NovelToon NovelToon
BAD HUSBAND

BAD HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥

———

"Mendesah, Ruka!"

"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.

"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"

"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.

"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"

———

El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.

Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.

Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Berbeda dengan Ruka yang tengah dirundung kesedihan, El justru berada di dunia yang sama sekali berbeda—dunia yang penuh adrenalin, kebisingan, dan kebebasan. Kali ini, ia duduk gagah di atas Ducati hitam kesayangannya. Helm full-face yang membungkus kepalanya membuat wajahnya tak terlihat, tapi siapa pun yang mengenalnya tahu bahwa di balik visor itu, ada seNyum penuh percaya diri yang selalu ia bawa.

Suara deru mesin motor memekakkan telinga, berpadu dengan teriakan semangat dari kerumunan penonton. Lampu jalanan yang remang-remang menciptakan bayangan suram di atas aspal yang siap menjadi arena pertarungan.

"Gue gak akan biarin lo menang malam ini, El!" suara keras Welly terdengar di antara bisingnya malam. Pria itu duduk di atas motor sport merahnya, matanya menyiratkan dendam yang membara. "Red Dragon pasti akan menduduki peringkat pertama."

El menoleh, bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis yang meskipun tertutup helm, terasa cukup menusuk. "Kita lihat saja," jawabnya santai, meski hanya dalam hati.

Di tengah lintasan, seorang gadis berpakaian minim memamerkan perut ratanya melangkah maju, membawa bendera yang akan menjadi tanda dimulainya balapan. Rambut panjangnya berkibar tertiup angin malam, dan sejenak suasana seolah membeku. Semua pembalap bersiap, tangan di gas, tubuh condong ke depan, napas tertahan menunggu aba-aba.

Detik berikutnya, bendera dikibaskan dengan gerakan cepat. Dalam sekejap, deru motor membelah malam, mengguncang udara dengan kekuatan penuh. El melesat ke depan, tubuhnya menyatu dengan motor seperti angin yang tak terkejar. Bayangan Ducati hitamnya hanya terlihat sekilas di mata penonton, seolah ia menjadi bagian dari malam itu sendiri.

Welly mengejar dengan penuh ambisi, tak rela membiarkan El memimpin. Tapi El tidak hanya mengandalkan kecepatan; ia juga punya kendali yang sempurna atas setiap tikungan, setiap celah yang terbuka di depannya. Bagi El, balapan ini bukan hanya tentang menang. Ini tentang menunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa di jalanan malam ini.

"Anjing!!" geram Welly sambil menggertakkan giginya. Motor merahnya meraung, mengejar Ducati hitam di depan yang terus melaju seperti bayangan tak terkejar. Tangannya mencengkeram gas lebih dalam, rasa frustrasi dan ambisi bercampur menjadi satu.

El, di sisi lain, tetap tenang meski tahu Welly tepat di belakangnya. Helm full-face itu menyembunyikan ekspresi wajahnya, tapi tubuhnya yang rileks menunjukkan bahwa ia tak terganggu sedikit pun. Ia tahu Welly akan melakukan apa saja untuk menang, tapi itu tak membuatnya gentar. Jalanan adalah wilayah kekuasaannya, dan tak ada yang bisa menantangnya di sini.

Welly, yang sudah mulai kehilangan kesabaran, memutuskan untuk bermain kotor. Ia mempercepat lajunya hingga hampir sejajar dengan El, lalu dengan sengaja mencoba memepet motor El ke sisi jalan. El yang sigap segera menyadari niat jahat itu. Dengan gerakan cepat, ia memiringkan tubuhnya, memanfaatkan kelincahan Ducati miliknya untuk menghindar.

"Lo kira gue segampang itu?" gumam El dalam hati, senyumnya penuh ejekan meski Welly tak bisa melihatnya.

Namun, Welly tak menyerah. Dalam tikungan tajam berikutnya, ia mencoba memotong jalur El, memaksa pria itu untuk mengurangi kecepatan. Tapi El tetap unggul. Gerakannya mulus, seolah tikungan itu sudah menjadi bagian dari tubuhnya. Di satu sisi, Welly malah kehilangan keseimbangan sedikit, membuat motornya bergoyang.

Penonton di pinggir lintasan bersorak, beberapa bahkan tertawa menyaksikan Welly yang nyaris terjatuh.

"Brengsek!!" Welly berteriak lagi, napasnya memburu karena amarah. Namun, El tak memberikan kesempatan. Ia semakin memperlebar jarak, motornya melesat seperti kilat, menghilang di tikungan berikutnya.

Welly menggertakkan giginya, matanya berkilat penuh tekad. "Kita lihat aja, El. Kalau gue gak bisa menang dengan kecepatan, gue akan bikin lo kalah dengan cara lain." Ambisinya sudah melampaui batas, dan kini, ia benar-benar siap menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawannya.

Di tikungan berikutnya, seorang pria dengan jaket kulit hitam sudah bersiap. Ia adalah anak buah Welly, berdiri di balik rimbunan pohon dengan seekor kucing di tangannya. Kucing itu menggeliat resah, seolah menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tetapi pria itu memegangnya erat.

Suara deru motor mulai terdengar mendekat, semakin keras dan jelas. Pria itu mengintip ke arah lintasan, matanya menangkap Ducati hitam milik El yang melaju dengan kecepatan penuh.

"Sekarang atau nggak sama sekali," gumam pria itu sambil mempersiapkan kucing di tangannya. Dengan hitungan cepat, tepat saat El mendekati tikungan, ia melemparkan kucing itu ke tengah jalan. Hewan malang itu mengeong keras, terkejut, dan berlari panik ke lintasan.

El, yang fokus menaklukkan tikungan tajam itu, tiba-tiba melihat gerakan di depan matanya. Kucing itu melompat tepat di jalurnya. Refleks, El menarik rem mendadak, tubuhnya sedikit terhuyung ke depan. Ban motornya menjerit melawan aspal, menciptakan suara gesekan yang mengerikan.

"Apa-apaan ini!" El berseru dalam hati, matanya tajam mengawasi kucing yang kini berlari menyelamatkan diri ke pinggir jalan. Tapi aksi mendadaknya itu cukup untuk membuat motornya kehilangan momentum.

Dari kejauhan, Welly melihat semua itu dengan senyuman licik di wajahnya. "Sekarang lo nggak ada harapan lagi, El," gumamnya sambil mempercepat lajunya, berharap bisa menyusul El yang terpaksa melambat.

Namun, El bukanlah pembalap sembarangan. Dengan cepat ia mengendalikan kembali motornya, tangannya cekatan memutar gas, memacu kecepatannya hingga maksimal. Mata El berkilat tajam di balik visor helmnya. "Lo pikir gue bakal kalah cuma gara-gara ini, Welly? Lo salah besar."

El memacu motornya lebih cepat dari sebelumnya, napasnya teratur, fokus sepenuhnya kembali ke lintasan. Sementara itu, Welly, yang sudah penuh percaya diri, merasa kemenangan ada di tangannya. Namun, suara Ducati hitam yang semakin mendekat membuat senyumnya memudar.

"Lo nggak akan bisa ngejar gue, El," Welly bergumam dengan rahang mengeras, memacu motornya dengan penuh semangat, keyakinannya akan kemenangan sudah melambung tinggi. Garis finish terlihat begitu dekat, hanya beberapa meter lagi. Senyum kemenangan sudah terukir di wajahnya. Di tengah laju motornya, ia bahkan sempat melambaikan tangan ke arah penonton di sisi lintasan, merayakan kemenangan yang menurutnya sudah pasti.

“Kali ini, Red Dragon pemenangnya!” seru Welly dengan penuh kebanggaan, suaranya nyaris tenggelam oleh deru mesin motornya.

Namun, di balik euforia itu, Welly lupa pada satu hal—El. Saat Welly sibuk merayakan kemenangannya lebih awal, Ducati hitam milik El datang melaju seperti kilat dari belakang. El memanfaatkan momentum kelengahan Welly, menekan gas hingga maksimal, motornya melesat dengan kecepatan yang memukau.

Detik-detik terakhir sebelum garis finish, motor El dengan mulus melewati motor Welly, bannya menyentuh garis finish lebih dulu. Suara sorakan penonton langsung membahana di seluruh lintasan. Welly yang baru menyadari apa yang terjadi hanya bisa membelalakkan matanya.

“Apa?!” Welly berseru, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

El, yang sudah menghentikan motornya beberapa meter setelah garis finish, menurunkan helmnya sambil memutar gas ringan, membiarkan suara Ducati-nya menjadi simbol kemenangan. Tatapan santainya penuh dengan ejekan.

“Salah sendiri. Gue nggak pernah merayakan kemenangan sebelum waktunya,” ucap El dingin, suaranya cukup keras untuk didengar oleh Welly.

Welly menggeram, menggenggam setangnya dengan marah. “Sialan lo, El!” teriaknya, tapi El hanya mengangkat bahu dengan santai, lalu berjalan menuju kerumunan teman-temannya yang bersorak penuh semangat.

Di tengah sorakan, El melemparkan tatapan sekilas pada Welly dan memberikan senyuman miring. “Red Dragon? Kayaknya lo harus cari nama baru yang lebih cocok... mungkin Snail Dragon?” ledek El sambil melangkah pergi, meninggalkan Welly yang terbakar amarah di belakang.

Sorakan penonton yang sebelumnya penuh semangat mendadak sunyi ketika Welly, terbakar oleh rasa malu dan amarah, berlari ke arah El dengan tinjunya yang sudah terkepal. Sebuah pukulan keras menghantam rahang El, membuat pria itu sedikit tersentak ke belakang.

"Lo pasti curang!" tuduh Welly dengan suara lantang, napasnya tersengal-sengal oleh kemarahan.

El, bukannya marah, justru menghapus darah yang mengalir dari sudut bibirnya dengan punggung tangannya. Tatapan santainya tidak berubah, malah semakin menambah kesan meremehkan. Ia menyeringai, senyum mengejek yang langsung menusuk harga diri Welly.

"Curang?" El tertawa kecil, seolah kata itu adalah lelucon yang baru saja diceritakan padanya. "Bukannya lo yang curang, Wel? Kucing yang tiba-tiba muncul di lintasan tadi... itu kerjaan anak buah lo, kan?" Balasan El diucapkan dengan nada santai, tapi penuh dengan sindiran yang tajam.

Welly terdiam sesaat, matanya menyipit, mencari alasan untuk menyangkal tuduhan itu. Tapi, sebelum dia bisa membuka mulut, El melangkah lebih dekat, wajahnya berubah dingin dan serius.

"Lo pikir gue gak tahu? Gue lihat anak buah lo tadi di tikungan. Gue cuma gak mau bikin keributan di tengah balapan. Tapi lo harus ingat, Welly..." El menepuk bahu Welly dengan keras, membuat pria itu sedikit terhuyung. "...kalau mau main kotor, setidaknya pastikan rencana lo berhasil. Sayangnya, lo masih kalah jauh buat bisa ngejatuhin gue."

Penonton mulai bersorak lagi, kali ini bukan untuk Welly, melainkan untuk El. Welly hanya bisa menggertakkan giginya, menahan malu yang semakin membakar dirinya.

“Lo boleh menang kali ini, El,” desis Welly dengan suara rendah tapi penuh dendam. “Tapi gue gak akan tinggal diam.”

El menatapnya dengan tenang, seolah ancaman Welly tidak lebih dari angin lalu. "Lo tahu gue di mana. Kapan aja lo mau coba lagi, gue siap. Tapi, saran gue? Bawa nyali lebih besar lain kali," katanya sambil melangkah pergi, meninggalkan Welly yang terpaku dalam kekalahan dan rasa malu.

***

Dini hari yang sunyi menyelimuti rumah itu, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar, seolah mengejek waktu yang terus berjalan. Ruka, yang sudah lelah mondar-mandir di ruang tamu, akhirnya menjatuhkan dirinya di sofa dengan wajah kusut. Setelah diusir oleh orang tuanya tanpa pilihan lain, ia terpaksa kembali ke rumah suaminya yang bahkan tak ia anggap sebagai rumah.

Dia melirik jam dinding, jarumnya hampir menunjuk ke angka dua. "Kemana tu anak? Udah hampir jam 2 pagi masih belum pulang juga?" gumamnya, setengah frustrasi dan setengah kesal. Pikiran buruk mulai merasuk di kepalanya—El pasti sedang bersenang-senang dengan teman-temannya. Tak ada rasa tanggung jawab, tak ada kepedulian.

Meraih bantal sofa, Ruka memeluknya erat sambil mendengus.

"Besok... ah nggak, hari ini juga, gue bakal bikin perhitungan sama tu curut," gumamnya dengan penuh tekad, menatap pintu depan dengan tatapan tajam. "Si Anjing Gila itu nggak bakal gue biarin terus-terusan seenaknya sama gue!"

Namun, di balik amarahnya, ada kegelisahan yang tak mau diakui. Meski ia membencinya, bagian kecil dalam dirinya tak bisa menahan rasa khawatir. Entah kenapa, pikiran itu justru membuatnya semakin kesal. "Kenapa juga gue harus mikirin dia?" katanya pada dirinya sendiri, menghempaskan kepala ke bantal dengan frustrasi.

Beberapa menit berlalu, dan suara motor akhirnya terdengar di luar. Ruka segera duduk tegak, matanya menyipit ke arah pintu depan. Saat pintu terbuka, sosok El masuk dengan langkah santai, helm masih menggantung di tangannya. Dia bahkan tidak menatap Ruka, hanya berjalan melewati ruang tamu menuju dapur.

"El!" seru Ruka, berdiri dengan tangan di pinggang. "Lo pikir lo bisa pulang jam segini tanpa gue nanya-nanya? Lo ngapain sampai jam segini, hah?"

El menghentikan langkahnya, menoleh dengan wajah lelah tapi tetap menyiratkan smirk khasnya. "Balapan." Jawabannya singkat, seperti biasa.

"Balapan? Serius lo? Gue di sini nungguin kayak orang bodoh, sementara lo asik balapan?" suara Ruka meninggi, meluapkan segala emosinya.

El hanya mengangkat bahu, membuka botol air mineral dan meneguknya tanpa terburu-buru. "Kalau lo nunggu, itu pilihan lo. Gue nggak nyuruh, kan?"

Ruka melangkah mendekat, wajahnya merah karena marah. "Denger ya, mulai hari ini lo nggak bisa seenaknya kayak gini lagi, El! Gue nggak mau tinggal sama lo kalau lo terus-terusan kayak begini!"

"Terus lo mau apa? Pergi lagi ke rumah Papa Mama lo? Gue yakin lo udah tahu jawabannya."

Kalimat itu sukses membuat Ruka bungkam sejenak. Tapi dia bukan tipe yang menyerah begitu saja. "Ya udah, kalau gitu gue bakal bikin hidup lo nggak nyaman sampai lo yang nyerah duluan!"

El tertawa kecil, langkahnya mendekati Ruka hingga jarak mereka hanya beberapa inci. Matanya menatap langsung ke mata cantik Ruka, membuat gadis itu sedikit mundur karena gugup. "Lucu lo, udah mirip banget kayak istri gue beneran." El terkekeh, "Oiyah itu belek lo gede banget, jorok banget sih jadi cewek."

El kemudian melangkah pergi ke kamarnya, meninggalkan Ruka yang mematung di tempat dengan amarah yang mendidih. "Sialan!"

Bersambung...

1
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Aigu Ruka serem juga y Klw marah
Nunna Zhy: iya, jiwa bar-bar nya lgsg nongol
total 1 replies
🌛Dee🌜
😄
hasatsk
karya yang luar biasa.karakter 2 orang yang keras kepala dan ego yang tinggi...di satukan dalam pernikahan...penasaran akhir cerita nya...
Nunna Zhy: keduanya sm2 batu, bikin seru tiada hari tanpa ribut 🤭 wkwwk
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍👍👍
🌛Dee🌜
🫣
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Pasti si riko deh pasangannya hana🤣🤣🤣🤣
Nunna Zhy: wah kok tau?
total 1 replies
🌛Dee🌜
eh jgn terlalu kejam dg 🤭😂🤣
Nunna Zhy: hehehe, Zhy suka yg kejam2 soalnya 🤭
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍
Surinten wardana
Ke gep dah
Nunna Zhy: /Tongue/
total 1 replies
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
😲
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
🫶
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
🤍
🌛Dee🌜
😄
🌛Dee🌜
👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!