Hidup Nicho Javariel benar-benar berubah dalam sekejap. Ketenaran dan kekayaan yang dia dapatkan selama berkarir lenyap seketika akibat kecanduan obat-obatan terlarang. Satu per satu orang terdekatnya langsung berpaling darinya. Bukannya bertobat selepas dari rehabilitas, dia malah kecanduan berjudi hingga uangnya habis tak tersisa. Dia yang dulunya tinggal Apartemen mewah, kini terpaksa pindah ke rumah susun lengkap dengan segala problematika bertetangga. Di rumah susun itu juga, ia mencoba menarik perhatian dari seorang perempuan tanpa garis senyum yang pernah menjadi pelayan pribadinya. Dapatkah ia menemukan tempat pulang yang tepat?
"Naklukin kamu itu bangganya kek abis jinakin bom."
Novel dengan alur santai, minim konflik penuh komedi sehari-hari yang bakal bikin ketawa-ketawa gak jelas tapi tetap ada butterfly effect.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Jatuh terpeleset? Tentu sakit! Namun, itu tak dirasakan oleh Nicho lagi begitu tahu dirinya tengah memangku Sera. Apalagi, posisi mereka sangat pas di mana Sera masih merebahkan kepalanya di dada bidang pria itu. Di tengah kegelapan yang menguasai mereka, hanya terdengar suara detak jantung keduanya yang saling berjumpalitan. Barangkali mereka dapat merasakannya.
"Kamu gak papa, kan?" tanya Nicho yang mencoba menyentuh kepala Sera, tapi segera diurungkan kembali.
Tak ada jawaban apa pun darinya. Rupanya Sera masih syok. Itu terdengar dari helaan napasnya yang berat. Ia mengangkat kepalanya dengan tangan yang masih berpegangan di dada bidang Nicho.
Di saat yang sama, Nicho mendadak memegang kepalanya sendiri. Ia baru menyadari jika rambut palsu yang dikenakannya telah terlepas dari rambutnya. Dengan panik, ia pun langsung meraba-raba sekitar untuk mencari wignya. Sialnya, ia malah tak sengaja meraba paha Sera. Lantas sebuah pukulan dari Sera langsung menyambar tangannya.
"Apa yang kamu lakukan?
"Maaf aku gak sengaja!"
"Jangan ngambil kesempatan!" ketus Sera dengan nada suara berang.
"Aku gak ambil kesempatan. Aku cuma lagi nyari sesuatu," elak Nicho yang masih mencoba meraba-raba sekitar.
Sera mencoba berdiri. Gagal! Nyatanya seluruh lantai ini telah terkontaminasi cairan sabun yang membaur dengan sisa-sisa air dari pipa bocor. Yang ada kakinya semakin tergelincir yang sontak membuatnya kembali menindih tubuh Nicho hingga membuat pria itu terbaring sempurna di lantai.
"Maaf," desis Sera pelan saat mendengar suara benturan kepala Nicho yang menyentuh lantai.
Nicho berusaha menahan ringisan. Namun, ia segera terkesiap begitu merasakan rabaan telapak tangan Sera di wajahnya.
"Kepala kamu baik-baik aja?"
Nicho segera menangkap tangan lembut nan halus itu ketika hendak menyentuh rambutnya.
"Aku tidak apa-apa!" jawab Nicho cepat sambil memegang tangan Sera.
"Biar aku pastiin dulu kepala kamu gak terluka," ucap Sera yang merasa tak enak. Ia menggunakan tangan satunya lagi untuk kembali memeriksa kepala Nicho.
"Ah, tidak perlu! Aku ... gak kenapa-napa kok!" balas Nicho tergagap sambil berusaha menangkap tangan Sera yang sudah berada dahinya.
Kini, kedua tangan perempuan itu telah berada dalam genggamannya. Hening menyergap. Kegelapan membuat mereka tak menyadari jika mata keduanya bertemu dalam satu pandangan. Di tengah kebingungannya mencari wig yang hilang, Nicho hanya bisa berdoa agar listrik tak segera dinyalakan. Tentu tak lucu jika lampu tiba-tiba menyala dan Sera bisa melihat wujud aslinya seperti ini.
"Kakiku!" ucap Sera secara tiba-tiba.
"Kenapa dengan kaki kamu?"
"Kayak nginjak sesuatu."
"Apa itu?"
"Gak tahu. Tapi kayaknya sesuatu yang berbulu tebal dan lebat," balas Sera dengan tubuh yang masih membeku. Dari suaranya, terdengar jelas kalau dia was-was bercampur ketakutan. Pikirnya, itu mungkin sejenis hewan yang dia sendiri tak bisa menerkanya.
"Sesuatu yang berbulu tebal dan lebat?" ulang Nicho sambil berpikir. Detik berikutnya, sepasang matanya melebar.
Jangan-jangan ....
Dalam keadaan berbaring, Nicho langsung mengambil posisi duduk sambil memeluk Sera yang tak bisa ke mana-mana. Hal ini membuat posisi mereka kembali ke sebelumnya, di mana perempuan itu duduk di pangkuannya. Ia mulai meraba-raba untuk menemukan wig-nya. Ia berhasil menemukannya dan menarik pelan-pelan dari kaki Sera.
"Ah, dia bergerak!"
Ucapan Sera membuat Nicho spontan melepas tangannya yang berusaha menarik wig itu dari tindihan kaki Sera. Kini, Sera refleks melingkarkan kedua tangan di lehernya. Ada perasaan senang dan cemas yang bercampur aduk dalam diri pria itu. Senang karena gerakan tanpa sadar Sera yang membuat mereka semakin dekat tak berjarak, cemas karena khawatir Sera menyadari ada yang berbeda dengan rambutnya. Sayangnya, tak sampai semenit, Sera langsung sadar dan segera menurunkan kedua tangannya.
"Angkat kakimu dan biarkan dia pergi!" bisik Nicho dengan tangan yang kembali merayap dan mencoba kembali mengambil wig tersebut.
Sera mengikuti instruksi Nicho dengan sedikit mengangkat kakinya. Hal ini memudahkan Nicho mengambil wignya. Begitu berhasil diraihnya, Nicho pun segera memasangkan wig itu di kepalanya.
"Apa dia masih ada?" tanya Nicho berpura-pura tak tahu.
"Udah pergi!"
Saat perempuan itu hendak turun dari pangkuannya, Nicho langsung berkata, "Jangan banyak gerak dulu! Kali aja dia masih ada!"
Tak ayal, Sera pun kembali duduk di pangkuan Nicho dengan kedua tangan yang meremas pinggangnya. Nicho lantas menahan senyum.
Apa ini yang disebut rejeki nemplok? Eh, nomplok!
Dalam pekatnya suasana, hanya terasa helaan napas keduanya yang saling bertabrakan sebagai bukti betapa dekatnya mereka saat ini. Tiba-tiba Sera, mengambil posisi turun dari pangkuan Nicho dan bersandar di dinding bak.
"Mending kamu keluar dari sini!"
"Gimana bisa keluar kalo gelap kayak gini!"
"Tapi kita gak boleh berduaan kayak gini!" ucapnya.
"Kita gak berduaan dengan sengaja. Kita hanya terjebak. Setelah lampunya kembali hidup, nanti juga aku langsung keluar dari tempatmu."
"Gimana kalo lampunya gak kunjung hidup dalam jangka waktu yang lama?"
Mari kita berdoa semoga itu benar-benar terjadi.
"Apa kamu takut? Tenang, aku gak bakal macam-macam sama kamu. Begini-begini, aku tahu konsen. Pria gak boleh melakukan apa pun tanpa ada persetujuan dari wanita. Iya, kan?" ucap Nicho sekadar meyakinkan. Namun, dia sendiri lupa kalau istilah itu pertama kali diucapkan Sera padanya saat menjadi pelayan pribadinya.
Tak ada respon apa pun dari Sera. Jujur, sudah lama ia membatasi diri untuk dekat dengan lawan jenis. Hal ini karena ia tak pernah percaya pada cinta yang tulus dari seorang pria.
Masih berada di kamar mandi yang kecil, posisi duduk mereka kini saling bersebelahan. Tak ada cahaya sedikit pun ditambah licinnya lantai, membuat gerak mereka terbatas.
"Omong-omong ... waktu itu kamu bilang ... kamu baru aja keluar dari pekerjaan. Kalo boleh tahu, kenapa?" tanya Nicho penuh hati-hati.
"Kenapa kamu tanyain itu?" Sera malah balik bertanya.
"Cuma penasaran," jawab Nicho asal.
Sera lantas tertegun dengan ingatan yang kembali berpulang pada masa yang telah lewat itu. Masa yang membuatnya kembali mengingat sosok aktor yang menjadi tamu terakhir dilayaninya.
Di saat yang sama, tiba-tiba lampu di ruangan itu menyala yang membuat suasana kembali terang sedia kala. Nicho langsung berdiri dengan berpegangan di bak mandi. Namun, saat melihat bayangan wajahnya di cermin yang sejajar dengan bak mandi, pria itu spontan menutup mulutnya diikuti mata yang membeliak.
Mampus! Kumis gua!
Kali ini, kumisnya tidak hanya bergeser, melainkan lepas total dari tempatnya alias hilang. Saat Sera baru saja berdiri, Nicho refleks berjongkok sambil mencoba mencari-cari kumisnya yang hilang.
Kenapa gak ada di sekitar sini? Jangan bilang, kumis gua hanyut ....
Nicho menoleh ke arah saluran pembuangan kamar mandi. Melihat gelagat Nicho yang tampak mencari-cari sesuatu, Sera lantas ikut berjongkok.
"Apa yang kamu cari?"
Masih menutup mulutnya, Nicho lantas buru-buru berdiri dan berbalik membelakangi Sera. Bagaimana ini? Apakah dia harus pulang dengan wajah tanpa kumis?
.
.
.
Like dan komeng
baru kepikiran... kalo usia udah ga memadai buat kerja sama orang, jadi lebih baik usaha sendiri z...
misalnya jualan...ya walaupun harus merintis... dari pada nganggur kn.. walaupun butuh modal,min sekarang kn jd reseller produk asal ada kemauan yg keras z.
sekarang ini banyak orang yang nganggur... kepentok umur sama skill yang kurang,cian juga 😢
Nicho sadar etika kerja.
Dia masih sadar aturan dan tidak seenaknya melanggar peraturan karena faktor kebutuhan.
Good Nicho👍
lets goooooo wellcome to the new chapter nicho....ucup n nicho againts the world🤭
mungkin dulu dia ceria atau bisa jadi dia seorang introvert,tp perceraiannya pasti meninggalkan luka dalam
dan seorang perempuan yg sudah terluka biasanya memilih hidup sendiri atau kalau mau nakal ya nakal sekalian,intinya cinta itu sesuatu yg basi buatnya
bahkan bertahan hidup mungkin hanya untuk anaknya🫶