meletakan sendoknya dengan malas. Selera makannya mendadak hilang.
deg..
'Astagfirullah hal adzim Ya Allah, apa benar kata Bayu, kami bersinggungan dengan hal di luar nalar? Tapi nyata tatap mata Lira selalu kosong.'
"Makan lagi, dek. Kasihan yang di perut..!!" Bujuk Bang Rilo.
"Lira nggak mau Om Rilo bahas ini lagi...."
"Liraaa.. saya tidak bermaksud menyinggung perasaanmu..!!" Kata Bang Rilo.
Lira yang kesal segera beranjak dan merebahkan diri di atas ranjang kemudian menghadap dinding.
Bang Rilo ikut menyusul Lira dan duduk di ranjang. "Bisa kita bicara dari hati ke hati, dek?" Bujuk Bang Rilo dengan lembut.
Perlahan Bang Rilo mencoba menyentuh Lira tapi reaksi Lira segera meliriknya dengan tatapan tidak suka.
Bang Rilo menarik nafas panjang kemudian membuangnya perlahan. Saat itu Lira tak menyangka Bang Rilo menempelkan telapak tangannya pada ubun-ubun Lira, ada sebuah do'a yang membuat Lira semakin gelisah tidak suka dan memberontak hingga Lira menampar pipi Bang Rilo dengan keras.
"Allahu Akbar..!!!!" Bang Rilo menekan kalimat terakhirnya hingga Lira kembali tenang.
"Aaaahh.. sakit, Om..!!" Protes Lira.
"Maaf.. maaf ya..!! Saya nggak sengaja."
"Ada bau bakso, Om..!! Jadi lapar nih." Kata Lira.
"Itu kenapa baksonya nggak di makan. Nanti dingin lho." Kata Bang Rilo memaksakan senyum.
Lira bangkit dari tidurnya menuju meja kecil tak jauh disana.
Bang Rilo pun ikut bangkit. Tangannya sedikit terasa kebas seperti usai tersengat listrik. "Dek.. kalau saya pindah tugas, ikut ya..!!" Bang Rilo mengulang kembali pertanyaan tadi.
"Kalau Lira nggak mau?????" Tanya Lira.
"Mau cara baik-baik atau di paksa??"
Lira menusuk sebiji bakso lalu menyuapi Bang Rilo. "Paksa saja, Om."
.
.
.
.
apa Lira dan Sitha ga bisa lepas dr Priyadi??
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,
ayo lanjuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️