Tujuh tahun lalu saat masih duduk di Universitas Viona Natasya menyukai seorang pria.
Dia pria itu Bernard Antonius, pria yang dianggap keluarganya sendiri seperti sampah.
Pria bertato yang tidak dicintai keluarganya. Viona selalu diam-diam memperhatikan dari jauh.
Saat itu usia Viona baru tujuh belas tahun. Dan Bernard berusia dua puluh enam tahun.
Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu, dan menjadi suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Siapa suamiku sebenarnya.
Bernard membawa Viona ke ruang makan yang cukup luas, di meja makan tampak sudah terhidang makan malam.
Meja makan terlihat bernuansa romantis, taplak meja berwarna merah dihiasi setangkai candle holder berkaki tinggi.
Satu vas bunga dengan bunga lilac dipadu dengan bunga lili terlihat sangat indah ditengah meja makan. Dan satu botol Sampanye dalam wadah berisi es batu.
Bernard meletakkan Viona di kursi, lalu kemudian dia menarik kursi untuk dirinya sendiri untuk duduk.
Dua orang pelayan meletakkan makan malam kedalam piring mereka masing-masing.
Viona memperhatikan kalau suaminya sepertinya menyimpan suatu rahasia selama ini, Bernard yang pendiam dan penyendiri.
Semua orang tahu kalau Bernard adalah seorang pengangguran dan tidak punya teman sama sekali.
Kalau dilihat dengan keadaan sekarang, semua rumor itu tidak benar.
Viona merasa kalau Bernard selama ini berpura-pura menjadi seorang lelaki yang lemah dan tidak bisa diharapkan.
Bernard seakan mengetahui isi pikiran Viona, dia memandang istrinya tersebut sambil tersenyum.
"Kenapa? kamu ingin bertanya apa? katakan saja!" ucapnya seraya mengangkat gelas berkaki panjang berisi Sampanye, lalu menyesapnya sedikit.
"A..aku merasa suamiku bukan orang yang dirumorkan selama ini, ini rumah siapa?" tanya Viona hati-hati.
"Ini rumah masa depan kita, rumah yang telah ku rancang beberapa tahun belakangan ini!" jawab Bernard.
"Ini pasti sangat mahal, pasti mengeluarkan biaya yang sangat mahal!" sahut Viona.
"Iya, sekitar dua puluh lima triliunan!" jawab Bernard santai.
Viona tiba-tiba tersedak mendengar biaya yang dikeluarkan Bernard membangun Mansion kastil tersebut.
"Hati-hati makannya, jangan terburu-buru!" Bernard menyodorkan air minum pada Viona.
Viona menerima gelas yang diberikan Bernard, lalu meminum airnya sampai habis.
"Apakah kau menyukainya?" tanya Bernard.
" I..iya, aku menyukai desainnya, sangat indah dan mewah!" sahut Viona agak gugup, Bernard memandang nya dengan intens.
"Syukurlah, aku puas mendengar nya!" kata Bernard. Dia mengangkat gelas Sampanye nya lagi, memutar isinya lalu mengangkat tinggi ke arah Viona.
Viona meraih gelas Sampanye nya, lalu mengangkatnya untuk menyambut gelas Bernard.
Suara dentingan gelas terdengar, kemudian mereka sama-sama menyesap Sampanye nya.
Viona tidak terbiasa dengan minuman beralkohol, dia hanya menyesap sedikit Sampanye tersebut.
Keningnya berkerut merasakan rasa Sampanye itu, terasa pahit di lidahnya.
Bernard tersenyum melihat mimik wajah Viona. Dia merasa istrinya sangat imut, dan wanita yang polos.
"Tuan..Tuan Robert mengatakan ada hal penting yang ingin dibicarakan nya, dia menunggu anda diruang baca anda!" seorang Pelayan separuh baya datang mendekat pada Bernard, sepertinya kepala pelayan di Mansion tersebut.
"Baik, katakan sepuluh menit lagi aku akan datang!" jawab Bernard.
"Baik Tuan!" Pria paruh baya tersebut membungkuk hormat, lalu meninggalkan ruang makan.
"Selesai makan silahkan melihat-lihat Mansion dulu, aku ada urusan sebentar, nanti aku akan menemani mu!" kata Bernard.
"Baik!" angguk Viona.
Mereka melanjutkan makan malam mereka, Viona sangat menyukai makan malam tersebut. Menunya sangat cocok di lidahnya.
Beda dengan Bernard, dia tampaknya hanya makan sedikit saja. Sepertinya dia tidak berselera, atau masih kenyang, pikir Viona.
Tapi kalau dipikir-pikir mereka makan terakhir kali saat sarapan pagi, jam delapan pagi tadi.
Dan siang mereka tidak makan siang, itu dikarenakan aktivitas mereka yang tanpa sengaja mereka lakukan.
Aku akan masak nanti kalau dia merasa lapar, pikir Viona melirik Bernard yang banyak menyisakan makan malamnya.
Bersambung....