SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
"Brengse*" umpat Morgan dengan meninju dinding di sampingnya.
Dadanya bergemuruh terasa panas. Rasanya tak rela, tak terima karena mendengar apa yang baru saja Shella sampaikan padanya. Bag mungkin Elina dan pria itu bisa dekat dan kenal. Dari Inggris, teman bagaimana? Kapan mereka kenal?
Morgan berbalik hendak melangkahkan kakinya pergi. Namun ditahan Shella.
"Mau kemana sih, Han? Ya udahlah kalau El punya orang baru, dia juga gak inget lo kan. Jadi percuma lo mau bujuk dia gimanapun gak akan dia mau balikan sama lo." Ujar Shella berusaha mencegah Morgan untuk tidak menemui Elina.
Shella ingin Morgan segera melupakan Elina dan membuka hati untuknya. Bagaimana pun juga, ia masih menginginkan Morgan, sekalipun telah kehilangan sahabat-sahabatnya. Ia tak peduli.
Morgan menatap tajam Shella yang tampak berusaha menghalang-halanginya. "Lo mau cari mati?!" tekan Morgan menatap tajam Shella.
Membuat Shella seketika melepaskan cekalan tangannya di lengan Morgan. Dan menunduk dalam, sebenernya dirinya takut jika Morgan dalam mode dingin dan mengerikan seperti saat ini.
Sementara Morgan yang melihat tangannya sudah terlepas, segera bergegas pergi untuk mencari keberadaan Elina. Meskipun kabar buruk yang Shella sampaikan, namun ada kabar baiknya rupanya. Karena rupanya Elina datang ke kampus, bukannya memudahkan dirinya untuk menemui Elina.
Morgan menyusuri setiap sudut kampus guna mencari keberadaan Elina. Seingatnya di taman Shella mengatakan bertemu mereka. Namun Morgan tak menemukan mereka di sana.
Hingga langkahnya membawa Morgan untuk menuju kantin, bisa saja mereka di sana untuk mengisi perutnya. Dan sesampainya di sana, benar saja. Rupanya keempat orang itu ada di sana.
Morgan menatap tajam pria yang tampak terus sok memberi perhatian pada Elina. Apalagi saat melihat Elina yang tampak tak menolak dan bahkan, benarkah yang dirinya lihat sekarang? Elina tampak tersipu karena pria itu?
Ini tak bisa dibiarkan, bisa saja Elina nantinya benar-benar akan jatuh cinta pada pria itu. Hingga akhirnya, dengan dada bergemuruh, Morgan melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri mereka.
"Lepasin tangan lo!" tegas Morgan menyingkirkan tangan pria itu yang tengah berada di pucuk kepala Elina.
"Morgan?" gumam Viola dan Bianca tak percaya. Sementara Elina ternganga, merasa syok dengan kehadiran dan perbuatan pria itu.
"Lo siapa?" tanya Rozer yang tak terima dengan kelakuan pria sok jagoan yang baru datang itu.
Morgan terkekeh sinis. "Gue cowoknya, jadi jangan gangguin cewek gue." Tegas Morgan menatap tajam Rozer.
Sontak perkataan Morgan mengundang tawa Rozer dengan nyaring. "Kalau lo mantan El, gue percaya. Karena sekarang, El bakal dijodohin sama gue" bisik Rozer tepat di telinga Morgan.
Ketiga wanita yang di dekat mereka itu tak bisa mendengar apa yang Rozer katakan, karena begitu lirih. Sehingga menimbulkan rasa penasaran yang menggebu bagi ketiganya.
"Shi*" umpat Morgan, kemudian melayangkan tangannya memberi pria itu pelajaran.
Bugh
"Morgan!" "Rozer!" teriak mereka bertiga bersamaan. Viola dan Bianca meneriakkan Morgan, sementara Elina meneriakkan Rozer.
Dan Morgan yang menyadari itu terkekeh sinis melirik Elina. "Lo mau bela cowok brengse*k ini?" tanyanya dengan tatapan tajam.
Membuat Elina gugup, dan mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Jangan berantem di area kampus. Gak enak bikin keributan." Ujar Elina tanpa mau menatap Morgan.
"Gue gak akan bikin keributan, kalau lo mau pulang sama gue." Tukas Morgan memberikan penawaran, sembari menatap lekat Elina.
"Apa hak lo maksa El?" ketus Bianca menatap Morgan tajam.
Viola menahan Bianca untuk tak terbawa emosinya, sementara Morgan sendiri tak menggubris perkataan Bianca. Netranya masih sibuk menatap lekat wajah yang sudah lama tak ia lihat dari jarak sedekat ini.
Elina dibuat tak berkutik dengan tatapan yang sejak tadi menyorot ke arahnya. Entah mengapa detak jantungnya menjadi berdetak kencang tak menentu. Seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengikuti apa keinginan pria itu.
"El, jangan dengerin dia. Lo gak perlu turutin kata dia. Gue gak akan biarin lo pulang sama dia." Tegas Bianca sembari menatap tajam Morgan dan Elina bergantian.
Morgan masih diam, tak menunjukkan reaksi apapun. Ia ingin mendengar sendiri jawaban dari kekasihnya atau mantan kekasihnya itu.
Mereka semua terdiam menunggu Elina membuat keputusan. Mereka semua berharap kecuali Morgan untuk menolak ajakan pria itu. Hingga akhirnya, Elina mengeluarkan suaranya dan mengutarakan keputusannya.
"Ehm, gak papa gue balik sama dia aja. Kalian tunggu gue di rumah." Ujar Elina yang membuat Morgan mengulas senyum kemenangannya.
Morgan menarik tangan Elina untuk menuju kendaraannya berada. Tak lupa Morgan menepuk bahu Rozer dengan keras, sebagai bentuk ejekan untuknya.
Membuat Rozer menggeram, menatap tajam Morgan dan Elina yang berjalan menjauh dari mereka.
"Vi, lo kok biarin mereka gitu aja sih? Lo gak takut El kenapa-kenapa sama Morgan?" omel Bianca yang terlihat marah, karena Viola jelas-jelas menahan tangannya saat hendak menghalangi Elina ikut bersama Morgan.
"Bi, itu keputusan El. Jangan halangi dia, El pasti lebih paham apa yang dia lakuin." Ujar Viola memberikan pengertian.
Bianca mendengus kesal, dan mereka memutuskan untuk segera pulang. Sesuai instruksi Elina, mereka akan menunggu Elina di rumah.
"Apa gak sebaiknya kita ikutin mereka?" tanya Rozer yang sudah berada di balik kemudinya.
"Boleh tuh, kita ikutin aja. Gue takut El diapa-apain sama dia." Ujar Bianca yang tampak setuju.
Hingga suara Viola yang mengomeli mereka membuat mereka sontak terdiam. "Kalian apa-apaan sih. Please, kalau kalian gak percaya sama Morgan it's oke. Tapi kalian harus percaya sama El." Tegas Viola tak mau dibantah.
Baik Bianca maupun Rozer akhirnya diam dan tak membantah lagi. Mereka tak ingin memancing keributan bersama Viola. Hingga akhirnya suasana senyap mengiringi perjalanan mereka sampai ke tempat tujuan, rumah Elina.
***
Sementara Elina dan Morgan yang sudah berada di dalam mobil Morgan saling terdiam membisu. Hingga suara Morgan akhirnya memecah keheningan diantara mereka.
"Apa kabar, El?" suara lembut Morgan menyapa indera pendengaran Elina dengan jelas.
Elina dibuat canggung akan pertanyaan itu. Entahlah, ia merasa asing sekaligus dekat dengan pria di sampingnya itu.
"Ba ..ik" jawab Elina pada akhirnya. Elina sama sekali tak berani menoleh ke samping, ke arah Morgan. Jadilah ia hanya fokus menatap jendela dan jalanan yang mereka lalui.
Morgan tersenyum mendengar jawaban dengan nada gugup itu. "Gue tau lo gak inget gue. Jadi gue mau kita saling mengenal lagi dari awal. Boleh?" tanya Morgan dengan nada lembutnya.
Elina dibuat semakin tak nyaman dengan perkataan Morgan. Hingga ia memilih mengangguk saja. Dan berujar singkat dengan jujur.
"Tapi gue ngerasa gak nyaman sama lo." Tukas Elina dengan jujur.
Next .......