“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18.
Sesampainya di apartemen, Andre menekan bel pintu unit apartemen milik saudara kembarnya, lalu ia meninggalkan Kevin di sana tanpa mengatakan apa apa, ia hanya berbisik dalam hatinya, 'maafkan aku bang, tapi aku ingin kamu kembali seperti dulu, kevin yang cengeng dan baik hati.' sesudahnya Andre menekan tombol lift yang akan membawanya ke lantai dasar.
Sementara itu di dalam Apartemen, Gadisya baru selesai mandi air hangat, walau bukan perawatan di salon mahal, tapi ia akan mulai memanjakan tubuhnya sendiri dengan lulur mandi beraroma bunga lily, yang sejak lama menjadi favorit nya.
Terdengar suara bel pintu.
Masih menggunakan bartrobe ia melangkah menuju pintu utama, bermaksud melihat siapakah yang datang berkunjung, Karena kalau Suaminya yang datang sudah pasti ia langsung masuk, karena Kevin pun memiliki kunci sendiri.
Tapi ketika mengintip dari lubang pintu ia tak melihat siapapun, namun samar samar ia mendengar sebuah suara yang lirih terucap."Sya..."
Karena tak mempercayai pendengarannya, gadisya berjongkok dan menempelkan daun telinganya di pintu, kali ini di sertai suara ketukan lemah, "Sya … ".
Tak salah lagi itu suara suaminya, buru buru Gadisya membukakan pintu, suaminya tengah bersandar di pintu, penampilan nya sudah jauh dari kata rapi, aroma alkohol menyeruak Indra penciuman Gadisya.
Segera ia berjongkok untuk membantu Kevin berdiri, "bang … kok bisa mabuk begini sih, minum berapa botol sampai seperti ini."
Kevin yang kini tengah di bawah pengaruh obat tiba tiba membuka matanya, penampilan Gadisya dengan dengan rambut basahnya nampak mulai menggoda matanya, kali ini pikirannya benar benar dalam kondisi tidak normal, namun Kevin tidak bisa mengontrolnya.
Setelah pintu utama tertutup, Kevin menjatuhkan kepalanya ke pundak gadisya, aroma bunga lily benar benar membuatnya semakin terhanyut, "hmmm kamu wangi … " Kevin mulai mencercau, sebaliknya Gadisya mulai meremang, tengkuknya merinding manakala Kevin mulai mencium lehernya.
"Bang … sadar, lihat aku bang," Gadisya mencoba manggil Kevin dengan menepuk nepuk pipi Kevin.
Kevin memang tersadar, ia membuka matanya, namun otaknya menginginkan hal lain, sesuatu yang harus segera ia tuntaskan, Gadisya yang baru selesai mandi, kini terlihat berbeda di matanya, malam ini istrinya terlihat begitu menggoda, rambut basah dan wajah ayunya terlihat segar usai mandi, belum lagi aroma bunga lily yang kini menguar dari balik bartrobe mandi yang ia kenakan, sungguh menggelitik indra penciuman Kevin hingga membuatnya betah berlama lama memeluk istrinya.
Gadisya memapah Kevin menuju kamar mereka, ketika Kevin menjatuhkan tubuhnya di kasur, ia mulai melapas kancing kemeja nya satu persatu, "Sya … tolong aku, panas sekali rasanya, aku ingin mandi."
"Sebentar bang, aku ambilkan air dingin,"
Gadisya berjalan cepat ke dapur, ia mengambil pitcher berisi air dingin, dan sebuah gelas, "ini minum dulu air dinginnya, biar agak reda panasnya." Ujar Gadisya ketika menyerahkan segelas air pada Kevin.
"Gimana masih panas?" Tanya Gadisya usai Kevin menghabiskan air dingin di tangannya.
"Masih … " Kevin sedikit mengingat ketika tadi Dio dan Rendra memaksanya menghabiskan gelas terakhirnya, apa jangan jangan, "oh … s**t, ini pasti ulah mereka," kevin pun berjalan cepat ke kamar mandi, ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin, padahal di luar hujan sangat deras, belum lagi pendingin udara di kamar pun sedang menyala, dan ia masih merasakan tubuhnya seperti terbakar.
Bibirnya mulai bergetar, warna nya mulai kebiruan, pertanda ia mulai kedinginan, Gadisya yang berada di luar kamar mandi mulai resah, pasalnya sudah 30 menit berlalu Kevin belum juga keluar dari sana, ia mengetuk pintu perlahan, "bang … kenapa lama sekali? Kamu gak pingsan kan? Jawab bang."
Gadisya hendak kembali mengetuk pintu, namun tiba tiba pintu terbuka dari dalam, wajah Kevin terlihat begitu menyedihkan, tatapannya kosong, bibirnya kebiruan, baju dan celana yang ia kenakan basah kuyup, karena ia berdiri cukup lama di bawah guyuran air dingin.
"Oh ya Tuhan … bang kenapa bisa begini, sebentar aku ambilkan handuk." Gadisya beranjak menuju lemari dan mengeluarkan handuk bersih dari sana, kemudian menyerahkannya pada Kevin, pria itu menerimanya dengan lesu, kemudian Gadisya menutup pintu kamar mandi agar Kevin bisa mengeringkan tubuhnya.
Sesaat kemudian, Kevin keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya, "aku mau air dingin tubuhku terasa panas sekali Sya…" .
Gadisya sungguh tak tega melihat kondisi suaminya, bibirnya tak lagi berwarna kemerahan, namun sudah berwarna biru, wajahnya pucat dan tubuhnya gemetaran, pasti Kevin sangat kedinginan, namun ia masih mengatakan tubuhnya terasa panas.
"Kalau minum air dingin lagi, abang bisa sakit." Bujuk gadisya. "Aku bikinin teh hangat yah?"
Gadisya hendak beranjak menuju dapur, namun tangannya tertahan, "kalau aku mau kamu boleh Sya? Entah kenapa sejak tadi aku menginginkan nya." Ucap Kevin dengan tatapan sayu, akhirnya Gadisya tahu, bahwa suaminya tengah berada di bawah pengaruh obat per****ang.
Sumpah demi apapun, Gadisya kini terdiam, tak tahu apa yang harus ia lakukan, hubungan mereka buka seperti suami istri pada umumnya, karena itulah ia bergetar ketakutan, jika mereka suami istri normal seperti pasangan pada umumnya, dengan senang hati Gadisya akan memberikan apapun yang di inginkan suaminya, tapi kondisi pernikahannya sejak awal hanya berisi perjanjian, kesepakatan, dan pertengkaran, jika sampai mereka melakukan lebih jauh, Gadisya takut Kevin akan menuduhnya memasang jebakan atau memanfaatkan situasi.
Aaahh sungguh bimbang rasanya, sementara Kevin kini kembali memeluk erat tubuhnya, bahkan sejak tadi menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gadisya, bohong jika Gadisya tidak tergoda, aaah sungguh ia pun kini mati matian menahan diri.
"Bang … kamu sedang di bawah pengaruh obat dan juga alkohol, aku tak mau abang menyesal setelah melakukannya denganku, aku cukup tahu diri dengan situasi kita, aku tak ingin memanfaatkan kondisimu yang setengah sadar."
"Tapi aku sungguh sungguh menginginkan nya," Kevin merengek memohon, namun sebentar kemudian ia tersadar, ia memukul keras kedua pipinya, kemudian menggeleng gelengkan kepalanya, tangannya kini menarik kasar rambutnya, berharap rasa sakit yang ia rasakan kini dapat mengurangi efek obat yang terlanjur masuk ke tubuhnya, namun usahanya sia sia.
Kevin kembali beranjak menuju kamar mandi, ia kembali menyiram tubuhnya dengan air dingin.
Gadisya kembali resah, ia begitu menghawatirkan kondisi suaminya, hingga ia sendiri melupakan bahwa dirinya masih mengenakan bartrobe mandi sejak beberapa jam yang lalu, kini ia hanya bisa mondar mandir di depan pintu kamar mandi.
"Bang … ini sudah 20 menit, abang bisa sakit jika terus menerus seperti ini…" bujuk Gadisya.
Lagi dan lagi, Gadisya terus menerus mengetuk pintu kamar mandi.
Hingga Kevin kembali membuka pintu, kali ini handuknya pun ikut basah.
Gadisya kembali mengambil handuk baru, ia menyerahkannya pada Kevin, namun ia sendiri berbalik, melihat Gadisya berbalik, Kevin urung mengganti Haduknya, ia justru memeluk erat pinggang gadisya dari belakang, tangannya menyingkap rambut panjang Gadisya, hingga menampakkan leher jenjang Gadisya, kemudian ia kembali menenggelamkan wajahnya di sana, gadisya memejamkan mata, sungguh hati nya terlalu baik, ia tak akan tega melihat orang lain menderita, terutama lagi orang ini adalah suaminya sendiri.
"Aku menginginkan mu Sya, kumohon." Bisik Kevin dengan suara paraunya.
.
.
.
CUT !!!
.
.
.
PENASARAN??? othor paling suka kalo kalian teriak teriak penasaran ... 😁😂💃💃
.
.
.
.
jangan lupa sajennya dulu, kembang 💐 dan kopi ☕ biar tetap romantis 🤓📝
.
.
.
.
sampai jumpa besok di jam kunti 👻👻👻👻
🤭🤭