Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Bab 11: Perang Penentuan
Kekuatan gelap yang dilepaskan oleh Lady Elara membanjiri ruangan, menciptakan gelombang kejut yang merobek lantai istana dan membuat dinding sekitarnya hancur. Pangeran Leon dan Karin terhuyung mundur, tetapi mereka segera kembali bangkit, bersiap menghadapi ancaman yang datang dengan kemarahan Elara yang semakin besar.
Sosok misterius itu, yang sudah terdesak oleh kekuatan Elara, berusaha menjaga keduanya tetap terlindungi dengan energi biru yang melingkupi tubuh mereka. "Jangan biarkan dirimu ragu," sosok itu berbisik, meskipun suaranya terdengar lemah akibat kekuatan gelap yang menekan. "Hanya dengan kesatuan kalian bisa menghadapinya."
"Kesatuan?" Karin bertanya, keringat dingin mengalir di dahinya. "Apa maksudmu?"
Sosok itu menatap mereka dengan pandangan serius, meskipun wajahnya tidak terlihat. "Kalian berdua memiliki kekuatan yang lebih besar jika bekerja sama. Kekuatan kalian bukan hanya dalam fisik, tapi dalam pilihan yang kalian buat—pilihan untuk tidak menyerah pada gelap."
Di sisi lain, Lady Elara tertawa dengan penuh kebencian. "Kalian masih percaya pada harapan?" katanya, suaranya menggema dengan penuh keangkuhan. "Tidak ada harapan dalam dunia yang sudah hancur. Semua yang kalian lihat—ini semua adalah bagian dari takdir yang tak bisa kalian ubah."
Pangeran Leon menggenggam pedangnya lebih erat. "Takdir kami bukan milikmu untuk dikendalikan, Elara," katanya dengan suara penuh tekad. "Kami akan menulis takdir kami sendiri."
Dengan cepat, Pangeran Leon dan Karin bergerak bersama, melancarkan serangan secara serempak, meskipun mereka tahu bahwa kekuatan Elara jauh lebih besar dari apa yang bisa mereka lawan sendirian. Lady Elara mengangkat tangannya, menciptakan sebuah perisai gelap yang menahan serangan mereka, namun kekuatan yang berasal dari ikatan mereka mulai mempengaruhi struktur pertahanan Elara.
"Ini tidak akan berhenti di sini," Elara berteriak, wajahnya memerah dengan amarah. "Aku akan menghancurkan kalian. Aku akan menghancurkan semuanya." Dengan kata-kata itu, dia melepaskan ledakan energi gelap yang lebih besar, menghancurkan apa saja yang berada di sekitar mereka.
Namun, di saat yang genting itu, sosok misterius melangkah ke depan dengan tangan terangkat, menciptakan perisai energi biru yang menahan ledakan itu. "Kalian punya kesempatan, Pangeran. Gunakan apa yang kalian miliki."
Karin menatap Pangeran Leon dengan tekad. "Kita tidak akan menyerah. Kita harus berhenti dia, demi semuanya."
Dengan kekuatan yang mulai mengalir dari hubungan mereka yang semakin kuat, Pangeran Leon dan Karin bergerak bersamaan, melancarkan serangan terakhir dengan kekuatan yang mereka temukan dalam diri mereka. "Ini untuk masa depan," Pangeran Leon berbisik, sebelum menghujamkan pedangnya ke arah Elara yang kini terlihat semakin rapuh.
Lady Elara berteriak dengan penuh amarah saat pedang Pangeran Leon menembus pertahanannya. Namun, seiring dengan serangan itu, kekuatan gelapnya mulai terkikis, dan tubuhnya terjatuh, terbungkus dalam cahaya yang memudar.
Dengan kejatuhan Elara, ketegangan di udara akhirnya reda. Suasana yang tadinya penuh dengan kehancuran berubah menjadi hening. Pangeran Leon dan Karin berdiri terengah-engah, lelah, tetapi dengan perasaan yang sulit diungkapkan—kemenangan, sekaligus kehilangan yang mendalam.
Sosok misterius itu mendekat, tubuhnya yang semula tersembunyi dalam bayang-bayang kini mulai terlihat lebih jelas. "Kalian telah melakukan apa yang harus dilakukan," katanya dengan suara lembut, namun penuh penghargaan. "Elara sudah terjatuh, tetapi ingatlah—ini bukan akhir. Kemenangan ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang."
Pangeran Leon menatap sosok itu dengan penuh rasa terima kasih dan kebingungan. "Apa yang harus kami lakukan sekarang? Dunia ini... masih penuh dengan kerusakan."
"Betul," jawab sosok misterius itu. "Dunia kalian masih penuh dengan tantangan, tetapi kalian memiliki kesempatan untuk membangunnya kembali. Jangan biarkan kekuasaan merusak apa yang telah kalian perjuangkan."
Karin menatap ke arah istana yang hancur, ke arah dunia yang diliputi kehancuran, namun di matanya kini terlihat tekad baru. "Kami akan membangun dunia ini kembali. Kami akan menjadi pemimpin yang berbeda—pemimpin yang berjuang untuk rakyat, bukan untuk kekuasaan semata."
Sosok itu mengangguk, seolah memahami. "Itulah harapan yang perlu kalian bawa. Dunia ini membutuhkan lebih dari sekadar kerajaan atau kekuasaan—dunia ini membutuhkan hati yang penuh kasih dan keadilan."
Dengan itu, sosok misterius itu menghilang, meninggalkan Pangeran Leon dan Karin berdiri bersama, memandang ke depan. Mereka tahu, meskipun pertempuran ini telah berakhir, perjalanan mereka baru saja dimulai. Ada dunia yang harus dibangun, dan dengan tekad mereka yang tak tergoyahkan, mereka akan membawa perubahan yang selama ini diidamkan.
---
Setelah kejatuhan Lady Elara, suasana di sekitar istana yang hancur mulai kembali tenang. Namun, tidak ada rasa kemenangan yang utuh. Pangeran Leon dan Karin berdiri dalam hening, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi. Meskipun mereka berhasil mengalahkan ancaman yang paling besar, mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Kemenangan ini, meskipun besar, hanya sebuah langkah kecil dalam pertempuran yang lebih luas.
Karin melangkah maju, matanya menatap reruntuhan istana yang dulu megah. "Kemenangan ini tidak mengubah kenyataan," katanya pelan. "Dunia kita masih hancur, dan banyak yang masih harus kita lakukan."
Pangeran Leon mengikuti langkah Karin, matanya yang penuh tekad menyapu seluruh area yang kini porak-poranda. "Kita harus membangun kembali," jawabnya, suaranya lebih tegas dari sebelumnya. "Ini adalah awal dari semuanya. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian. Kita harus bekerja bersama."
Karin menoleh, senyum tipis muncul di wajahnya. "Kita akan melakukannya bersama, Pangeran. Tidak ada lagi jalan yang bisa kita ambil selain bersatu."
Ketika keduanya berdiri bersama, perasaan persatuan yang lebih kuat mulai terasa. Mereka tahu bahwa mereka bukan hanya pasangan dalam pertempuran, tetapi juga mitra yang akan berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Mereka berdua bukan lagi individu yang berjuang demi ambisi pribadi, tetapi pemimpin yang memikul tanggung jawab untuk membangun kembali dunia yang hancur oleh kekuasaan dan kehancuran.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka. Seorang lelaki berpakaian perwira kerajaan muncul dari balik reruntuhan, wajahnya penuh dengan keletihan, tetapi juga harapan. "Pangeran Leon, Nona Karin," katanya dengan suara berat, "Kami telah mendengar tentang kemenangan kalian. Namun, ancaman tidak berhenti hanya karena Elara terjatuh."
Pangeran Leon menatap perwira itu dengan serius. "Apa maksudmu?"
"Ada kelompok pemberontak yang mulai bergerak setelah jatuhnya Elara," jawab perwira itu. "Mereka bukan hanya loyalis Elara, tetapi juga kelompok-kelompok yang melihat kekosongan kekuasaan ini sebagai peluang. Mereka tidak akan membiarkan kekuasaan lama runtuh tanpa perlawanan."
Karin menggertakkan giginya. "Mereka ingin memanfaatkan kekacauan ini untuk kepentingan mereka sendiri."
Pangeran Leon mengangguk dengan berat hati. "Jika itu yang mereka inginkan, maka kita harus menghadapinya. Kita tidak bisa membiarkan dunia ini jatuh ke tangan mereka. Kita harus bersiap."
Sosok misterius yang telah membantu mereka sebelumnya muncul kembali di tengah-tengah mereka. "Ada kegelapan yang lebih dalam di balik semua ini," katanya dengan suara rendah namun penuh makna. "Mengalahkan Elara adalah satu hal, tetapi ancaman yang lebih besar mungkin sedang mendekat. Kalian harus lebih berhati-hati."
Pangeran Leon menatap sosok itu. "Apakah ada sesuatu yang lebih besar lagi yang harus kami hadapi?"
Sosok itu mengangguk, namun wajahnya tidak terlihat jelas. "Ada kekuatan yang telah lama tersembunyi, lebih kuat dan lebih berbahaya dari yang kalian bayangkan. Perang ini belum berakhir, Pangeran. Kemenangan kalian hanya membawa kalian lebih dekat ke inti dari masalah ini."
Karin merasakan ketegangan yang semakin meningkat. "Kekuatan yang lebih besar... siapa yang mengendalikannya?"
Sosok itu terdiam sejenak, seolah mengumpulkan kekuatan untuk berbicara. "Kekuatan itu datang dari luar dunia ini. Ada entitas yang menginginkan ketertiban baru, dan mereka akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Elara adalah alat mereka, tetapi dia bukanlah penguasa yang sebenarnya."
"Apa maksudmu?" tanya Pangeran Leon dengan tegas.
"Ada sebuah organisasi yang lebih besar, tersembunyi di balik kerajaan dan kerajaan lainnya," jawab sosok itu. "Mereka telah mengendalikan banyak hal tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitarnya. Dan mereka akan melangkah lebih jauh untuk memastikan bahwa dunia ini dikuasai oleh kekuatan yang lebih gelap."
Perwira kerajaan yang berdiri di sebelah mereka tampak khawatir. "Kita harus segera mempersiapkan diri, Pangeran. Waktu kita tidak banyak."
Pangeran Leon menarik napas panjang, matanya kini penuh dengan tekad. "Kita akan menghadapinya. Jika dunia ini akan jatuh ke tangan kegelapan, maka kita akan melawan sampai akhir."
Karin mengangguk, dan bersama Pangeran Leon, mereka melangkah maju, bertekad untuk menghadapi ancaman yang lebih besar lagi yang sedang mengintai. Tidak ada lagi jalan mundur, hanya jalan ke depan, ke arah yang penuh dengan bahaya dan kemungkinan baru.
Namun, dalam hati mereka, keduanya tahu bahwa mereka tidak bisa melakukannya sendirian. Mereka membutuhkan lebih banyak sekutu, lebih banyak kekuatan, dan lebih banyak kepercayaan dari rakyat mereka. Dunia yang mereka idamkan—sebuah dunia yang lebih adil, lebih seimbang—tidak akan terwujud dengan mudah. Tapi mereka siap untuk bertarung, demi masa depan yang lebih baik.