Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23. Sumber Kehancuran
Kota Baru berada dalam kekacauan. Walaupun pasukan dari dewan berhasil mengendalikan sisa-sisa pemberontakan yang dilakukan oleh Varek dan pengikutnya, dampak dari pertempuran itu masih terasa sangat dalam. Bangunan-bangunan yang hancur, jalan-jalan yang pecah, dan aliran energi yang tak terkontrol menandakan bahwa dunia ini semakin mendekati batasnya.
Kael dan Ceryn berdiri di atas reruntuhan, menyaksikan sisa-sisa pertempuran yang menghancurkan. Lira, yang tetap berada di sisi mereka, mengamati situasi dengan tatapan yang tajam, penuh kecemasan.
"Ini belum berakhir," kata Lira dengan suara rendah, matanya mengamati langit yang semakin menggelap. "Kalian berhasil menghentikan Varek untuk sementara, tetapi ancaman yang lebih besar sedang mengintai."
Ceryn menoleh pada Kael, terlihat bingung. "Apa maksudmu? Bukankah kita sudah mengalahkan mereka? Kita mengurung mereka di dalam bayang-bayang itu."
Lira menggelengkan kepala, wajahnya tegang. "Itu bukan mereka yang sebenarnya. Bayangan Arka adalah kelompok yang jauh lebih besar dari yang kalian bayangkan. Varek hanya alat bagi mereka. Mereka telah menggunakan teknologi dan sihir untuk memanipulasi realitas, bahkan memanipulasi waktu dan dimensi."
Kael merasakan rasa takut yang menggelora di dadanya. "Jadi, Varek dan kelompoknya bukan ancaman terakhir?"
"Tidak," jawab Lira, "Bayangan Arka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Mereka telah lama mengamati perpaduan dunia ini, dan mereka tahu betul apa yang dapat terjadi jika kekuatan purba itu bangkit kembali. Kalian harus menemukan sumbernya, Kael. Kalian harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di bawah tanah Kepulauan Aether. Itu satu-satunya tempat yang masih bisa menyimpan kunci untuk menghentikan bencana ini."
Malam tiba tanpa perasaan damai. Kael dan Ceryn kembali ke markas, tempat para pemimpin kota berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya. Semua orang yang hadir merasa gelisah, bahkan dengan kemenangan mereka atas pemberontakan, karena mereka tahu masalah yang lebih besar sedang menanti. Kael dan Ceryn menceritakan kembali apa yang mereka pelajari, termasuk peringatan Lira tentang sumber energi purba yang terpendam di bawah tanah Kepulauan Aether.
"Jadi, kita kembali ke tempat itu?" tanya Dr. Velas, seorang ilmuwan dari dewan, yang telah lama bekerja dengan teknologi sihir. "Apa yang bisa kita harapkan dari sana?"
"Apapun yang ada di sana," jawab Kael, "mungkin bisa memberi kita jawaban. Tapi kita harus siap menghadapi lebih banyak bahaya. Dunia ini telah berubah, dan apa yang dulu kita anggap stabil kini mulai mengungkap rahasia gelap."
Ceryn mengangguk setuju, matanya menyelidik. "Kita harus berhati-hati. Setiap jejak kekuatan purba yang kita temui bisa mengarah pada sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan."
Kael, Ceryn, dan beberapa anggota dewan yang paling berpengalaman memutuskan untuk kembali ke Kepulauan Aether. Perjalanan ini berisiko tinggi, dan hanya mereka yang bisa diandalkan yang diberangkatkan. Di dalam kelompok itu, ada juga seorang ahli sihir dari faksi Netral yang dikenal dengan nama Teral, seorang wanita muda yang memiliki pengetahuan mendalam tentang energi purba dan aliran sihir yang mengalir di dalamnya.
Mereka berlayar menuju Kepulauan Aether, melalui lautan yang kini semakin gelap dengan aura kekuatan yang mengganggu. Saat mereka mendekati pulau, fenomena aneh mulai terlihat di langit—kilatan cahaya yang semakin sering dan disertai gemuruh, seperti angin badai yang mengamuk. Mereka tahu mereka semakin dekat.
Ketika kapal mereka berlabuh, langit sudah dipenuhi dengan gerakan energi yang tak terdefinisikan—sebuah rongga besar di langit yang tampaknya menggulung dan menyerap segala hal di sekitarnya. Rasa takut menggantung di udara. Keberadaan mereka di sini tidak lagi hanya untuk mencari sumber energi purba—mereka datang untuk menghentikan suatu kehancuran yang bisa merobek realitas itu sendiri.
Dengan langkah hati-hati, mereka mulai memasuki lorong-lorong bawah tanah yang sudah lama terlupakan. Setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat, seolah-olah tanah itu sendiri menahan mereka, mengingatkan mereka bahwa ada kekuatan yang lebih besar daripada yang bisa mereka pahami.
Sementara itu, Teral memimpin dengan keahliannya untuk merasakan aliran energi. Setiap ruangan yang mereka lewati dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang terukir di dinding, dan semakin dalam mereka masuk, semakin terasa ada sesuatu yang menunggu mereka.
“Ada sesuatu di sini,” kata Teral dengan suara gemetar. “Energi ini… ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Itu lebih dari sekadar sihir. Seperti sesuatu yang sudah ada sejak sebelum dunia ini tercipta.”
Ketika mereka sampai di pusat ruangan bawah tanah, mereka menemukan sebuah struktur besar yang terbuat dari batu hitam, penuh dengan aliran energi yang tampak bergerak tanpa henti. Struktur ini adalah sumber kekuatan purba yang selama ini mereka cari. Teral mendekati dan memeriksa lebih dekat.
"Ini adalah mesin yang sangat tua," katanya, "lebih tua dari apa pun yang kita kenal. Sepertinya ini adalah tempat di mana kedua dunia—dunia ini dan dunia lain—terhubung. Apa yang telah kalian lakukan dengan portal itu mungkin telah memicu reaksi dari kekuatan ini, mengaktifkan kembali mesin purba yang menghubungkan dua dimensi ini."
Kael merasakan kengerian menggelora di dalam dirinya. “Jadi, ini sumbernya. Jika kita tidak menghentikannya—”
“Dunia ini akan terpecah,” jawab Teral. “Kekuatan ini bisa mengubah segalanya. Dan jika kita tidak menutupnya sekarang, semuanya akan berakhir. Tidak hanya dunia kita yang akan hancur, tetapi juga dunia lain yang sedang mengamati kita.”
Ceryn mengangkat pedangnya, bersiap untuk bertindak. "Kita tidak punya pilihan lagi. Ini satu-satunya cara untuk menghentikan semuanya."
Kael menatap mesin purba itu dengan penuh tekad. Namun, dia tahu satu hal—untuk menghentikan ancaman ini, mereka harus menghadapi konsekuensi yang lebih besar dari apa pun yang pernah mereka bayangkan. Mereka mungkin harus mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan dunia mereka.
"Jangan takut," Kael berkata dengan suara teguh. "Kita akan mengakhirinya di sini. Kita akan melindungi masa depan, meskipun itu berarti kita harus mengubah segala sesuatu yang telah kita kenal."
Dengan tekad yang kuat, mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian terakhir. Mesin purba yang ada di hadapan mereka adalah kunci untuk menghentikan bencana ini, tetapi bagaimana mereka akan mematikannya tanpa menghancurkan dunia yang telah mereka perjuangkan untuk melindungi? Keputusan besar harus diambil, dan setiap langkah akan menentukan nasib mereka.