NovelToon NovelToon
DATING? YOU'RE DEAD!

DATING? YOU'RE DEAD!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Trauma masa lalu / Careerlit
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.

Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.

Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.

Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.

Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.

Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DYD13

Flashback On

"Autopsi kan memang sesuatu yang perlu dilakukan jika kasus ini harus berlanjut?" Decak Bella sembari mengernyit.

"Itu dia masalahnya, Kapt. Ketua tidak ingin kasus-kasus ini ditindaklanjuti. Bahkan, Abirama nyaris dipecat karena menyelidiki kasus ini diam-diam." Taufik berbisik di telinga Bella.

Kapten cantik itu bersandar di kursinya lalu memejamkan mata. Bella terus-terusan menghela napas panjang.

Wanita berparas tegas itu menyambar bingkai foto di atas meja kerjanya. Bella menatap penuh makna, potret dirinya dan sang ayah yang tengah tertawa. Sekali lagi, ia menghela napas panjang.

"Ah, memalukan!" gumam Bella kesal.

Bella menatap kembali potretnya bersama sang ayah.

'Masa iya aku harus meminta bantuan sama Musang Gila ini?!' batin Bella dilema.

Bella dan sang ayah memang kerap bersaing bahkan bertaruh dalam berkarir. Tahun ini saja mereka sudah bertaruh, siapa yang mencetak gol karir terbanyak berhak mendapatkan tiket nonton gratis Piala Dunia FIFA di Amerika Serikat yang akan diselenggarakan dua tahun ke depan.

Bella menghembus napas kasar. Ia sudah memutuskan akan menggunakan kekuasaan sang ayah. Wanita itu menepis khayalan euforia yang akan ia rasakan kala menang dari sang ayah kelak. Baginya, menangkap pelaku menjadi prioritas utama. Ia tak peduli lagi menang ataupun kalah selagi ia bisa meringkus pelaku demi keamanan di masa mendatang.

Bella mengeluarkan ponsel dan mencari kontak sang ayah. Bibirnya tersenyum kecut saat sudah menemukan kontak dengan nama panggilan, Musang Gila.

Segera saja Bella menghubungi sang ayah, dalam beberapa detik saja panggilan telepon sudah tersambung.

"Iya, Putriku? Apa kau sudah siap kalah?" Kekehan di ujung telepon terdengar menyebalkan di telinga Bella. Seolah sang Ayah sudah mengetahui, sang putri sangat membutuhkan bantuannya.

Flashback Off

Harun menatap putrinya yang terbaring lemah di atas ranjang. Matanya merah berkaca-kaca, rahangnya mengetat menahan amarah. Kedua tangan nya yang mengepal erat, sesekali memukul-mukul lututnya yang lemas.

Penjelasan dari Dokter yang menangani Bella, cukup membuat pria separuh baya itu terguncang hebat. Nyaris saja nyawa putri semata wayangnya melayang. Membayangkan ditinggal oleh putri satu-satunya saja sudah membuat air mata Harun luruh membasahi kedua pipi. Pria baya yang masih tampan mempesona di usianya itu, menyeka air matanya kemudian menoleh ke belakang.

"Agam, kemari lah!" pinta Harun pada Agam, orang kepercayaannya yang serba bisa.

Agam mengangguk dan lekas mendekat. "Iya, Pak? Apa ... Bapak, butuh sesuatu?"

Harun menggeleng, ia meminta Agam mendekatkan telinganya. "Kemari lah ...."

Agam segera mendekatkan indera pendengarannya, lalu fokus mendengarkan apa yang Harun perintahkan. Kepalanya mengangguk-angguk secara berkala.

"Baik, Pak. Segera saya laksanakan," ucap Agam patuh.

"Lakukan diam-diam, tetap waspada dan ... berhati-hati lah," pesan Harun khawatir.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Gila, siapa sangka ternyata Kapten Bella anak dari Ketua MA? Wah, ini luar biasa!" Rinol berseru dengan suara pelan.

Taufik mengangguk setuju. Ia juga sangat terkejut mengetahui fakta tentang silsilah keluarga kaptennya.

Sedangkan Abirama, sejak tadi pria itu terdiam dengan bola mata siaga. Ia fokus memperhatikan setiap orang-orang yang berlalu di koridor. Ada rasa bersalah dalam benak Abirama, saat melihat kondisi Bella kini. Wanita itu tertembak karena menyelamatkan dirinya.

'Kalau di film-film atau di novel-novel, biasanya tersangka akan kembali berusaha mendekati korban di rumah sakit. Tapi, apa di dunia nyata juga seperti itu?' Abirama bermonolog di dalam hati.

Tepat setelah bermonolog, pria itu tiba-tiba tertegun dengan apa yang baru saja ia lihat. Seorang pria dengan perban di pelipis nya, berdiri tepat di depan Abirama.

"Mas Edwin? Astaga, kenapa itu kepala?!" tanya Abirama dengan raut tegang.

Edwin meringis sebelum menjawab. "Saya mengejar seseorang yang sangat mencurigakan, tak lama setelah Mas Abirama dan Mbak Bella berpamitan pulang. Saya pikir, mungkin orang itu sedang mengikuti kalian. Karena saya cemas, jadi saya mengikuti orang itu dan ... akhirnya terjadi pergelutan. -- Awhh ...!"

Abirama meringis melihat Edwin mengerang kesakitan memegang kepalanya.

"Anda baik-baik saja, Mas Edwin?!" tanya Abirama cemas. "Perlu saya panggilkan Dokter?

Edwin menggeleng dengan wajah masih meringis.

"Nyeri, Mas," sahut Edwin. "Memori saya gak runut, acak-acakan. Kalau dibawa untuk mengingat, sakitnya luar biasa. Mungkin karena kepala saya menghantam batu."

"Astagaaa ...." sahut Abirama, Taufik dan Rinol bersamaan.

"Untungnya gapapa ya, Mas," kata Rinol.

"Gapapa gimana? Bocor loh itu kepala bujang tampan!" Sahut Taufik jengkel mendengarkan kalimat sakral 'untungnya' yang kerapkali dilontarkan pada orang yang baru saja tertimpa musibah.

Edwin hanya tersenyum tipis mendengarnya, lalu bola matanya tiba-tiba membulat. "Oh, ya, Mas. Seingat saya, orang itu terluka di lengan kanannya. Tapi, saya lupa dia terluka karena apa. -- Duh, maaf ya, Mas. Ingatan saya belum pulih sepenuhnya."

Edwin tersenyum canggung, wajahnya tampak merasa bersalah.

"Gak apa-apa, Mas. Justru saya berterima kasih untuk informasi nya," ujar Abirama.

Edwin menarik napas panjang, lalu menatap ketiganya dengan tatapan penuh tanya. "Ngomong-ngomong, Mas Rama dan para rekan kenapa berada di Rumah Sakit malam-malam begini? -- Apa jangan-jangan ...."

"Kami sedang menjenguk anak dari salah satu rekan kami, Mas Edwin." Dusta Taufik mendahului Abirama yang baru ingin membuka mulutnya.

"Ah, begitu. Saya kira ada apa-apa. Saya jadi parno, sejak musibah yang menimpa saya ini," jelas Edwin.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Mas," pamit Edwin.

"Loh, mau pulang malam-malam begini, Mas? Rumah mu loh jauh banget, kondisi sedang begini. Apa gak sebaiknya nginap di rumah sakit saja? Bahaya loh, apalagi wajah Mas Edwin sudah diketahui oleh tersangka."

"Ada yang jemput, Mas Abirama. Sanak Saudara dari kota sebelah. Tadi bilangnya sudah diparkiran. Kebetulan mau nginap di rumah juga. Mari semuanya ...." Edwin mengangguk pamit.

Ketiga petugas yang berjaga di depan pintu kamar inap Bella, serentak mengucapkan hati-hati di jalan.

Sepeninggalan Edwin, suasana kembali hening. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Abirama sesekali masih memperhatikan sekitar. Ia meneliti satu persatu yang melintas. Pria itu tiba-tiba tersentak saat melihat Dokter Tommy berlalu sembari menatap nya.

Abirama lekas mengikuti Tommy yang menuju ke toilet pria.

Sesampainya di sana, Tommy sedang membasuh tangannya di wastafel. Abirama menatap tajam, kemudian mendekat. Keduanya saling menatap melalui pantulan cermin. Wajah Tommy yang dingin dan cenderung tak berekspresi, sungguh membuat Abirama kesal.

"Anda mengenal saya, bukan?" tanya Abirama sinis.

Tommy menghela napas pelan.

"Tentu saja, anda yang memukul wajah saya di kantor polisi kemarin, kan?" sindirnya.

Abirama terkekeh sebal. "Anda pantas mendapatkan nya."

"Maaf? Anda bilang apa?" Tommy memicingkan matanya.

Abirama menggeleng dengan raut mencemooh.

"Sedang apa anda di sini?" tanya Abirama.

"Tentu saja sedang bekerja." Tommy menjentik-jentikkan air di tangannya ke wastafel.

Abirama mengangguk-angguk.

"Ah, begitu. Senang bertemu dengan anda, Dok. Kalau begitu saya pamit dulu, selamat bekerja." Abirama menepuk dan meremas kuat lengan kanan Tommy, seolah ingin memastikan sesuatu.

Tommy bergeming tanpa ekspresi. Wajahnya datar dan terkesan dingin. Pria itu menghembuskan napas kasar saat Abirama berlalu. Kedua tangannya mendadak gemetar, ia lekas masuk ke room toilet dan membuka jas kedokteran yang ia kenakan.

Pria itu meringis kesakitan, Tommy menatap luka jahitan di lengan kanannya yang mengeluarkan darah segar.

Tommy mengerang kesakitan.

*

*

*

1
Vajar Tri
Thor bagai mana ini aku kecanduan cerita mu ini..... lanjut Thor seru up nya tambahin yak 🫰🫰🫰🫰🫰🫰🫰🫰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥳🥳🥳🥳🥳🤩🤩🤩🤩🤩
Dae_Hwa💎: Malam up ya, tungguin ya 🤭
Jangan lupa tinggalkan bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
total 1 replies
Raa
Kematian pun sebenarnya percuma.
Edwin psikopat yang udah ... entahlah sulit menjelaskannya 😀
Keren kamu Kak❤️
Dae_Hwa💎: Author pun sulit menjelaskan 🤭
total 1 replies
Raa
Sia-sia harta yang dirimu dapatkan dari Edwin ... Akhirnya mati juga 'kan😆
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 1 replies
Raa
Abis ini dirimu bakal dapat giliran.
Raa
Bell ... jangan langsung di bunuh ya si Edwin nya. Siksa dulu .
Dae_Hwa💎: siksa abis²an 🤭
total 1 replies
Raa
Jangan percaya ma anggota yang udah di sumpal uang. Cari sendiri aja Pak.
Dae_Hwa💎: ketika uang berbicara
total 1 replies
Raa
Habisi langsung aja Bell. Dipenjara pun percuma kalau masih banyak yang bekingan nya.
Raa
Bella 🥹
Raa
Hahaha 😆
Raa
Bella cerdik ya, beda jauh ma bawahannya yang berjenis Lanang 😁
Dae_Hwa💎: Lanang² yg ngeremehin dia itu 🤭
total 1 replies
Raa
Sepertinya dia udah tahu siapa dirimu, Bell.
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
Beres, De, Udh 🤭👍👌
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ: Cama², De ❤️🤗😘
Dae_Hwa💎: Terimakasih akak ku 💖
total 2 replies
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
Pas aja, utk Malik wlau cian juga sih 🤭🤭🤭
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ: Iya, De upppsss 🤭🤭🤭
Dae_Hwa💎: lgsg jd bahan mukbang ya kak 🤭
total 4 replies
Juhairiah
Amaaaam tor
Dae_Hwa💎: Terimakasih akak ku 💖
total 1 replies
Juhairiah
OOOOOO, JADI YANG GEBRAK PINTU RUMAH TOMMY SI EDWIN
Dae_Hwa💎: Ya betttttul 🤭
total 1 replies
Juhairiah
kak author, bab ini bikin aku menjerit.
tolong triple up 🤭
Dae_Hwa💎: bentar, author beli obat vertigo dulu ☺
total 1 replies
Juhairiah
Jadi takut di 😘😩
Dae_Hwa💎: /Kiss/
total 1 replies
Juhairiah
meriang aku tor, eh merinding 😩
Juhairiah
😩
jantungku kicep tor 😩
udah kyk nonton film Hollywood.
sama film horor korea, yg cowoknya jatuh ke dalam peti yg ada pakunya itu looo, lgsg nancep ke muka 😩
Dae_Hwa💎: I know, duh apa ya itu judulnya. baru bulan lalu nonton 🥲
total 1 replies
Juhairiah
lo senyum manis, gue yg lemes bang. takut di makan
Dae_Hwa💎: ucul 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!