Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Bawahan
"Mas, bisa jemput aku?" Mitha menelpon Rey agar dijemput di rumah Megan
"Ok, mas ke sana!"
Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi Rey menuju rumah Megan. Dipinggir jalan sudah berdiri Mitha dengan satu buah koper.
"Kenapa nunggu di sini? Mobil mas bisa masuk gang lho!" Mitha hanya menggeleng
"Kamu kabur ya?" Mitha tertunduk
"Terus tujuan kamu sekarang kemana?" Rey menoleh ke arah Mitha
"Sementara aku akan tinggal di panti sama mama" Rey geleng kepala
"Kamu sama mama itu aneh ya, diajak tinggal di rumah mas, malah gak mau"
"Mas, di rumah itu papa dan mama mas akan datang sewaktu-waktu, lantas bagaimana kalau mereka mengusir kita lagi" wajah Mitha mendung
"Oke, kalau mas beli rumah sendiri. Apa kamu dan mama mau tinggal denganku?" Mitha mengangguk
Rey tersenyum, "Oke kita cari rumah hari ini" Jawab Rey mantab
"Hari ini?" Rey mengangguk sambil tersenyum
"Mas kalau bisa cari rumah yang dekat kantorku, jadi aku gak cape bolak balik" Mitha memainkan jemarinya
"Emang kamu ga ada niatan berhenti kerja apa Mit? Biar mas yang nafkahi kamu dan mama" Rey mengeraskan rahangnya
"Aku terikat kontrak mas, tinggal enam bulan lagi kontrak kerjaku habis, mas"
"Ahh masa sih? coba nanti mas tanyakan ke teman-teman mas yang mengerti kontrak kerja PJLP"
"Udahlah mas gak apa-apa, tinggal enam bulan lagi aja kok"
"Sekarang kamu masuk kerja pagi atau siang?" Tanya Rey
"Siang mas"
"Ayo kita cari rumah dulu" Rey membelokkan kendaraannya di wilayah kelurahan dimana Mitha bekerja.
Rey menepikan mobilnya di depan sebuah rumah yang bertuliskan "Rumah bangunan baru, dikontrakkan"
"Adanya rumah kontrak, Mit. Tapi mas suka rumahnya, sudah ada perabotan nya lagi. Gak apa-apa ya kita kontrak dulu sementara. Toh kamu kerja di sini tinggal enam bulan lagi kan?"
"Iya mas, Mitha juga suka rumah ini" Rey mengurus administrasi biaya kontrakan selama satu tahun.
"Nanti malam kita ke panti buat jemput mama" Rey mengusap pucuk kepala Mitha dengan gemas
"Mas akan tinggal di sini?" dengan wajah takut menanyakan pada Rey
"Iya dong, biar aku bisa tidur pulas kalau malam"
"Mitha, teleponmu bunyi dari tadi, kamu ga risih apa suara telepon ga berhenti begitu" Rey terganggu karena sejak menjemput Mitha ponselnya terus berbunyi
"Dari pak lurah" Jawab Mitha terlihat bete
Rey memegang kedua bahu adiknya dan menatapnya dengan tajam,"Kamu menyukai lelaki itu? Dia udah beristri dek. Jangan main-main kamu. Mas bisa kenalin kamu ke teman-teman mas yang executive muda atau pengacara. Jangan sama laki orang" Mitha gelagapan
"Justru itu aku mau menghindari dia mas, makanya aku pergi pagi-pagi. Kebetulan anaknya semalam dia bawa tidur di kamarnya" Mitha melerai tangan Rey yang bertengger di bahunya
"Owhh..pangeran kehilangan tuan putri" jawab Rey skeptis
"Berangkat kerja jam berapa? Nanti mas anter" Mitha melotot
" Gak usah mas, aku bisa sendiri. Nanti bang Dul akan jemput Mitha di sini" wajah Rey terlihat masam
"Kenapa gak mau aku anter?"
"Gak apa-apa, ada bang Dul mas" Mitha mengalihkan gugupnya dengan membuka kamar satu persatu, dia takut jika Rey yang mengantar akan mendengar celetukan dan gosip tentang Mitha dari rekan kerjanya
****
"Mithaaa...susah banget sih hubungin kamu! Percuma punya ponsel tapi gak pernah bisa di hubungi!" Megan menggerutu. Sementara Faiza sudah nangis terus menerus. Tidak biasanya anaknya seperti ini, biasanya setelah dikasih susu dia akan anteng.
Megan menimang-nimang anaknya agar anaknya tertidur. Setelah satu jam menimang, anaknya baru tertidur. Megan mengganti baju kerjanya, karena hari ini ada rapat di Pemprov.
Drrtt...drrtt..
Megan mengangkat telepon dari yayasan baby sitter
"Hallo pak, mohon maaf karyawan kami tidak bisa datang hari ini karena sedang sakit DBD pak"
"Aduh gimana sih Bu! Saya udah geser karyawan saya. Malah sekarang di batalin. Saya harus berangkat kerja lho ini. DP nya sudah saya transfer kemarin, tapi ibu seenaknya membatalkan. Memangnya tidak ada karyawan lain Bu?" Megan panik
Tiba-tiba ponsel dimatikan dari pihak yayasan.
Dengan terpaksa Megan membawa putri kecilnya ke kantor berharap Mitha tidak ngambek atas keputusannya tadi malam
***
"Ya ampuunn..pak lurah Dede bayinya dibawa kerja. Memang istri mudanya kemana pak?" Seorang ibu kader PKK semakin merusak mood paginya
"Jaga ucapan ibu. Sekali saya diam, Omongan makin kemana-mana. Saya tidak ada hubungan dengan bawahan saya!" Disaat bersamaan Mitha baru saja masuk di pintu kaca bagian pelayanan.
Mitha mendengar ucapan Megan barusan. Hatinya terasa sakit mendengarnya, kemarin lusa dia bilang akan menceraikan istrinya dan menikahinya, sekarang dia menyangkal punya hubungan dengannya. "Bawahan kan dia bilang, yaa...yaaa.. Mitha Lo tuh dianggap bawahan doang sama dia. Jangan GR Lo Mit" Mitha bermonolog dan menampakkan wajah kesal
"Mitha!! Kemana aja sih kamu! Saya telepon ga diangkat" Wajah Megan memerah
"Bukannya bapak sendiri yang bilang semalam, saya kembali kerja di lapangan karena hari ini akan ada baby sitter baru, iyakan?!"
"Tapi dia belum datang, kamu sudah ninggalin anak saya"
"Bapak Lurah, bawahan bapak kan bukan saya aja. Kenapa harus saya yang terus-terusan ditugaskan jadi baby sitter"
"Maaf pak, tugas saya di zona 6 Minggu ini pak, permisi" Megan menatap Mitha tak percaya, "Mitha bisa menjengkelkan seperti itu?" batinnya
Di lobi Mitha bertemu dengan Bu Laily, wanita itu mengajak Mitha ke ruangannya.
"Mitha, pak lurah hari ini belum dapat baby sitter, kamu jagain anak pak lurah lagi ya. Kasian anak itu nangis terus dari tadi" pinta Bu Laily
"Mohon maaf Bu, bawahan bapak kan bukan saya aja. Kan bisa gantian jaga anaknya. Saya takut jadi sasaran gosip ibu-ibu PKK dan staff di sini Bu. Saya masih mau cari makan di sini Bu" Bu Laily menghembuskan napasnya perlahan, dia menatap Mitha
"Mulai hari ini kamu tidak kerja di lapangan Mitha, tapi di kantor. Bantu-bantu staf dan juga jaga anaknya pak lurah Sampai pak lurah mendapatkan baby sitter. Itu keputusan saya juga pak lurah" Jawab Bu Laily tegas. Mitha tak bisa berkutik.
Sejujurnya dia senang merawat Faiza, anak itu sudah mengambil hatinya. Tapi dia kesal dengan Megan yang mempermainkan perasaannya.
"Saya gak bisa Bu Laily. Kalau kinerja saya dianggap membangkang pada atasan, saya bersedia diberi SP 3 sekaligus Bu" Mitha memainkan jemarinya
"Saya minta tolong dengan sangat Mitha. Karena masalah ini pak lurah jadi gak fokus bekerja"
"Oeekkk...oeekkk..oeekk" Suara Faiza terdengar keras sekali seperti ada yang sakit badannya. Hati Mitha ga tega melihatnya.
"Tuh, lihat Mit, dari tadi pagi nagis terus. Masa kamu tega sih liat anak kecil nangis terus-terusan" Kembali Bu Laily mengiba
"Baiklah Bu, untuk kerjaan di lapangan saya koordinasi dulu dengan yang lain" kata Mitha
"Kamu gak perlu ke sana, nanti ibu yang utus orang buat gantiin jaga di wilayah kamu. Ayo sana Dede faizanya didiemin" Bu Laily mendorong punggung Mitha dengan lembut
"Adee...cariin Kaka ya? kenapa nangis terus? Kangen Kaka ya?" Mitha terus mengusap-ngusap kepala baby mungil itu yang sudah basah karena keringat. Wajah bayi itu terlihat lelah menangis
"Kangen mama tirinya" celetuk Elia
"Elia!! Sekali lagi kamu ngomong sembarangan, akan saya tanda tangani surat mutasimu ke kepulauan seribu!" Bentak Megan yang baru saja keluar dari ruangannya hendak berangkat ke Pemprov
Mitha hanya bergeming, dia males menoleh ke arah Megan. Masih sakit hatinya dengan ucapannya tadi.
"Saya sudah siapkan ruang laktasi untuk Faiza istirahat, pokok dan baju gantinya sedang diambil Marwan ke rumah. Tadi saya buru-buru gak sempet bawa" Megan menatap wajah Mitha yang dingin terhadapnya, dalam hati dia bertanya "salahnya dimana?"
"Mitha, kamu dengar saya?"
"iya bapak atasan" Mitha cemberut dan melengos
Megan tetap melangkah menuruni tangga, hatinya ga tenang melihat sikap Mitha yang dingin. Beberapa kali Megan nengok lagi ke atah Mitha tapi gadis itu memunggunginya.
Jangan lupa like komen dan votenya gaess...